XL : Jungkir Balik

867 99 13
                                    

Abhinaya sedang duduk dihalaman belakang rumah ketika Bastian bergabung bersamanya. Lelaki itu membawa serta secangkir kopi dan ubi goreng yang masih mengepul dengan laptop sebagai tatakannya.

"Nih, kopi." kata Bastian meletakkan gelas kopi untuk Abi di meja lalu duduk di sisi bangku lain.

"Ogah." jawab Abi cuek. "Kopi elo gak enak."

Bastian melirik Abinaya dengan pandangan mencela. "Itu buatan nyokap elo, bukan gue. Elo kira gue pembantu elo apa. Mau-mau aja buatin elo kopi." gerutu Bastian.

Abhinaya lalu mengambil gelas kopinya dan menghirupnya dengan rupa puas. Diam-diam bastian melirik wajah tenang Abhinaya.

Siapa yang bisa menyangka dibalik wajah tampan dan tenang itu ada emosi sebesar gunung merapi yang siap meledak.

Menyelami isi hati seorang Abhinaya tidak pernah mudah. Lelaki itu bisa bertingkah sangat bertolak belakang dalam hitungan menit jika memang itu yang dia mau.

"Apaan elo ngeliatin gue?" kata Abi tiba-tiba, namun matanya tidak beralih sedikitpun untuk memandang Bastian.

Sial

"Naksir elo ?" Katanya sambil menyeringai.

"Najis." balas Bastian lalu membuang muka.

Abhinaya diam saja namun masih menyeringai, lelaki itu lalu mengambil sepotong ubi goreng dan mengunyahnya dengan santai.

"Bunda mana?" Abi bertanya setelah beberapa menit diam.

"Dapur." jawab Ibas singkat. "Masak mulu bunda selama disini. Heran gue."

"Biarin aja." Abi berkomentar. "Bunda mau buat program perbaikan gizi mungkin buat gue."

"Gue kuatir bunda kecapean terus sakit, Bi." kata Bastian dengan raut cemas.

Abhinaya tersenyum geli dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat raut kuatir Bastian. Dalam hatinya ada kebanggaan tersendiri mengetahui lelaki didepannya itu menyayangi ibunya dengan setulus hati.

"Bunda itu gak letoy kayak elo." Kata Abhinaya. "Dikit-dikit sakit, dikit-dikit masuk angin. Lemah."

Bastian balas memandang Abi, jelas tidak terima dengan penghinaan itu. lelaki mana yang rela dihina lemah oleh lelaki lain?!

"Laa ngapa jadi bawa-bawa gue?"

"Kalo elo gak mau gue bawa-bawa ya jangan disini." jawab Abi santai. "Gue kan gak minta elo kesini bawain gue kopi."

"Bunda yang nyuruh. Puas lo."

Abhinaya mengulum senyum. "Kenapa gak bunda aja yang anter? Masi ngerasa bersalah dia."

"Uda dong bi, apa belom cukup?"

Bastian kembali terusik ketika Abhinaya mulai mengungkit-ungkit hal itu lagi. Sungguh dia tidak tega melihat wajah sedih dan putus asa bunda. Hatinya sedih luar biasa ketika bunda Adel harus sekuat tenaga tersenyum jika berpapasan dengannya setelah konfrontasinya dengan Abhinaya. Wanita itu berkeras mengatakan tidak apa-apa dan melarang Bastian untuk mengganggu Abi.

Uda, Bas__ gak usah.
Bunda gak kenapa-kenapa. Abhinaya cuma lagi ngambek sama bunda, nanti kalo mood nya uda balik dia gak akan gitu kok.
Bunda kenal Abhinaya, dia memang seperti itu.
Jangan dipaksa, bunda gak mau dia semakin menjauh__

Sekuat tenaga Bastian menghapus bayangan wajah sedih bunda Adel dari benaknya, lelaki itu kemudian membuka laptopnya dan mulai memfokuskan dirinya ke benda itu. Setelah beberapa menit kedua lelaki itu saling berdiam diri, Abhinaya lalu melirik Ibas yang sibuk dengan laptopnya.

Another Love For Another CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang