mingyu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, kemudian menjatuhkan tubuhnya di sofa—pada markas mereka, mingyu memilih bolos untuk hari ini.
ia menarik nafas gusar, ia merasa lebih lelah di banding sebelumnya. Mingyu tidak pernah mengira kalau perselingkuhannya akan serumit ini.
ia hanya anak sma yang harusnya menikmati masa-masa menyenangkan saat muda, termasuk soal cinta. tapi nyatanya sekarang ia malah terlihat seperti seorang suami yang sedang berpoligami—yang harus pintar mengatur waktu untuk ke dua istrinya.
seminggu ini mingyu lelah; wonwoo, seungkwan, mereka membuatnya lelah. wonwoo selalu meminta waktunya, ia bahkan marah ketika mingyu membalas pesan yang dikirim seungkwan saat mereka sedang bersama. begitu juga dengan seungkwan, ia seakan memonopoli mingyu saat sedang bersamanya, ia bahkan bisa memainkan ponsel milik mingyu seharian.
wonwoo kini semakin menuntutnya—salahnya saat ia memberi wonwoo harapan seminggu lalu, nyatanya ia masih belum bisa meninggalkan seungkwan begitu saja. Mingyu tidak tahu, hanya saja seungkwan terlalu... berharga?
ia tukang selingkuh, ya mingyu akui itu, tapi ia tetap setia pada seungkwan, berapa kali ia bermain di belakang seungkwan, pada akhirnya mingyu hanya akan tetap kembali pada laki-laki gembil itu.
seungkwan tidak banyak menuntutnya dulu, ia begitu mempercayai mingyu, tidak terlalu mengekangnya untuk bergaul dengan siapa saja. ia mendekatkan diri pada teman-temannya, bahkan ia berteman dengan minghao—yang notabene adalah mantan kekasih mingyu.
tapi begitu pula ketika ia mengenal wonwoo, sosok yang memang berbeda dengan seungkwan, ia terlihat lebih rapuh, membuat mingyu ingin selalu melindunginya, wonwoo membuatnya merasa dibutuhkan. wonwoo juga mempercayainya—dilihat bagaimana dia bergantung pada mingyu, seakan menjelaskan bahwa mingyu adalah sosok yang bisa diandalkan.
mereka berdua sama-sama berharga untuk mingyu. baik seungkwan maupun wonwoo, keduanya sudah layak seperti rumah baginya—home isn't where you live but where they understand you.
mingyu melonggarkan dasi yang bertengger di kerah seragamnya, menyandarkan punggungnya pada sofa, menutupi matanya dengan tangan kanan. dan mingyu ingat sesuatu, setelahnya terkekeh geli, ia ingat wonwoo—ingat saat mereka melakukannya pertama kali di sini.
...
wonwoo mengerucutkan bibirnya, ia sudah banyak mengirim pesan pada mingyu tapi tidak ada satupun yang dibalasnya.
apa lagi sama seungkwan yak?
"nu liat deh, gue ga nyangka seokmin itu romantis," ucapan jeonghan di sampingnya memaksa wonwoo untuk mengenyahkan dulu pikiran tentang mingyu.
jeonghan dan seokmin memang sudah resmi pacaran seminggu yang lalu—saat mereka bertemu diacara perayaan ulang tahun minghao, semacam kesenangan berlipat untuk wonwoo.
wonwoo senang untuk dua hal kala itu; jeonghan ga jomblo lagi, dan mingyu memberinya kepastian.
"emang kenapa?"
"tiga hari lalu gue kan curhat pengen beli jaket bomber yang lagi hits itu, terus hari ini dia ngirim foto bomber yang katanya dia beli buat gue, ulala senangnya,"
"yee itu mah sih bukan dia yang romantis, elunya aja yang matre." jeonghan hanya menjawabnya dengan gumaman-gumaman tidak jelas—mulutnya komat-kamit sendiri.