Fla terbangun dari tidurnya. Ia terbangun pukul 2 pagi. Fla tidak mau tidur lagi. Fla langsung mengambil mantelnya.
Fla berjalan keluar dari kamarnya menuju luar rumah melalui jendela kamarnya. Fla berjalan menuju danau yang biasa ia dan Niall bermain-main. Fla berjalan sendirian disana. Namun, ia merasa kalau Niall itu berada di sampingnya.
Fla kini sudah sampai di tempat dimana danau itu terletak. Fla berjalan memasuki hutan yang gelap dan menemukan sebuah gubuk reot. Fla tersenyum menyeringai, lalu memasuki gubuk tersebut.
Fla bersikap seolah-olah ia tersesat, agar ia dibiarkan oleh sang pemilik gubuk tersebut.
.
.
.
.
“Kau tidurlah dulu, jam tujuh nanti akan ku antar kau pulang. Sekalian aku pergi ke kota,” tutur Joshua, pemilik gubuk tersebut. Fla mengangguk dan membaringkan tubuhnya di atas tikar. Fla tidak tertidur, Fla terus-terusan memaksa dirinya agar terus terjaga.
***
“Bagaimana tidurmu, Fla? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Joshua sambil membuat sarapan untuk dirinya dan Fla.
Fla mengangguk, “Ya. Tidurku cukup nyenyak,” ujar Fla berdusta. “Bagaimana dengan tidurmu, Joshua?” tanya Fla.
“Sama denganmu. Hei, kau sarapan dulu, ya. Sehabis sarapan aku akan mengantarkanmu pulang,” ujar Joshua, lalu menaruh dua mangkuk yang berisi bubur ke atas tikar yang sedang di duduki oleh Fla.
“Terima kasih, Joshua,” Fla tersenyum, lalu mengambil mangkuk yang berisi bubur itu dan mulai melahapnya.
“Oh, ya... Umur mu berapa, Fla?” tanya Joshua sebelum menyantap sarapannya.
Fla menatap Josh sejenak, lalu menaruh mangkuk buburnya di atas tikar, “Apa aku perlu memberi tahumu, Joshua?” tanya Fla sinis, lalu kembali mengambil mangkuk buburnya dan kembali memakannya.
Joshua menggeleng, “Kau tidak perlu memberitahuku, sih,” ujar Joshua santai, lalu meneguk segelas air putih dari dalam gelas.
Keadaan diantara Fla dan Joshua pun menjadi lebih canggung. Padahal saat Joshua menyelamatkan Fla beberapa jam yang lalu, Fla tampak sangatlah ramah terhadap Joshua. Namun, sekarang Joshua merasakan kalau ada yang aneh di dalam diri Fla. Fla benar-benar berubah saat ia terbangun dari tidur pura-puranya yang hanya berlangsung selama 2 jam saja itu.
.
.
.
.
“Kau mau tambah, Fla?” tanya Joshua begitu mereka sudah selesai makan.
Fla menggeleng lemah, “Tidak perlu.” tolaknya dengan nada suara yang dingin.
Joshua mengangguk, “Kau mau langsung pulang, atau...?”
Fla menggeleng cepat, “Aku tidak mau pulang,” ujar Fla dengan ekspresi wajah yang datar, “Aku tidak mau pulang ke rumahku. Aku tidak mau bertemu dengan Donatello. Aku tidak mau bertemu dengan keluargaku. Aku, tidak, mau, pulang!” ujarnya layaknya ia sedang kesurupan.
“Kenapa kau tidak mau pulang, Fla?” tanya Joshua penasaran.
“Pokoknya aku tidak mau pulang!” bentak Fla, lalu memecahkan mangkuk yang berada di depannya. Fla mengambil pecahan beling itu dan mengarahkannya ke arah kepala Joshua.
Joshua pun langsung segera bangkit dan berjalan menjauhi Fla, “M-mau apa, kau?!” tanya Joshua curiga. Joshua pun mengambil pisau dari dapur dan mengarahkannya ke Fla, berjaga-jaga jika nanti Fla akan menusuknya.
Fla hanya diam, lalu melangkah lebih cepat ke arah Joshua. Fla mengambil pisau yang sedang berada di genggaman Joshua dan langsung menusuk bagian kepala Joshua.
Setelah memastikan bahwa Joshua sudah tidak bernyawa lagi, Fla langsung menginjak kepala Joshua, “Ini akibatnya jika kau membunuh sahabatku!” ujar Fla penuh emosi.
Fla pun langsung mencuci tangannya yang penuh darah dan membuang pisau yang ia gunakan untuk membunuh Joshua.
“Fla! Fla!” seru seseorang dari arah kejauhan. Donatello. Sudah pasti itu adalah suara dari Donatello O'Dair.
Fla pun kembali bersikap normal. Fla benar-benar tidak tahu apa yang barusan ia lakukan. Bahkan, ia lupa kalau ia baru saja membunuh Joshua.
Fla pun langsung berlari ke arah Donatello yang sedang mencari dirinya. Fla langsung memeluk tubuh kakak laki-lakinya itu dengan erat, “Donatello...” ujarnya pelan.
“Fla, what's wrong?” tanya Donatello sambil membelai rambut pirang milik Flavius. Namun Fla tidak menjawab, Fla masih terus menangis di dalam dekapan Donatello.
Kali ini Fla mengingat bahwa Donatello adalah kakak kandungnya. Kondisi mental Fla memang benar-benar sudah dibawah tidak normal. Seharusnya Fla jangan keluar dari rumah sakit jiwa terlebih dahulu. Fla masih belum bisa mengadaptasi dengan dunia luar lagi.
Fla pun melepas pelukannya dengan Donatello, lalu melihat Donatello dengan senjata di tangannya, “You killed him! You killed him!” Fla menjerit ketakutan. Sumpah demi apapun, Fla benar-benar tidak bisa membedakan apa yang sudah terjadi dengan imajinasinya!
Donatello memegang wajah adiknya itu, “Who? I didn't kill anyone, Fla!” tanya Donatello sambil membela dirinya sendiri.
Fla menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya, lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat, “You killed him, Donatello!” jerit Fla.
“Who's him, Fla?!”
“Joshua! You killed Joshua!” jeritan Fla makin menjadi.
TO BE CONTINUED
Wey hey, gimana chapter ini? :3
Leave your vote and comment, please! xx
KAMU SEDANG MEMBACA
MSS [3] : Childhood Friend || AU
Fanfiction[COMPLETED] WAS " Can't Sleep? " Bagaimana reaksimu begitu kau mendapati kalau orang yang kau cintai dibunuh di depan matamu? ~~~ MSS aka Midnight Stories Series go find the rest of the series on my profile / reading list "Midnight Stories Series" ©...