12. Love?

3K 254 1
                                    


'Kim Mingyu'

Tzuyu menggumamkan nama itu sekali lagi. Setelah berucap cukup pedas pada Mingyu, Tzuyu secara ajaib selalu membisikkan nama pemuda itu. Tak tanggung-tanggung, bahkan ia kembali membaca map yang berisikan hal-hal yang menyangkut dengan Mingyu. Jam sudah hampir menunjukkan pukul 10, berarti masih ada 2 jam lagi sebelum Mingyu datang ke rumah sakit. Debaran menyakitkan kembali Tzuyu rasakan di bagian dadanya. Tidak, ia tidak sakit, hanya saja, jantungnya yang berdetak cepat membuat permukaan dadanya terasa amat sakit. Ini yang selalu Tzuyu rasakan ketika ia akan bertemu dengan Mingyu.

Apa ia benar-benar jatuh cinta?

Tapi di satu sisi, Tzuyu merasa bahwa perasaannya bukanlah cinta, namun hanya empati. Rasanya berbeda ketika ia bersama Sehun. Jauh berbeda. Rasa yang merasuki Tzuyu ketika bersama Sehun adalah rasa nyaman dan terlindungi. Semuanya akan berjalan lancar jika berada di dekat Sehun. Tapi hingga sekarang, Tzuyu tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan ketika bersama Mingyu. Ini terlalu rumit untuk dijelaskan. Ia merasa nyaman, tapi ada juga rasa kasihan bercampur disana. Intinya, Tzuyu merasa kasihan dengan Mingyu. Ini bukan rasa cinta, ini hanya rasa kasihan.

Pandangan Tzuyu beralih ketika mendengar suara ketukkan di pintunya. Ia sedikit mengeraskan suaranya ketika mempersilahkan orang itu untuk masuk. Pandangan Tzuyu yang awalnya melihat tumpukan map milik Mingyu menjadi tidak fokus ketika suara itu menyapa pendengarannya.

"Maaf tidak datang sesuai janji, aku hanya ingin kontrol sebentar saja"

Itu Mingyu. Dengan setelan jas lengkap beserta kemeja putih. Apa memang Mingyu senang menggunakan pakaian formal begitu?

"Ah.. silahkan.."

Tzuyu seperti kehabisan kata-kata. Ia tidak bisa menolak Mingyu yang terlihat lebih pucat dibandingkan hari sebelumnya. Lelaki itu juga mengganti gaya rambut, sekarang ada poni menutupi keningnya. Warna rambutnya juga berubah menjadi hitam.

Tunggu-


Itu gaya rambut Sehun dulu.

"Kau mengganti warna rambutmu?"

Pertanyaan yang tidak sesuai itu meluncur dari bibir Tzuyu. Ia seperti tidak menyadari bahwa pandangan Mingyu yang terkesan sendu menatapnya dengan dalam.

Mingyu positif menyukai Tzuyu.

"Ya, aku baru saja menggantinya tadi pagi, apa tidak cocok?"

Tzuyu menggeleng sebagai jawaban. Ia menyukai Mingyu yang seperti ini.

Eh? Menyukai?

"Kenapa datangnya cepat sekali? Aku belum mengambil obat untukmu di apotek"

"Berikan saja resepnya padaku, akan aku ambil sendiri"

Lidah Tzuyu kelu. Ia tidak menyangka bahwa suara rendah milik Mingyu berhasil membuat aliran darahnya menjadi terarah ke pipi. Tzuyu merona hanya karena mendengar suara Mingyu. Naif sekali bukan?

Tzuyu meraih bulpointnya yang menulis sesuatu di secarik kertas. Tak sampai 5 menit, Tzuyu memberikan kertas itu pada Mingyu. Lelaki dengan bibir memucat itu meraih kertasnya, dan hendak langsung keluar, namun ia ditahan oleh perkataan Tzuyu.

"Habis menebus obat, kembali lah kesini. Kau bisa beristirahat dan mengkunci pintunya. Kau terlihat pucat"

Mingyu menatapnya masih dengan tatapan yang sama, tajam namun sendu. Ia seperti tengah mengamati wajah Tzuyu dari dekat.

Setelah berdiam cukup lama, akhirnya Mingyu angkat bicara untuk menjawab. Namun jawaban Mingyu membuat Tzuyu tertohok,

"Waktuku tidak digunakan untuk itu, Tzuyu-ssi"

The Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang