Slide Four [Revisi]

36.7K 2.9K 55
                                    

The strands in your eyes that color them wonderful
Stop me and steal my breath
-I'll Be-


"Ouch!" Kai mengibas tangannya yang tercakar hingga anak kucing yang ada dalam genggamannya terlepas. Tidak lama karena tangan kanannya segera menangkap dan mengembalikan anak kucing itu ke bawah air yang mengalir dari salah satu keran di jajaran keran dekat lapangan olahraga, "Tenang. Aku nggak bakal nyakitin kamu."

Seakan menegrti anak kucing itu berhenti mencakar. Sekarang anak kucing itu mengerutkan diri dalam genggaman Kai. Sambil bersenandung pelan, dia membersihkan kotoran yang menempel di tubuh anak kucing yang ditemukannya dalam selokan.

Sekitar lima belas mennit yang lalu, Kai sedang menuntun sepeda melewati tempat parkir motor ketika telinganya menangkap suara anak kucing. Pelan bahkan hampir tidak terdengar tapi berhasil membuatnya memarkirkan sepeda dan mulai mencari. DIa mencari ke setiap sudut taman yang berada di samping tempat parkir motor.

Persada Gemilang memiliki banyak taman yang biasa digunakan sebagai tempat menghabiskan waktu istirahat oleh para siswa. Setiap tanaman dinamakan seperti nama para ilmuwan tapi siswa selalu memiliki julukan lain. Seperti taman di samping tempat parkir ini, sebenarnya bernama Taman Einstein tapi siswa menjulukinya taman kecil. Tentu ini karena ukurannya yang lebih kecing dibandingkan taman-taman yang lain. Walau begitu taman ini sama seperti taman yang lain. Tertata rapi dan cantik dengan semburat warna-warna lembut berbagai tanaman hias yang ditanam secara sistematis. Tidak hanya itu, taman kecil juga terlihat teduh karena jajaran pohon akasia.

"Meow! Meooow, meeooowww!" Anak kucing itu kembali memberontak dalam genggaman Kai.

"Sebentar," Kai memeriksa setiap helai bulu dan bagian dalam telinga anak kucing. Setelah memastikan tidak ada kotoran yang tertinggal dia memarikan keran air.

"Meow," anak kucing kembali mengeong kali ini sambil mengguncangkan tubuhnya hingga air memercik ke berbagai penjuru. Termasuk wajah Kai.

"Dingin, ya?" Menggunakan sebelah tangan Kai mencari handuk dalam backpack-nya. Dia selalu membawa handuk kecil, "Shit!" dia mengumpat pelan ketika sadar kalau handuknya tertinggal di loker. Dia lupa memasukkannya karena terburu-buru. Terlalu jauh dan akan memakan waktu lama untuk mengambilnya, Kai memutuskan menggunakan kemeja seragam sekolah untuk mengeringkan anak kucing itu.

Dengan sebelah tangan dia melepaskan seragamnya. Sekarang dia hanya mengenakan kaos putih fit body yang memamerkan bentuk tubuhnya. Bahu yang bidang, otot lengan yang sempurna dan tubuh atletis yang selama ini tersamarkan seragam terlihat jelas.

"Hm?" Dia mengusap tubuh anak kucing itu dengan hati-hati, "Kalau bersih gini enak, kan?" Kai kembali bertanya walau dia tahu tidak mungkin anak kucing itu mengerti apa lagi menjawab pertanyannya.

Anak kucing itu mengerang pelan sebagai jawabannya. Itu menyebabkan Kai kembali tersenyum. Setelah itu dia kembali mengeringkan bulu anak kucing itu sambil bersenandung pelan. Anak kucing dan sepotong lagu pengantar tidur yang sering dinyanyikannya mengembalikan kenangan manis masa kecil. Kenangan yang menjadi alasannya bertahan sampai saat ini.

Kai tidak pernah tahu judul potongan lagu yang sering disenandungkannya. Sejak kecil bahkan mungkin sejak bayi dia sudah familiar dengan lagu itu semata karena Bunda sering menyanyikannya sebagai pengantar tidur bersama Bapak. Dulu. Ketika semuanya masih normal. Ketika Bapak masih bersama mereka dan Bunda masih bisa memelihar kucing.

"Mooow," perhatian Kai kembali tertuju pada anak kucing itu. Senyumnya yang sempat hilang kembali. TIdak selebar sebelumnya tapi cukup untuk disebut senyuman. Dan anak kucing itu membalasnya dengan membuka sebelah mata lalu kembali bergelung dalam kemeja seragam yang tadi digunakan untuk mengeringkan bulunya.

The Salad Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang