Slide Five

29.7K 2.4K 80
                                    

There all many things that I would like to say to you
But I don't know how
-Wonderwall-

"Siska gimana?" Endra bertanya sambil menghabiskan selembar roti dengan selai cokelat tebal yang sebenarnya merupakan bekal Ellie.

Ketika jam pelajaran berakhir Renata mengajak Ellie ke kantin. Seperti biasa Renata ingin menikmati bakso kantin Persada Gemilang yang terkenal dengan kelezatannya. Sanking lezatnya, banyak alumni sekolah yang menyempatkan diri berkunjung hanya untuk menikmati bakso itu. Ajakan Renata membuat Ellie memberikan bekalnya kepada Endra untuk dihabiskan.

"Siska yang mana? Siska di sekolah kita banyak, Nyet!" Mirza ikut menghabiskan bekal Ellie, "Yang rambutnya panjang? Atau yang ininya," Mirza menggerakkan tangan di depan dada penuh arti, "Gede atau yang badannya kayak gitar?"

"Dasar otak mesum!" Endra melemparkan gumpalan kertas ke arah Mirza, "Siska anak cheers."

"Perasaan Siska yang itu nggak cantik," Mirza masih asyik menikmati roti selai cokelat milik Elli, 

"Biasa aja."

"Tapi gayanya asyik," Endra menjilat sisa selai cokelat di jarinya.

"Terus kenapa?" Mirza bertanya dengan mulut penuh roti, "Ngedeketin?"

"Kayaknya," Endra menyandarkan punggung pada dinding lalu melemparkan pandangan ke luar jendela, "Berapa hari ini dia kayak sengaja papasan terus ngajak aku ngobrol."

"Terus? Kamu naksir?"

Endra mengangkat bahu ringan, "Belum gimana-gimana. Cuma kalau diajak jalan kayaknya asyik gitu."

"Yaaah, aku ingetin aja, hati-hati sama anak cheers. Suka aneh-aneh. Rada posesif semi obsesif."

"Ngarang!" Endra tergelak, "Kayak yang pernah macarin anak cheers aja!"

"Emang belum. Anak cheers seleranya kayak situ, yekan?!" Mirza ikut tergelak, "Inget tahun lalu, siap ngalamin kejadian gitu lagi?!"

Tahun lalu Endra melakukan kesalahan dengan memberikan harapan kepada salah seorang senior yang juga merupakan anggota cheerleader Persada Gemilang. Cewek itu memiliki wajah yang menarik, tubuh serupa model dan cukup ramah. Beberapa kali Endra mengantarkan senior itu pulang. Mereka juga sempat jalan bareng. Tapi hanya itu. Tidak ada pernyataan cinta atau perlakuan Endra yang bisa disalahartikan tapi senior itu bersikeras kalau mereka berpacaran dan merundung seluruh cewek yang dekat dengan Endra termasuk Renata dan Ellie. Endra yang awalnya memilih tidak ambil pusing langsung bertindak ketika Ellie terseret dalam masalah itu.

Sebenarnya Endra tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Reputasinya sebagai playboy sudah menjadi rahasia umum Persada Gemilang. Walau dia berulang kali mengkonfirmasi kalau dia bukan seorang playboy tapi reputasi itu sudah kadung menempel. Wajar mengingat Endra tidak pernah bisa tegas menolak cewek walau dia tidak pernah mengiyakan atau menerima perasaan mereka. Endra selalu beralasan kalau dia belum siap untuk memilih dan tidak ingin mengecewakan siapapun. Anehnya banyak cewek yang memaklumi tindakannya. Hak prerogatif orang ganteng kalau kata Mirza.

"Yang kemarin emang udah aneh dari orok. Beda sama yang ini. Lebih..eh," tiba-tiba Endra menunjuk ke luar jendela, "Kayaknya cewek yang itu cantik, deh! Anak baru pasti gemesin."

"Mana?" Penuh semangat Mirza langsung berpindah ke samping Endra lalu melihat ke arah yang ditunjuk oleh sahabatnya, "Yang itu?"

"Itu, Kunyuk! Yang pakai rompi biru. Gimana?" Mirza memicingkan mata beberapa saat. Dari lantai tiga, cewek berkulit putih dengan tubuh semampaii terlihat memiliki paras menawan. Jenis cewek tipe kesukaan Endra.

The Salad Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang