sudah jatuh tertimpa tangga, sekiranya itu yang menggambarkan keadaan wonwoo saat ini.
jadi tadi pagi, mamanya pergi kerja pagi sekali dan tidak sempat membuat sarapan. wonwoo yang saat bangun tidur kelewat lapar itu akhirnya memutuskan untuk memasak sendiri, berhubung ia tidak bisa memasak jadi ia membuat sarapan seadanya dengan waktu yang cukup lama.
sampai saat apa yang dibuatnya telah siap dan ia akan menyuapkan pada mulutnya tepat pula ketika ia melihat jam di dinding,
enam lewat dua puluh.
wonwoo hampir melempar mangkok stainless di tangannya saking kaget, namun tidak dilakukan.
dengan buru-buru ia mandi untuk bergegas pergi ke sekolah.
naasnya lagi ketika di sekolah ia disuruh pulang saja oleh guru piket. wonwoo bete jadi ia mengirim mingyu pesan. awalnya iseng tapi tanpa diduga mingyu membalasnya dan menyuruh wonwoo menunggunya.
wonwoo mengayunkan kakinya sampai sebuah suara menginterupsi kegiatannya itu.
"wonwoo,"
wonwoo menoleh dan ia mendapati mingyu tersenyum di sampingnya.
...
"jadi gimana ceritanya lo bisa kabur?" tanya wonwoo,
mereka-mingyu dan wonwoo berjalan di samping jalan dengan bergandengan tangan, padahal ga mau nyebrang.
"bisalah, cukup gue aja yang tau itu mah," balasnya.
wonwoo mendecih tapi kemudian ia tersenyum, mengingat mingyu rela membolos untuk menemaninya.
"jadi mau kemana?" tanya mingyu.
wonwoo menggeleng, "gatau."
"mau ke markas ga?"
"ha? markas paan?"
"gue sama anak-anak."
"boleh."
wonwoo pikir mungkin ia bisa numpang makan juga berhubung ia tadi melewatkan sarapannya.
dan di sini lah mereka sekarang, satu ruangan kecil dengan satu kamar mandi.
ada satu sofa dan meja, disudut ruangan ada lemari kecil, dengan gitar di sampingnya.
diatas lemari itu-di tembok menempel satu papan putih yang ditempeli kumpulan foto mereka.
setelah menaruh tasnya di meja wonwoo berjalan untuk melihat-lihat foto itu.
saat melihatnya wonwoo berpikir, kenapa dulu ia tak masuk ke sekolah ini saja bersama hoshi.
kalau saja dulu ia mengikuti hoshi mungkin sekarang ia juga jadi bagian dari anak-anak alay ini.
meski alay tapi wonwoo cukup iri, wonwoo tidak punya teman sekompak ini-iyalah teman dekatnya kan cuma jeonghan- apalagi saat melihat ada foto seungkwan juga, lagi-lagi seungkwan mendapatkan apa yang tidak wonwoo dapat.
"yang," mingyu memanggilnya, wonwoo menoleh.
di meja itu sudah ada dua cup ramen, tadi wonwoo bilang ia belum sarapan jadi mingyu membelikannya ramen instan.
"cepet keburu dingin," mingyu duduk di sofa dan menggesekan kedua sumpit kayu dengan tangannya.
wonwoo menghampiri mingyu dan duduk di sampingnya.
"gyu?"
"hm"
"lo kenal seungkwan gimana ceritanya?"
mingyu sempat menghentikan kegiatan mari menggeseknya itu sebelum menoleh, "kenapa nanya gitu?".
"pengen tau aja."
"yakin?"
wonwoo enggan membuka suaranya, jadi ia hanya mengangguk saja.
"dari club teater, gue sempet masuk club itu kelas satu, karena seungkwan orangnya aktif kek gue ya kita jadi deket gitu," jelasnya, "ga langsung jadian si soalnya waktu itu gue lagi pacaran sama minghao" tambahnya.
"minghao?" wonwoo tidak ingat minghao itu yang mana, mereka kan hanya bertemu saat turnamen kala itu.
"itu yang kurus." jawabnya, lalu ia kembali pada ramennya.
"yang di foto itu lo angkat?"
mingyu mengangguk.
"banyak foto lo sama seungkwan juga, keknya lo cinta banget ya sama dia?"
"eu ya gitu."
padahal jawaban mingyu tidak dibuat jelas, tapi rasanya tetap membuat wonwoo sesak.
dia tahu tidak seharusnya perasaan buat mingyu berkembang sejauh ini, ia masih ingat tujuannya, tapi nyatanya perlakuan mingyu selama ini membuatnya jatuh dalam perangkapnya sendiri.
saat ini wonwoo bukan lagi hanya membagi hatinya, tapi ia sudah berpaling, ia tidak begitu memperdulikan bagaimana seungcheol sekarang, ia hanya ingin mingyu.
"terus kenapa lo selingkuh?"
mingyu diam dan berbalik menghadap wonwoo,
"udalah ga usah dibahas, kita udah sepakat buat jalanin ini kan?"
dan jawaban yang di lontarkan mingyu malah membuatnya ingin menangis.
"mingyu?"
"hm""ramen gue kek cacing anjir gamau!"
maapin kalo ga dapet feelnya yha wkwk