Bab XXXVIII : Abhinaya

805 85 7
                                    

Hati Olive ketar-ketir ketika Bastian mengatakan bahwa rumah minimalis berlantai dua itu adalah benar rumah Abhinaya dan lelaki itu memang ada disana. Tiba-tiba saja wanita itu merasa bahwa keputusannya untuk mendatangi Abi adalah suatu kesalahan.

"Mbak Olive mau masuk atau__?"

Olivia tersentak kaget ketika lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai saudara Abhinaya bernama Bastian itu menanyainya. Barangkali merasa aneh melihat Olivia yang malah membeku didepan jalur masuk rumah.

"Abi di dalem kok." lanjut Bastian sambil tersenyum menenangkan. "Ayo, saya anter."

Olivia cuma mengangguk dan memilih mengekori lelaki berkacamata itu menyusuri jalur masuk yang tersusun rapi dari batu alam putih. Mata Olive dengan gugup melihat sekeliling rumah minimalis berlantai dua itu, dan hanya dengan pandangan singkat Olive tau bahwa rumah ini dirawat dengan sangat baik.

Deretan pohon dan tanaman-tanaman hias berjajar rapi dan bersih disepanjang jalur masuk. Halaman yang ditumbuhi pohon-pohon rindang, serta beberapa set bangku dibawah pohon membuat Olive ingin duduk disana sekedar untuk menenangkan degup jantungnya yang menggila.

Langkah mereka berhenti pas di pintu depan yang merupakan akhir jalur masuk rumah Abhinaya, tangan Bastian berhenti di handle pintu ketika lelaki itu berbalik memandang Olive.

"Mbak, Tapi saya gak yakin mbak pantes liat keadaan ini__" katanya ragu.

Hati Olive semakin ketar-ketir mendengar kata-kata penuh keraguan dari lelaki berperawakan sedang itu.

Emang ada apa sih didalam sana?!
Abhinaya lagi apa emang?
Lagi make out sama cewek?!

Pikiran Olivia sudah lari kemana-mana ketika Bastian menyadari arah pikiran wanita lalu berkata,

"Maksud saya, keadaan rumah lagi kacau banget mbak." kata Bastian dengan wajah tidak enak. "Abhinaya abis buat pesta tadi malam, dan asisten rumah tangga kami belom dateng, jadi yang saya maksud dengan kacau, ya emang beneran kacau."

"It's ok__" hanya itu yang bisa dikatakan Olive. Tidak tau apakah harusnya lega atau malah risau.

Dengan wajah ragu, Bastian memutar handle pintu dan mempersilahkan Olivia masuk sementara lelaki itu memilih berdiri diambang pintu.
Olivia melongo begitu melihat keadaan rumah.

Kacau ???
Sepertinya itu terlalu mengecilkan keadaan.
Ini bukan cuma kacau__
Ini lebih parah dari kacau.

Olivia memandang ngeri seisi ruangan yang dipenuhi tumpukan sampah makanan dengan bau yang sangat mengerikan, sangat kontras dengan keadaan diluar yang damai dan tenang. Olivia bertanya-tanya sudah berapa lama pesta bar-bar ini berlangsung sehingga berhasil menghasilkan keadaan dan bau yang sangat parah seperti ini.

Dan yang lebih mengherankan adalah ketika para lelaki pembuat kekacauan itu bisa tertidur dengan tenang seolah mereka berada di pulau penuh dengan kasur empuk dan sejahtera dengan posisi yang tidak beradab.

Manusia bar-bar macam apa mereka ?

Dibawah kakinya berdiri, Olive melihat bercak merah gelap kental yang kemungkinan besar berasal dari percampuran antara saus basi dan sesuatu yang lengket berwarna hijau. Kulit kacang, bungkus makanan yang masih setengah terisi dan botol minuman kaleng tersebar disemua tempat. Jejak-jejak kaki kotor yang tertutup makanan ringan yang seperti secara sengaja di sebar dan Olive yakin bisa menemukan bagian ayam yang masih setengah tergigit di beberapa tempat yang kini dengan heran dipandanginya.

"Ini__" Olive kehabisan kata-kata. "Ada apa sebenernya?" Olive berseru dengan syok.

Bastian meringis tidak enak. "Yah__itu kenapa tadi saya bilang entah mbak Olive pantas atau enggak lihat keadaan ini."

Another Love For Another CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang