Bab XLVIII : Abi-Olive

1.6K 94 10
                                    

27 April 2020

Olive memperhatikan kalender yang berdiri disebelah fotonya dan Aira. Sudah hampir dua bulan semenjak Olive putus dengan Abi. Ya, Olive memutuskannya, dan itu serius.
Jangankan untuk mencoba meyakinkan Olive, menelpon pun tidak.

Desiran sakit hati itu kembali terasa ketika mendapati lelaki itu masih juga online. Iya bener, Olive terus memantau apakah lelaki bongsor itu tetap aktif atau tidak. Menjijikkan memang, tapi begitulah Olivia sekarang.

Berkeras membiarkan tidak mau mengontak Abhinaya sedikitpun, tapi tetap memantau semua tingkah laku lelaki itu dari sosial media. Olive bahkan tidak mau bertanya-tanya bagaimana kabar Abi pada Bian ataupun Radit meskipun Olive mencium gelagat kepo dari kedua teman lelaki itu.

"Mbak Olive, Abi gimana kabarnya?" Olive ingat Bian menyapa lalu menanyai Olive hal itu tiga hari yang lalu.

"Tau." Olive menjawab ketus tanpa melihat Bian.

Olive cuek saja ketika Bian melempar mata pada Radit waktu itu.

"Ehehehe." Bian memulai kembali. "Bukannya mbak Olive pacarnya Abi."

Olive memutar duduknya di kursi bartender Lilo dan menatap Bian galak sambil bersedekap. "Terus?"

"Abhinaya sulit dihubungi, mbak." Radit ikut bersuara. Lelaki sipit itu mencoba menampilkan senyum ramah yang sama sekali tidak bisa membuat hati Olive menjadi lebih baik. "Ditelpon gak bisa lama, di chat juga lama banget balesnya."

"Jadi kami tanya sama mbak." lanjut Radit masih cengengesan. "Kan gak mungkin kalo mbak Olive yang telpon dia gak sempat angkat."

Gue di reject!!
Denger!
Puas lo?!

"Saya gak tau." Olive menjawab ketus dengan hati sakit luar biasa.

"Oh gitu." Radit tersenyum sungkan dengan wajah tidak enak.

"Mbak nitip pesan ke Abi_" Bian berkata. "Misal dia nelpon mbak bilangin ke dia___"

"Saya putus sama Abi." Olive tidak kuat lagi. Kata menyakitkan itu keluar juga sambil menyayat hati Olive sampai berdarah. "Jangan tanya saya gimana kabar dia mulai dari sekarang."

Olive mengenang percakapannya dengan Radit dan Bian tiga hari yang lalu dengan hati masih memar.

Putus.

Kata itu terus terngiang dikepala Olive. Membuatnya sedih dan stres. Dan seperti biasa, Olive selalu menjadikan Oceanic sebagai pelarian. Wanita itu mengurung diri di cafe dan menghindari semua orang.

Abhinaya.

Lelaki itu memang sudah masuk sedemikian dalam ke hati Olive. Memberikan warna yang hampir hilang dalam hidupnya dan meniupkan jiwa kedalam hati Olive yang sekarat. Jadi jangan salahkan Olive jika sekarang wanita itu merana. Bayangan Abhinaya selalu hadir dimanapun dirinya memandang, suara lelaki itu seperti berbisik dimanapun Olive berada.

Lebay ih,

Enggak.
Buktinya sekarang Olive seperti mendengar suara Abhinaya dari lantai bawah sedang mengucapkan selamat ulang tahun untuk salah satu pengunjung Oceanic seperti biasanya ketika lelaki itu masih berstatus sebagai penyanyi cafenya.

Happy birthday Igit,
Sampai ketemu ditanggal 8 nanti,
Iya, iya, iya, iyaaa...

Olive menekan-nekan pelipisnya pening sambil berusaha mengenyahkan bayangan suara Abhinaya yang bergaung dari lantai bawah diiringi tepuk tangan pengunjung Oceanic.

Wanita itu menghembuskan nafasnya setengah kesal setengah bosan. Sampai kapan dia harus terbayang-bayang pada kingkong menyebalkan itu?

Sampai kapan Olive bisa melupakan dan cuek pada Abhinaya seperti apa yang dilakukan lelaki itu padanya?

Another Love For Another CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang