Slide Four [end]

33.4K 2.6K 28
                                    

Merasa diperhatikan, Ellie mengangkat pandangan dari LCD kameranya. Ternyata benar, ada yang sedang memperhatikannya. Tapi dia tidak pernah menduga kalau yang diam-diam memperhatikannya adalah Kai.

Sesaat dia membeku. Bukan karena takut melainkan karena dia belum terbiasa menghadapi Kai. Ditambah lagi postur tubuh Kai yang tinggi, sekitar 180 cm, cukup mengintimidasi Ellie yang hanya memiliki tinggi badan 158 cm. Tapi sedetik kemudian senyumnya terulas lebar. Anak kucing yang muncul dari kepala Kai penyebabnya.

Ellie memang pecinta kucing. Dia tidak pernah memelihara kucing tapi setiap kali menemukan kucing liar dia akan menyempatkan diri untuk bermain atau sekadar memberi makan. Tidak hanya itu, hampir setiap hari Ellie pasti mampir ke beberapa akun Instagram yang khusus memposting foto-foto kucing. Dia sengaja tidak mem-follow akun-akun tersebut karena tidak ingin menjadi bahan tertawaan sahabat-sahabatnya.

Akhirnya Ellie memutuskan untuk menghampiri Kai.

"Belum pulang?" Topik aman. Dia tidak mungkin mengacau dengan pertanyaan ini, kan? Selain itu dia juga penasaran karena setahunya Kai salah satu siswa yang segera melesat pulang bersamaan dengan dering beli kecuali Endra atau Mirza mengajaknya hangout bersama. Itu juga sangat jarang karena Kai lebih sering menolak ajakan mereka.

"Mau pulang tapi ketemu anak kucing," Kai tersenyum sambil mengusap anak kucing dalam pelukannya. Terlihat seperti bola bulu kecil dalam tangan Kai yang besar.

"Oh," Ellie bingung bagaimana harus menanggapi jawaban yang diberikan Kai.

"Kamu?"

"Aku...kenapa?" Ellie mengerjap bingung lalu mengalungkan kameranya.

"Kamu, kok, belum pulang?" Kai mengulang pertanyaannya dengan lebih jelas.

"Oh," Ellie mengangguk paham, "Nungguin Endra. Dia masih ada urusan OSIS."

"Pulang pergi selalu bareng, ya?" Anak kucing itu turun dari pelukan Kai. Sekarang anak kucing itu terlihat asyik memainkan tali sepatu Kai.

"Pergi selalu bareng. Tapi kalau pulang jarang. Biasanya Endra nganterin fansnya."

"Fans?"

"Iya, fans. Cewek-cewek yang naksir sama Endra dan minta dianter pulang atau jalan bareng."

"Bukannya kalian pacaran, ya?"

"Siapa? Aku sama Endra?" Ellis spontan tertawa dan melupakan kemyataan kalau dia tidak terlalu mengenal Kai, "Itu gosip dari mana? Nggaklah! Aku sama Endra itu tetanggaan. Rumah kami hadap-hadapan."

"Kirain," Kai mengambil anak kucing itu kembali dalam pelukannya.

Pembicaraan mereka berhenti sampai di situ. Ellie kehilangan pertanyaan dan Kai kembali asyik bermain dengan anak kucing dalam pelukannya. Sesekali anak kucing itu akan mengeong pelan dan senyum Kai melebar. Tertanya tidak hanya Kai yang tersenyum, Ellie juga. Tidak hanya itu, Ellie sudah mengarahkan kamera ke Kai dan anak kucing. Setelah memastikan fokus dan angle terlihat menarik, dia menekan shutter.

Suara shutter yang terdengar membuat Kai terkejut hingga mundur selangkah.

"Sori," Ellie langsung merasa bersalah melihat reaksi Kai, "Anak kucingnya lucu. Namanya siapa?"

"Belum punya nama," Kai mengangkat anak kucing itu dan mengulurkannya ke Ellie, "Mau gendong?"

"Boleh?" Mata Ellie semakin berbinar ketika Kai mengangguk lalu meletakkannya di tangan Ellie yang terbuka, "Lembut bangeeeet! Nyiaw, nyiaw, nyiaaww!"

Sementara Ellie asyik bermain dengan anak kucing, Kai diam-diam kembali memperhatikannya. Ellie yang ada di hadapannya. Saat ini berbeda dengan Ellie saat berada di kelas. Dia merasa di kelas Ellie sering terlihat murung dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Bahkan ketika Mirza membuat seluruh kelas tertawa seperti kemarin, Ellie masih terlihat murung walau berusaha untuk ikut tersenyum.

The Salad Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang