Chapter Eighteen

9.9K 1K 48
                                    

※Shery Kim※
.


Mrs. Jung melenggang santai mengambil tempat duduk di sofa ruang tv yang menyatuh dengan ruang makan. Wanita itu menatap putra sematang wayangnya yang masih berdiri membeku di tengah ruangan melihat kehadiranya yang tak terduga.

"Duduklah." satu kata itu membuat Yunho mengambil tempat duduk di sofa lain. Pria itu tidak ingin bertengkar dengan ibunya di hadapan kekasihnya. Terlebih tidak ingin membuat Jaejoong tertekan karena yang ia tahu ibunya itu tidak menyukai Jaejoong.

“Jika ada masalah penting, katakanlah segera. Umma boleh pergi setelahnya.”

Wanita itu tidak terkejut mendengar nada kaku dari putranya itu. Toh Mrs. Jung sudah terbiasa dengan sambutan putranya yang memang tidak bisa ia duga. “Aku ingin bicara denganmu juga Jaejoong.”

“Jika Umma ingin... .”

“Aku ingin apa?” bentak Mrs. Jung. “Bagaimana kau bisa tahu apa yang akan aku katakan. Bahkan aku belum mengatakan tujuanku datang kemari.”

Bibir Yunho terkatup mendengar nada bicara ibunya yang santai. Meskipun ia marah, Yunho tidak ingin memperlihatkan amarahnya di hadapan Jaejoong. "Jongie, kemarilah."

Punggung Jaejoong berubah kaku mendengar panggilan Yunho. Pria itu menepuk sofa di sebelahnya, memberi perintah dengan tatapan tegas yang Jaejoong yakini tak ingin di bantah.

Tanpa memprotes ataupun menolak, Jaejoong bangkit dan bergabung dengan kekasihnya. Duduk dengan jarak lumayan jauh dari tempat Yunho duduk di sofa panjang itu.
"Aku bilang kemari." ujar Yunho bersamaan dengan tangan pria itu menarik Jaejoong untuk duduk lebih merapat ke sisinya.

"Umma sudah tahu bukan jika kami memiliki hubungan. Cepat katakan tujuan Umma datang kemari karena aku harus mengantar Jongie pulang setelahnya."

Mrs. Jung memutar bola mata jengah seakan berkata 'kau pikir aku bodoh' kepada keduanya. "Majalah membicarakanmu. Pewaris Jung yang memiliki hubungan dengan cucu seorang pelayan." kata itu di ucapkan dengan nada biasa. Akan tetapi memiliki makna berbeda bagi ketiga pria di ruangan itu.

Yunho merasakan tubuh Jaejoong menegang di bawah rengkuhan lengannya. Ia juga merasa marah mendengar ucapan ibunya itu hanya saja ia bisa menahan amarahnya untuk nanti, tidak di hadapan Jaejoong yang bisa saja ketakutan karenanya.

Yunho menautkan tangan mereka sebagai dukungan tanpa kata kepada kekasihnya itu.

Mengabaikan nada sindiran terakhir putranya Mrs. Jung berkata. "Kau bahkan tidak pulang sejak ayahmu marah padamu atau bahkan sekedar datang menjenguk kami. Apa kau benar-benar tidak menginginkan kami lagi?"

“Abeoji lah yang tidak menginginkan Jaejoong. Dan aku tidak suka itu.”

“Tentu saja kami marah. Siapa yang ingin kau jadikan istrimu yang kau bahas, Yunho. Dan kau memilih seorang pemuda yang bukan siapa siapa, mencampakkan gadis baik-baik yang juga dari keluarga baik. Lalu kau ingin kami berbuat apa?” Mrs. Jung menghela napas setelah menyadari ucapannya mulai meninggi.

Namum wanita itu tak hanya cukup sampai di sana. “Kami membesarkanmu dengan harapan kau akan menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Hidup sehat dan sukses dan itu berhasil. Menemukan seorang istri yang pantas untuk kau jadikan istri. Lalu kau ingin aku bagaimana ketika mengetahui putraku memutuskan pertunangan yang telah aku rencanakan dengan keluarga terpandang hanya demi seorang pemuda yang tidak kami kenal?” Ketika melihat putranya berniat menyela wanita itu menyahut dengan tegas. “Jika kau berada di posisi kami, lalu putramu melakukan hal yang sama apakah kau akan diam saja? Tidak ada orang tua yang ingin putranya hidup menderita, Yun. Hanya saja setiap orang tua memiliki cara mereka sendiri untuk membuat mereka bahagia.” Entah karena tujuan apa Mrs. Jung melirik Jaejoong.

Catch MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang