Seperti kata-kata Mingyu pada catatan nya untuk Tzuyu, ia mendapat kebebasan di hari rabu malam. Segelas jus jeruk telah terhidang di hadapan Mingyu. Ia sedang berada di kamarnya, melihat keluar jendela yang menampilkan taburan bintang di langit yang luas. Ia masih memikirkan kejadian kemarin, disaat ia datang ke kediaman Tzuyu dan tertidur disana. Mingyu yakin sekali bahwa sebelumnya ia merasakan rasa sakit di bagian dada kirinya, ia kira ia serangan jantung, tapi nyatanya saat pagi hari ia masih baik-baik saja meski beberapa persendiannya terasa pegal. Namun ada satu hal yang sejak beberapa jam yang lalu menghantui Mingyu.Tentang Tzuyu, dokter yang akan menjadi dokter pribadinya, meski ia pernah menghina Tzuyu saat itu.
Ia tidak pernah tahu bahwa sedahsyat ini bertamu ke rumah seorang gadis di tengah malam yang di guyur hujan. Rasanya seperti ada sengatan listrik di sekujur tubuhnya ketika menyadari bahwa ia tidur bersebelahan dengan Tzuyu, meski ada pembatas diantara mereka. Tidak mungkin kan ia jatuh cinta dengan Tzuyu? Bahkan mereka belum genap 1 minggu bertemu, mana mungkin hal itu terjadi? Tapi, Mingyu kembali ingat bahwa ada kata-kata 'cinta pada pandangan pertama'.
Apa iya dia jatuh cinta dengan Tzuyu pada pandangan pertama? Tapi kenapa ia malah mengeluarkan kata-kata yang 'tajam' waktu itu?" Aish.. aku pusing sendiri "
Mingyu meraih gelas yang masih di penuhi oleh jus jeruk. Ia meneguknya pelan-pelan karena lebam di ujung bibirnya belum mengering dengan sempurna. Pukulan sang ayah memang tidak bisa dianggap remeh. Tongkat kayu yang ia gunakan saat itu juga bukanlah kayu sembarangan. Jadi wajarlah jika Mingyu mendapatkan lebam-lebam yang cukup parah di wajah dan badannya. Mingyu yakin bila luka lebam ini akan lama sembuhnya.
Ketukan pintu mengalihkan pandangan Mingyu dari langit malam. Ia mempersilahkan si pengetuk untuk masuk, dan munculan seorang pelayang dengan setelan jas lengkapnya.
" Ada apa? "
Tanya Mingyu dengan intonasi datar. Ia menatap sang pelayan yang mulai memasuki kamar luasnya. Sebuah jas tampak memenuhi lengan sang pelayan, dan tanpa banyak cakap apapun, si pelayan memberikan jas itu pada Mingyu sekaligus secarik kertas.
" Tadi seorang wanita datang kemari dan memberikan ini. Ia bilang, tolong berikan pada Kim Mingyu "
Mingyu mendengar ucapan sang pelayan dengan seksama. Ia meraih jas itu dan melihat secarik kertas berwarna putih yang di bawakan oleh sang pelayan. Setelah itu Mingyu menyuruh pergi sang pelayan dari hadapannya.
Mingyu mulai membaca secarik kertas yang berada di tangannya itu. Matanya menelusuri pesan-pesan yang di tulis dengan rapih dengan tinta hitam. Senyuman Mingyu sedikit merekah tatkala melihat siapa si pengirim surat tersebut. Ia menaruh jas yang ia yakini sudah di cuci itu diatas kasur empuknya, lalu kembali duduk dan menikmati jus jeruk yang entah bagaimana tiba-tiba terasa semanis gula.
" ah.. aku jadi tidak sabar "
Monolog Mingyu.
-*-*-*-*-*-
Tzuyu berjalan dengan senyuman yang sejak tadi tidak lepas dari bibirnya. Beberapa menit yang lalu, ia berkunjung ke rumah Mingyu. Sebenarnya tidak bisa di bilang berkunjung kalau ia tidak bertatap muka dengan si pemilik rumah. Ia hanya bertemu dengan pelayan rumah itu lalu mengembalikan jas Mingyu yang tertinggal saat semalam ia berkunjung.
Tiba-tiba saja wajah Tzuyu memerah ketika mengingat bahwa ia tidur satu rumah dengan Mingyu. Jujur saja, Tzuyu mengakui bahwa Mingyu itu tampan, tampan sekali malah. Naluri sebagai seorang wanita pasti akan terpacu ketika melihat wajah lelaki tinggi itu. Karena pertemuan pertama mereka saja yang sangat tidak baik dan itu membuat Tzuyu berbalik membenci Mingyu. Tapi setidaknya Mingyu sudah minta maaf meski tidak secara formal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Promise [Completed]
Hayran KurguChou Tzuyu adalah seorang dokter bedah jantung yang cukup terkenal di sebuah rumah sakit ternama di kota Seoul. Suatu hari, ia di tawari menjadi salah satu dokter pribadi dari seorang pemuda bermarga Kim. Awalnya ia menolak karena ia memiliki trauma...