Apa yang seharusnya aku rasakan sekarang?
Deg-degan? Senang? Takut? Khawatir? Ataukah sedih?
Bagaimana jika aku merasakan semua itu dalam satu waktu yang bersamaan tanpa jeda berhenti?
Aku benar-benar kacau sekarang. Walaupun seharusnya aku fokus pada olimpiadeku hari ini.
Aku meletakkan wajahku diatas meja lalu memejamkan mata, mencoba untuk menenangkan pikiran yang sedang kacau.
Callista yang mengira aku sedang sakit terus berkicau tanpa henti membuat pikiranku semakin keruh seperti hatiku saat ini.
"LIORA!!! Kamu dengar gak sih tadi aku ngomong apa hah!" Teriak Callista yang membuatku mengangkat kepala dan melihat ke arahnya.
"Ada apa sih? Aku itu pusing banget tau" ucapku dengan kesal. Kalau saja bukan sahabatku mungkin aku sudah buang ke laut dia.
"Tuh liat" ucap Callista menunjuk ke arah pintu kelas dan dengan spontan aku melihat ke arah yang sedang di tunjuk olehnya.
Alex? Ngapain dia kesini ? Terus dia tau darimana kelas aku?
"Bentar yah Callista, aku keluar dulu" pamitku
"Ciee gandengan baru tuh. Ehem" ledek Callista yang aku balas dengan tatapan mautku dan tangan yang mengepal ke arahnya.
"Alex, ada apa?" Tanyaku saat berada didepan Alex.
"Hari ini kamu ikut Olimpiade Biologi tingkat nasional kan?"
Bukannya menjawab pertanyaanku kini Alex malah bertanya balik.
"Iya"Jawabku.
"Semangat yah. Aku punya sesuatu deh buat kamu"Ucap Alex.
"Hm? Tapi jangan kasih tagihan utang ke gue"Ledekku.
"Nih anak kadang kalau orang mau sweet eh malah ngerusak momen. Dasar mungil"Ucapnya mengacak-acak rambutku.
"Ini rambut masih dipake"Ucapku.
Alex hanya tertawa kecil melihat aku memasang wajah cemberut kepadanya sambil merapikan rambut. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku sangat dekat. Tangannya tiba-tiba melingkar ke leherku.
"Alex"
"Iya?"
"Jangan lakukan hal aneh disini"
"kenapa? Aku suka melakukannya denganmu"
"Heeeh? Maksudmu?"
"Sudah selesai"
"Apa?"
"Kau tidak merasakannya? Coba lihat" ucap Alex menunjuk ke arah dad-- ralat maksudku ke arah leherku.
Sebuah kalung putih dengan liontin setengah sayap yang berkilau telah melingkar dileherku sekarang.
Entah bagaimana ekspresi yang aku tunjukan kepada Alex. Mungkin pipiku memerah seperti kepiting rebus yang baru saja diangkat.
"Makasih"Ucapku.
"Buat apa?"
"Buat kalungnya"
"Cuman hadiah dari snack doang kok. Santai aja"
"Kalau mau bohong mah harus mendukung suasananya. Ini jelas banget kalung mahal"
"Wow. Ternyata Liora tau bedakan barang mahal juga yah"
"Anak SD juga tau kali. Huuu dasar"
"Panggilan kepala Liora Maqdeline dari kelas XII IPA 1 untuk segera ke ruang Tata Usaha untuk meempersiapkan diri mengikuti Olimpiade Biologi Tingkat Nasional"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Love Not Need a Reason
RomansaLiora Maqdeline gadis cantik dan kaya. Semua lelaki yang melihat pasti akan dengan mudah jatuh cinta dengannya. Dan hal itu membuat Liora merasa muak. Ia hanya ingin cinta apa adanya bukan karena harta atau fisik. Devian Grissham. Lelaki tampan dan...