wonwoo memberi balasan pada seungcheol yang mengirimnya pesan maaf karena tidak bisa mengajaknya kencan, katanya saat ini ia tengah pergi ke luar bersama ayah dan kakaknya.
wonwoo menggigit bibir bawahnya; takut, khawatir, ia tengah diliputi perasaan tidak enak hati lainnya saat mengetik balasan untuk pacarnya itu,
to: seungcheol 💞
gapapa, selo ae,
ada mamah ini aku mah :')
hehe.
besok sore jan lupa yha,
kfc depan komplek aku.be have fun tonight cheol 💋
send.wonwoo sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan seungcheol esok hari, semakin cepat akan lebih baik 'kan?
tepat ketika ia memasukan ponselnya ke saku jaket, mingyu menghampirinya dengan sekotak caramel popcorn dan dua gelas minuman.
wonwoo meraih kotak popcornnya dan menarik mingyu untuk segera memasuki ruang teater.
ini adalah malam minggu pertama mereka untuk kencan—karena sebelum-sebelumnya, mingyu akan datang pada wonwoo setelah ia menghabiskan malam minggunya dengan seungkwan.
mereka duduk pada baris ke lima dari depan, menyamankan posisi dengan sesekali menyomot popcorn pada kotak di tangan wonwoo.
semua lampu sudah di matikan, layar persegi panjang itu sudah menampilkan pembukaan dari film yang saat ini mereka tonton, baik mingyu dan wonwoo sama-sama fokus untuk menikmati film yang diputar di depannya—hanya diawal, karena pada akhirnya mingyu menggoda wonwoo dengan memainkan jari-jarinya di belakang telinga wonwoo; daerah yang sensitif.
wonwoo menepis tangannya, mendesis, menggeram, memberinya death glare dan menggigit jarinya ketika mingyu terus melakukannya.
wonwoo mendelik sebal kala mingyu terlihat sangat menikmati aksi terganggunya seorang jeon wonwoo, dia tertawa dengan gigi taringnya yang terlihat jelas.
seperti pertama merasakan jatuh cinta, merasakan debaran yang entah bagaimana harus menjelaskannya, wonwoo terlalu senang dengan hatinya yang sangat membuncah. Dengan tatapan bodoh ini, wonwoo lebih suka melihat senyuman mingyu ketimbang aktor-aktor yang kini tengah muncul dalam layar lebar di depannya.
...
"kamu mau makan apa?" tanya mingyu—tangannya mengenggam tangan wonwoo selagi mereka berkeliling mencari sebuah tempat makan yang pas.
"aku ga begitu laper si, kamu suka waffle ga?" balas wonwoo—jujur karena memang perutnya tidak demo minta diisi.
"aku si apa aja suka," jawab mingyu,
"cari di luar aja kuy, aku tau kedai bagus, kedai kopi si tapi mereka jual macem-macem juga, kamu suka kopi 'kan?" tanya wonwoo.
"banget, apalagi kamu," jawab mingyu, dan satu cubitan kecil ia dapatkan di lengannya.
setelahnya mereka meninggalkan pusat perbelanjaan itu dengan scooter merah milik mingyu—kali ini tanpa diminta, wonwoo memasukkan tangannya pada saku jaket milik mingyu dan melingkarkannya di perut mingyu yang masih belum terbentuk sempurna; roti sobeknya.
...
mereka memasuki sebuah coffe shop di samping jalan. di bagian depan pintu masuk berbingkai biru tosca terlihat display kedai berwarna putih di bagian kaca sebelah kiri. cantik.
bangunan dua tingkat dengan ruangannya terbilang luas, hampir mencapai 250 meter dengan plafon tinggi berhias belasan lampu yang tergantung.ada beberapa bagian ruangan selain bagian depan yang luas, tapi panggung kecil berada di
bagian belakang tempat para artis lokal menampilkan kebolehannya.wonwoo menariknya untuk duduk di depan sebuah lemari kotak-kotak dengan botol-botol di dalamnya. mereka duduk berdampingan, dengan membelakangi sofa yang tertata rapi di samping panggung.
wonwoo telah memesan dua buah green tea waffle dan satu beef bolognaise dengan picolo latte untuk mingyu dan choco smoothie oreo untuknya—ia tidak suka kopi.
walaupun namanya terkesan coffe shop tapi kedai ini juga menyediakan aneka makanan
berat."kamu inget ga waktu kita pertama ketemu dulu?" tanya mingyu, ia telah menghabiskan pasta miliknya dan beralih menatap wonwoo yang tengah menyuapkan sepotong waffle ke mulutnya.
"kfc deket sekolah aku wkwk inget dong," timpalnya.
"perasaan makan kamu banyak, sekarang begini doang, yakin kenyang?"
wonwoo mendelik sebal mendengar kata banyak yang diucapkan mingyu, seingatnya ia hanya meminta satu cheese burger jumbo, satu french fries dan float.
"iya kan?"
"terus lo ga ikhlas gitu?!"mingyu mengibaskan ke dua tangannya, nggalah, yamasa dia ga ikhlas, mingyu mah ikhlasan orangnya.
"bukan gitu, cuma ya aku seneng liat kamu lahap, kamu kekurusan si kek tulang,"
"tulang begini juga lo suka!" wonwoo tidak lagi menggunakan kata aku-kamu, mingyu nyebelin sih.
"ya abisnya kamu ena," dan lirikan super emo seorang jeon wonwoo ia dapatkan lagi.
"bacanda, sayang," ujarnya, "lagian kan kamu mah tulangnya tulang spesial."
"lo kira martabak!"
"ciyus ih, kamu ga mau tau apa tulang spesial itu yang gimana?"
"ga!"
"yakin?"
"hm,"
"ah masa?"
"ya."
"beneran nih?"
"paan si berisik!"
"kalo mau sepi ya ayo ke kamar saja,"
"gila!"
"pasti kamu mikir mesum?"
"ga!"
"ga salah,"
"..."
"yang, tanya dong, tulang spesial tuh tulang apa,"
"tulang apa?""tulang rusukku,"
"ga lucu!"
"aku ga ngelawak yang :("
wonwoo membuang pandangannya dari mingyu, ia lebih memilih kembali menikmati waffle di hadapanya.
Ia tidak mau ketahuan bahwa sebenarnya ia suka saat mingyu seperti ini; receh tapi nyenengin, yakali."aku jadi inget pas jaman kita masih suka dm-an dulu," mingyu tetap mempertahankan fokus matanya pada wajah wonwoo, cantik banget tauga.
"yaterus?"
"mbeee," ujarnya dengan nada sok imut dan wonwoo nyaris tersedak waffle di dalam mulutnya sendiri,"jijik tauga!?" mingyu berhasil membawa mata wonwoo untuk melihatnya lagi—yang saat ini sedang tertawa puas;
membuat jeon wonwoo kesal adalah suatu kepuasan tersendiri untuk mingyu.
met malem mingguan jomb—
i.
(-: