Side Story - Renata & Mirza

25.5K 1.7K 9
                                    

-When Renata meet Mirza-

"Apple fanboy," nada yang digunakan Mirza ketika mengucapkan dua kata itu membuat Renata yang sedang asyik melihat berbagai mainan di rak Kidz Station setelah menyimpan smartphone berpaling menatapnya bingung.

"Ternyata lo Apple fanboy?" Mirza memperjelas maksud ucapannya ketika menyadari kebingungan Renata.

"Maksudnya?" Kernyitan di dahi Renata semakin dalam.

Baru beberapa menit yang lalu mereka berkenalan. Ellie ternyata tidak hanya mengajaknya untuk menemani mencari kado ulang tahun Yasha, sahabatnya juga mengajak Endra dan Mirza. Dia paham kenapa Ellie mengajak Endra, Ellie sudah bersahabat dengan Endra sejak lama dan rumah mereka berdekatan jadi besar kemungkinan Endra juga mengenal Yasha. Tapi Mirza?

Jangan salah paham. Renata tidak merasa memiliki masalah apapun dengan cowok itu. Dia hanya tahu reputasi cowok itu di bidang olahraga. Sebagian klub olahraga di SMA Persada Gemilang menginginkan Mirza bergabung bersama mereka tapi sampai sekarang cowok itu masih belum menentukan pilihan.

Sesekali Renata akan melihatnya ikut bergabung dengan klub sepak bola tapi di kesempatan yang lain, Mirza berada di klub basket, bahkan dia pernah beberapa kali melihat cowok itu membantu klub atletik dan baseball. Cowok itu melakukan semuanya dengan baik. Dia seakan terlahir sebagai olahragawan sejati.

Selain itu, Mirza juga terkenal sebagai joker di angkatan mereka. Cowok itu selalu sukses menghadirkan tawa bahkan saat guru paling killer mengajar. Walau begitu prestasi akademis Mirza cukup bisa dipertanggung jawabkan. Tidak cemerlang tapi sedikit di atas rata-rata.

"Kamu pakai iPhone sama iPod tapi nggak tahu kalau Apple fanboy itu sebutan untuk fans produk Apple?" Di telinga Renata pertanyaan itu terdengar merendahkan.

"Aku bukan fans mereka. Aku, hm," Renata mengambil sebuah kotak puzzle lalu menimbangnya beberapa saat, "Sekadar pengguna."

"Oh," lagi, nada suara yang digunakan Mirza membuatnya tidak nyaman. Seakan cowok itu sedang menghakimi hanya karena dia menggunakan iPhone dan iPod. Apa ada yang salah dengan itu?

"Kenapa?" Renata memutuskan untuk bertanya. Dia paling tidak suka merasa penasaran.

"Nggak," Mirza meletakkan kembali kotak mainan yang sejak tadi sedang diperhatikannya, "Menurutku Apple fanboy itu sombong dan merasa kalau mereka ekslusif."

"Itu pendapat kamu tentang aku?" Jawaban Mirza membuatnya kesal. Sedangkal itu seseorang menilai orang yang baru dikenalnya?

"Re," Ellie menghampirinya sambil membawa dua kotak mainan berukuran besar. Sahabatnya selalu rela melakukan apapun untuk adik semata wayangnya. Termasuk menghabiskan uang saku bulanannya, "Menurut kamu yang mana?"

"Endra pilih yang mana?" Renata mengatur suara agar kekesalannya terhadap Mirza tidak tersalurkan ke orang tidak seharusnya.

"Endra nggak usah diharapin. Masa dia pilih ini," Ellie mengangkat kotak yang didominasi warna pink, "Lupa kali dia kalau Yasha itu cowok."

Renata tertawa tapi langsung terdiam ketika sudut mana menangkap Mirza yang masih memperhatikannya, "Yang satunya aja. Yasha pasti suka."

"I told you," Ellie berbalik menatap Endra.

Sore itu setelah menemukan kado yang tepat untuk Yasha, mereka memutuskan untuk makan di salah satu restoran fast food terkenal sebelum pulang dan berurusan dengan pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan.

Ellie pulang dengan perasaan bahagia karena sudah menemukan kado ulang tahun untuk Yasha, Endra juga terlihat senang karena menghabiskan sore ini bersama sahabatnya, Mirza selalu penuh tawa tapi berbeda dengan Renata. Renata sampai di rumah dengan kesal.

Bagaimana tidak kesal jika Mirza terus menerus mengolok hanya karena dia mengenakan iPhone dan iPod, Ada saja olokan yang ditujukan oleh Mirza untuknya. Tidak sampai membuatnya marah tapi cukup membuatnya kesal karena dia merasa Mirza menganggapnya sebagai tuan putri yang manja dan merasa eksklusif. Itu menyebalkan!

Sepanjang minggu itu dia menghindari Mirza sebisa mungkin. Untung kelas mereka berada di sisi yang berbeda. Ketika Ellie mengajaknya makan siang di kantin, Renata menolaknya dengan berbagai alasan. Makan di kantin berarti harus berbagi meja dengan Endra dan Mirza. Begitu juga ketika pulang sekolah, Renata meminta Pak Pram, supir keluarga yang mengantarnya ke mana pun, untuk datang lebih awal. Dia juga berhenti menonton klub olahraga berlatih karena malas berurusan dengan Mirza.

Dia berhasil menghindari Mirza di sekolah tapi tidak di akhir pekan. Entah bagaimana Mirza tahu kebiasaan Renata lari pagi di jogging track peruhamannya setiap akhir pekan dan libur sekolah. Cowok itu muncul seperti hantu. Awalnya Renata berpikir kalau itu hanya kebetulan. Tapi keyakinannya runtuk ketika Mirza menyapanya.

"5 kilo?" Mirza mengimbangi kecepatan lari Renata.

"Kamu ngapain di sini?" Renata bertanya ketus.

"Lari," Mirza mempercepat larinya lalu berbalik ke arah Renata sambil tetap berlari, "Sama kayak kamu."

"Kok di sini? Aku tahu rumah kamu nggak di sekitar sini," Renata berusaha mempercepat larinya tapi Mirza selalu berhasil mengimbanginya.

"Nggak ada urusannya sama kamu," ada nada iseng dalam jawaban yang dilontarkan Mirza dan itu membuat Renata kesal.

Tidak hanya sekali. Sejak itu Mirza selalu muncul. Kadang Mirza akan menggoda Renata ketika mereka lari berdampingan walau tidak jarang mereka hanya berlari tanpa saling bertukar kata. Tanpa mereka sadari hal itu berubah menjadi rutinitas. Sampai sekarang.

***

"Hei," Mirza menempelkan botol air mineral dingin di pipi Renata yang sedang mengelap sisa keringat di salah satu bangku taman. Mereka baru saja menyelesaikan lari sejauh 5 km dengan mengelilingi perumahan yang ditinggali oleh keluarga Renata.

"Kebiasaan," Renata mengeluh sambil mengusap pipinya, "Dingin tahu!"

"Sori," cowok yang jarang serius kali ini terlihat berbeda. Dia menatap Renata dengan berbeda.

"Udah biasa kamu giniin tapi baru kali ini kamu minta maaf. Kesambet?" Renata membuka air mineral yang dibawakan Mirza.

"Bukan buat itu," Mirza sekarang terlihat salah tingkah dengan menggoyangkan tubuhnya lalu menatap ujung sepatunya cukup lama.

"Hm?" Renata bergumam pelan.

"Sori buat yang kemarin," Mirza memilih untuk menatap sesuatu yang ada di belakang Renata, "Itu...aku nggak maksud ngomong gitu." setelah mengucapkan itu Mirza berbalik dan berjalan menjauh, "Buruan. Kamu janji ngajarin aku matematika hari ini."

Di balik punggung Mirza, Renata tersenyum lebar. Sepotong permintaan maaf yang canggung. Itu cukup untuknya. Ya, hanya itu yang dibutuhkan oleh Renata.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bayar hutang.  
Maaf untuk yang menunggu

XOXO

Dy~

The Salad Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang