Twenty Three -End-

14K 1K 63
                                    

※Sherry Kim※
.

Keributan di luar kamar membuat Jaejoong terbangun. Kepalanya berdenyut nyeri setelah semalam tidur larut dan minum segelas anggur yang di tawarkan oleh saudari perempuannya.

Meski ibu serta ayahnya melarang Jaejoong untuk minum, ia terlalu bahagia untuk memikirkan konsekuensi yang akan ia rasakan pagi berikutnya.

Lihatlah sekarang. Kepalanya berdentum tak karuan seakan akan ada sepasukan orkestra memainkan drum di kepalanya. Ia pun kembali menghempaskan tubuh ke ranjang.

Suara pekikan itu kembali terdengar. Jaejoong mengenal suara itu sebagai salah satu suara kakaknya. Tidak adakah seorang pun yang sadar bahwa suara mereka melebihi burung gereja di pagi hari.

Dengan kesal pemuda itu menendang selimut sampai benda malang itu terlempar ke lantai. Mengabaikan sakit kepalanya.

Jaejoong tidak habis pikir, siapa yang akan menikah di sini dan kenapa mereka semua, bahkan ibu, saudara dan para pelayan sibuk hilir mudik tidak jelas sejak kemarin bahkan sampai pagi hanya untuk mengurus gaun dan kemeja apa yang akan mereka kenakan. Ya Tuhan

"Kalian mengangu tidur cantik Jongie." teriak Jaejoong dari depan kamarnya sesaat sebelum pintu kamar seberang terhempas dengan suara nyaring.

Ia menatap galak siapapun yang berada di kamar itu, kamar kakaknya yang akan mereka gunakan sebagai ruang rias. "Tidak tahukah kalian bahwa aku, Jung Jaejoong membutuhkan istirahat lebih untuk hari penting ini. Omo jika wajahku kusut nanti siapa yang akan bertanggung jawab, Jongie tidak akan tampan lagi dan bagaimana jika Yunho kabur setelah melihat wajah Jongie yang jelek."

"Omong kosong apa itu," Mrs. Song muncul dari belakang Jaejoong. Jaejoong melompat terkejut karenanya.

Song Ji Hyo melenggang masuk ke dalam kamar yang berantakan dan telah di penuhi oleh gaun serta pakaian yang akan mereka kenakan siang ini. "Yunho tidak akan meninggalkanmu meskipun kau datang ke altar mengenakan pakaian tidur itu."

Menunduk, Jaejoong memperhatikan piama tidurnya yang bermotif beruang dengan ngeri. "Mama bercanda?" ujarnya ngeri. "Yang ada bukannya Yunho yang akan kabur, melainkan pendeta yang akan menikahkan kami. Karena beliau berpikir Jongie masih di bawah umur."

"Kau memang masih di bawah umur, dan tidak seharusnya menikah sebelum lulus sekolah."

Jaejoong mendengus geram. "Kurang dari dua bulan lagi."

"Ide yang bagus." sahut Mr. Kim dari sisi Jaejoong. Sejak kapan kakeknya itu berada di sini? "Bagaimana kalau pernikahan ini kita tunda saja."

"Kakek!" teriak Jaejoong. "Tidak! Jangan di tunda. Jongie sudah tidak sabar untuk menjadi istri Yunho dan kenapa kalian semua berkumpul di sini, di jam sepagi ini?" Mata doe Jaejoong mengawasi mereka semua. Hilang sudah sakit kepalanya karena memang semalam ia minum sedikit.

"Sekarang sudah jam sepuluh Jongie, jika kau tidak sadar." sahut Yuri.

"Yang benar saja, Jongie kan baru saja tidur dan... Oh Mama," pekik pemuda itu. "Kenapa tidak ada yang membangunkan Jongie. Jongie kan belum mandi, belum perawatan wajah dan masker, juga belum dandan sebelum jam dua belas siang atau pernikahan ini akan batal. Ya Tuhan, Kakek bantu Jongie mencari pakaian Jongie, Jongie harus mandi." Pemuda itu melompat keluar kamar menuju kamarnya di seberang lorong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catch MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang