CS // One

8K 1K 309
                                    

“Ouch, Fla! Don't touch my cheek!” protes Niall ketika Flavius menyentuk permukaan kulit pipinya yang baru saja dijahit.

“Oops, i'm sorry, man,” balas Flavius (yang biasa dipanggil Fla) sebelum mengikat rambutnya. “Serius, ya. Mengapa kau bisa mempunyai luka jahitan diwajahmu, Niall?” tanya Fla.

“Jatuh saat sedang memanjat. Wajahku tergores ranting. Dan, yah, beginilah jadinya. Cukup buruk, kan?” tutur Niall kepada Fla sebelum memakai beanie-nya. “Ayo, Fla, kita pulang sebelum hari mulai gelap,” ujar Niall sambil menarik lengan Fla yang sedang duduk di bangku taman dekat rumahnya.

“Kenapa akhir-akhir ini kau senang sekali pulang awal, sih? Bukankah biasanya kau paling senang kalau pulang larut malam, eh?” ujar Fla yang menaruh rasa curiga terhadap sahabatnya, yaitu Niall.

Niall menggeleng beberapa kali. Tidak memberi jawaban samasekali kepada Fla.

Fla pun memutar kedua bola matanya sebelum menyilangkan kedua tangannya di dada, “Oke, dan sekarang kau jauh lebih tertutup dariku. Fine,” ujarnya lalu berjalan mendahului Niall yang masih bergeming di tempat.

Niall hanya bisa menunduk lesu sambil memandangi sahabatnya yang kini marah padanya.

***

Fuck,” desis Fla ketika ia terbangun dari tidurnya dan mendapati bahwa sekarang masih jam 02.15 pagi. Fla pun ingin kembali tidur namun entah kenapa, matanya susah sekali ia pejamkan.

Fla pun mengambil iPhone miliknya dari nakas dan membuka aplikasi Twitter dari handphonenya itu. Merasa bosan terhadap Twitter, Fla pun keluar dari aplikasi Twitter dan baru menyadari kalau ia menerima beberapa pesan singkat. Beberapa pesan ia terima dan semuanya pengirimnya adalah Niall Horan, sahabatnya.

Niall Horan.

-Fla.

Sent 7 hours ago.

-Flavius O'dair, kumohon jangan marah kepadaku. Sungguh, aku tidak merahasiakan apapun terhadapmu, kok, Fla. I swear to God.

Sent 7 hours ago.

-Fla, maaf karena akhir-akhir ini aku berubah. Please, reply my text, Fla. :(

Sent 7 hours ago.

-Fla... Don't ignore me, Fla... Please :(

Sent 6 hours ago.

-Fla... When you'll reply my text, Fla? :(

Sent 6 hours ago.

-I'll never give up, Fla. Please... Talk to me, Fla :(

Sent 6 hours ago.

-Okay, maybe you're sleeping now. Good night, my Fla! <3

Sent 5 hours ago.

-Fla, entah kenapa... Perasaanku tidak enak, Fla. Kalau terjadi apa-apa denganku... Aku hanya ingin berkata satu hal ; aku mencintaimu dalam hidup dan matiku, Fla.

Sent 2 hours ago.

-FLA, HELP ME, PLEASE! S O S!

Sent 1 hour ago.

Fla pun terkejut ketika ia membaca pesan terakhir dari Niall. Biasanya, jika Niall memberi tanda “S O S” diakhir pesannya, itu tandanya Niall sedang dalam bahaya.

Sedangkan dikediaman Horan, Greg berusaha untuk membuat Denisse dan Theo agar segera keluar dari rumah mereka sekarang juga dan mencari bantuan secepatnya.

“I love you,” ujar Greg kepada istri dan anak tunggal nya itu sebelum mereka berdua berlari untuk mencari bantuan. 

Saat Greg membalikan badannya, terlihatlah seorang pria bertubuh besar sedang membidikan pistol kearahnya. Dan dalam hitungan detik, nyawa Greg sudah tidak ada.

Pembunuh itu pun tersenyum licik dan penuh kemenangan, “1.. 2.. 3.. 3 are dead! Ha ha ha!” ujarnya bak seorang pshyco. Well, sepertinya dia memang seorang pshyco. 

Greg adalah anggota keluarga Horan yang ketiga yang sudah tewas. Dua anggota lainnya sudah tewas terlebih dahulu dari Greg/

Maura, Bobby, dan Greg sudah tewas. Namun, hanya Greg-lah yang tewas tidak dalam keadaan yang mengenaskan. 

Maura tewas dengan perutnya terbuka lebar (menunjukan seluruh organ dalamnya, serta ususnya yang keluar). Bobby tewas dengan kedua bola matanya yang tercongkel, dan Greg hanya tewas karena tertembak. Tepat di jantungnya.

Yang tersisa hanyalah 3 anggota keluarga saja. Yaitu Denisse, Theo, dan Niall. Namun, Denisse dan Theo sudah berhasil melarikan diri dan sedang mencari bantuan (namun keduanya masih diburu oleh pembunuh), sedangkan Niall sedang mengumpat di dalam lemari pakaian dengan memegang kalung Salibnya dengan erat. 

Niall hanya bisa berdoa kepada Nya agar ia bisa diselamatkan sekarang juga dan bisa hidup bebas. Namun, separuh hatinya ingin ia juga mati karena kedua orang tuanya telah meninggal (Niall belum tahu kalau Greg sudah meninggal).

Hanya Denisse-lah satu-satunya harapan untuk Niall. Sedangkan Denisse baru saja tertangkap oleh pembunuh dan langsung dibunuh ditempat dengan cara menusuk bagian kepalanya (dan tentu saja mengenai otaknya). Namun tidak dengan Theo. Theo tidak dibunuh, melainkan diculik dan akan dijual.

“I got you, little boy,” ujar sang pembunuh kepada Niall ketika ia sudah menemukan Niall dalam keadaan ketakutan. Pembunuh itupun langsung menjambak rambut Niall agar Niall keluar dari dalam lemari pakaian tersebut. Niall berusaha untuk berpegangan agar tidak keluar dari tempat persembunyiannya tersebut. Namun hasilnya gagal. Niall berhasil ditarik keluar.

Pembunuh tersebut itupun langsung mengarahkan pisaunya ke arah mata biru menawan milik Niall. Niall pun memejamkan matanya dan pembunuh tersebutpun menggores wajah Niall dengan pisau berkali-kali. Niall mengerang kesakitan, tentunya. 

Niall berusaha untuk menendang pembunuh tersebut, namun kawanan lainnya datang dan memegangi tangan dan kakinya. Pembunuh tersebutpun langsung menusuk mata Niall yang sedang terpejam itu sebelum menusuk bagian perutnya berkali-kali hingga laki-laki berdarah Irlandia tersebut menghembuskan napas terakhirnya.

TO BE CONTINUED!

Hm.. sebelumnya.. Aku mau minta maaf karena story ini gaada cover sama summarynya. padahal, aku udah bikin covernya dan entah kenapa... 3 hari belakangan ini aku gak bisa ganti cover sama sekali.

Yang kedua, ini sadis banget sumpah:(( (btw, pembunuhannya terinspirasi dari fanfict “The Dead Boy”)

Hm... leave your vomment, maybe? x

MSS [3] : Childhood Friend || AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang