Another Love For Another Cinderella

Bab I : Curhatan Olivia

Ada yang mengatakan bahwa cinta itu bisa datang kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja.

Aku setuju,

Karena cinta datang kepadaku ketika aku sedang tidak menginginkannya.
Cinta datang kepadaku ketika hatiku sedang abu-abu.
Cinta datang kepadaku ketika aku sedang tidak percaya sama sekali pada omong kosong itu.
Dan cinta datang ketika aku baru saja tersakiti oleh hal itu.

Tapi, ternyata tetap saja cinta berhasil menyelusup kedalam relung hatiku perlahan-lahan. Sangat perlahan, sedikit demi sedikit tanpa kusadari bahkan ketika hatiku sedang benci-bencinya pada hal itu.

Perasaan menjengkelkan itu terus masuk, mengendap dan menggumpal dalam hatiku yang sedang sakit parah.
Terkadang rasa yang menyelusup tak tau malu itu juga membawa angin yang sejenak menyejukkan luka parah menganga dihatiku, membawaku kedalam rasa nyaman yang semu.

Tapi jangan lupa, cinta juga membawa angin topan yang sanggup memporak-porandakan hatiku yang sudah luka dan juga membawa serpihan kaca yang tajam lalu membuatnya semakin parah.

Itu sebabnya aku mencoba menolaknya,
Aku hanya sedang berusaha menyelamatkan diriku sendiri.
Itu saja..

Tapi, bagaimana jika aku tidak bisa menyelamatkan diriku ?

Bagaimana jika ternyata perasaan asing itu terlanjur masuk dan meresap kedalam setiap pori-pori hatiku dan menggumpal disana serta membatu dan tidak bisa dihancurkan ?

Bagaimana jika aku kembali tenggelam dalam kubangan rasa sakit yang sama bahkan ketika rasa sakit yang pertama belum juga sembuh ??

Aku tau apa yang akan terjadi...
Aku akan terluka kembali untuk kedua kalinya karena hal yang sama !!

Ya Tuhaaannn !!!
Bahkan seekor keledai pun tidak akan masuk kelubang yang sama dua kali..

Aku ini ternyata lebih parah dari seekor keledai !!!

Ketika cerita ini dimulai, itu adalah saat ketika aku menjadi manusia yang bahkan lebih bodoh dari seekor keledai.

Sangat bodoh dan tidak hati-hati.

Bodoh karena aku dengan sengaja bermain api,
Dan tidak hati-hati__

Karena akhirnya aku kembali terbakar dalam pusaran perasaan ganjil mengganggu yang orang bilang sebagai anugerah Tuhan yang paling indah.

Cinta.

********

"Liv, kamu yakin dengan keputusan kamu kan nak?"

Mama kembali menanyakanku pertanyaan itu. Aku tau dia terluka, dia kecewa. Tapi mau bagaimana lagi?

"Olivia," gantian ayahku yang berbicara.

"Dengerin papa, nak. Papa tau kamu sudah berusaha mempertahankan semuanya. Papa tau kamu sudah berusaha sangat keras. Tapi ini keputusan besar, Liv."

Ayahku mengatakan hal itu lagi, kembali membawa desir yang menyayat dihatiku.

"Sudah 5 tahun kamu hidup bersama Doni." Sambung papa penuh harap. "Apa memang sudah tidak ada lagi yang tersisa dari pernikahan kalian? Apa tidak ada harapan lagi, Liv?"

Aku mencoba mengetatkan topeng baik-baik saja ku. Berusaha sangat keras untuk tersenyum tenang dan menggeleng mantap.

"Justru karena Olive sudah hidup bersama Doni selama itu pa, makanya Olive tau. Gak akan ada yang berubah dan bisa dirubah dari seorang Doni winarko."