"Denganmu aku sempurna"
Ory POV
Boleh aku berteriak? AAAAAAAARRRRRRGGGGHHH!!!
Rasanya aku tidak dapat menahan semua rasa ini. Aku sungguh sangat kacau saat ini.Saat melihat Garnet di peluk oleh Fabian, rasanya ingin berlari ke arah mereka dan segera melepaskan pelukan mereka. Sungguh ini adalah senjata makan tuan! Aku yang membuatnya menjauhiku dan benar saja Garnet menjauh.
Dia berjalan menuju bahagianya. Tak ada lagi harapanku untuk masuk ke dalam hidupnya.
Hanya kesimpulanku tapi aku dapat melihat bahwa Garnet sudah bisa move on apalagi pria itu Fabian. Beruntungnya Garnet.
Pagi ini aku berharap bisa bertemu dengannya saat joging. Iya, setelah malam lamaran itu Garnet jelas menjaga jarak denganku. Rengekan Tici dan Gemi juga tidak bisa membuat kami berdua dekat kembali.
Bukan hanya itu masalahnya. Aku bukan tipe pria terbuka tentang masalah pribadi pada keluargaku. Jadi beginilah nasibku. Hancur, amburadul, acak-acakan!
"Loh tumben jam segini sudah bangun?" tanya bubun
Aku nyengir "Stres bun, butuh udara segar"
"Makanya jangan dipendam sendiri. Terbukalah" sindir bubun sambil menepuk pundakku
Aku sudah kebal dengan sindiran ini. Sudah sering bubun atau Zea menyindirku agar segera mencari pengganti Gretha. Tapi lagi-lagi aku menutup hatiku, mungkin aku akan memastikan hari ini.
Ya aku sudah memutuskan untuk memastikan apakah hati ini sudah terisi Garnet atau masih ada Gretha didalamnya.
Aku keluar dari rumah, melirik ke rumah sebelah tapi tampaknya masih sepi. Belum ada tanda-tanda Garnet bersiap untuk joging pagi ini.
Aku mulai stretching ketika pintu rumah Garnet terbuka. Yes! Hatiku bersorak saat melihatnya keluar dari dalam rumahnya. Ada apa denganku? Kenapa aku jadi grogi dan deg-degan gini ya?
"Pagi" sapaku
"Pagi" sapanya singkat kemudian berjalan meninggalkanku yang masih stretching
Aku langsung mengekorinya dari belakang. Garnet sudah mulai berjalan lebih cepat saat aku hendak menyamai langkahnya.
"Kamu bahagia?" tanyaku
Garnet menghentikan langkahnya "Sorry?" ucapnya dingin menatapku
"Apakah kamu bahagia?"
"Apakah wajahku menunjukkan raut kesedihan?"
Aku menggelengkan kepalaku "Sepertinya kamu bahagia"
"Iya, aku bahagia seperti yang kakang doakan saat acara lamaran. Selalu bahagia" ucapnya tegas
Garnet menghindariku saat aku akan mengelus kepalanya. Aku menjadi canggung dibuatnya.
"Baguslah, kamu harus selalu bahagia Garnet. Aku ikut senang mendengarnya"
"Apakah kakang bahagia?"
~~~
Garnet POV
Skak mat! Aku melihatnya kaget saat mendengar pertanyaaku.
Aku menatap matanya yang sejak tadi sudah menggodaku untukku tatap. Bola mata hitam pekat itu sangat aku rindukan. Senyuman dengan deretan gigi putihnya dan bibirnya yang selalu ku rindukan.
Jujur aku sangat ingin diperlakukan seperti dulu. Kepalaku yang dielus atau rambutku yang diacak-acak olehnya tapi aku harus kuat iman. Ya aku harus membuatnya merasa kehilanganku dengan sikapku ini dan jujur pada dirinya sendiri bahwa dia membutuhkanku.
![](https://img.wattpad.com/cover/85594185-288-k13864.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ending (END)
RomanceBagaimana kalau wanita yang berjuang untuk mendapatkan cinta seorang pria? Susah sih tapi ga ada yang ga mungkin bukan? Bukankah setiap orang harus bahagia? Bahagia yang dimaksud untukku adalah menjaga hati dan ragaku hanya untuk Gretha, cinta perta...