Luhan menaruh mantel yang baru saja ia pakai di lemari. Ia memutuskan untuk pulang saja setelah berjalan-jalan. Rambut almond nya tampak sedikit lembab karena terlalu lama terkena udara dingin. Sehabis berjalan-jalan, ia memilih untuk berdiam diri dulu di sungai han, menikmati pemandangan malam hari yang terlihat sangat indah di mata rusanya.
Sebenarnya masih ada alasan lain mengapa ia berdiam diri di pinggir sungai han tanpa persiapan sebelumnya.
Luhan melepas kaos putih yang memang tadi ia gunakan dibalik mantel tebalnya. Ia menatap pantulan tubuhnya yang tanpa atasan itu di cermin. Ia mengernyit tidak suka dengan otot perutnya yang tidak terbentuk dengan sempurna. Ia ingin mempunyai otot perut seperti kebanyakan orang.
"Kim Mingyu pasti punya otot perut juga seperti Jongin"
Gumam Luhan dengan pandangan tak lepas dari cermin. Ia menghelah napas pelan karena menyadari banyak kekurangannya yang di miliki oleh pemuda bermarga Kim tersebut. Dimulai dari tinggi badan, otot perut, suara yang berat, kulit tan, dan perhatian Tzuyu.
Yang terakhir memang menohok hati Luhan.
Ia menaruh kaosnya di keranjang lalu bergegas mengganti baju yang lebih formal. Ia ingat bahwa malam ini akan menjalankan operasi pasien VIP yang ia sudah rawat sejak lama. Meski jujur saja Luhan takut menghadapi operasi itu, tetapi ia sudah berjanji akan mengoperasinya meski kemungkinan berhasil sungguh kecil. Ia melihat kesekitar dan menemukan pigura foto yang merupakan satu-satunya penghias di tempatnya. Luhan melangkah pelan kearah pigura itu lalu tersenyum samar diantara kegelapan.
"Aku akan mengoperasi seseorang malam ini. Aku tau kau melihatku dari surga, jadi tolong bantu aku Sehun-ah.."
Tanpa sadar, air mata Luhan mengalir begitu saja ke pipi. Ia menatap foto Tzuyu yang juga berada disana, tersenyum tanpa beban dan terlihat begitu bahagia. Luhan tidak pernah melihat senyuman itu lagi, sebelum akhirnya Tzuyu bertemu dengan Mingyu. Ya, lelaki itu yang membuat senyum Tzuyu hadir kembali.
Ingatan Luhan tentang sesuatu yang ia lihat saat berjalan-jalan tadi kembali berputar. Dimana ia melihat dua orang yang begitu ia kenal tengah berjalan bersama dengan sebatang permen kapas di tangan. Mereka menikmati sekali suasana saat itu, membuat mereka tak sadar bahwa luhan mengikuti mereka secara diam-diam.
Dan akhirnya, Luhan melihat semuanya. Dari Mingyu yang mencium punggung tangan Tzuyu, hingga kedua belah bibir itu menyatu dengan sempurna. Luhan tak menyangka bahwa rasa sakitnya sungguh sangat terasa berkali-kali lipat jika melihatnya secara langsung. Maka dari itu, Luhan langsung pergi ke sungai han dan menenangkan dirinya disana.
"Aku mungkin tak ada kesempatan, tapi aku mohon jangan suruh aku mundur"
Lirih Luhan sebelum berlalu keluar dari flat kecilnya.
❤❤TzuMin❤❤
Luhan melangkah lebar-lebar menuju ruang operasi. Ia baru saja di telepon bahwa pasiennya mengalami penurunan tekanan darah yang drastis. Jas dokter sudah ia kenakan karena tadi ia sempat mampir dulu ke ruangannya.
Beberapa asisten Luhan diruang operasi sudah berada disana, berjejer rapih dengan setelah baju khas dokter yang siap mengoperasi pasiennya. Luhan mencuci tangannya lalu mengganti bajunya dengan baju khusus sebelum masuk ruang operasi.
"Dokter Lu, tekanan darahnya makin turun"
"Berikan dia perangsang dulu, aku akan bersiap"
Luhan meraih alat-alat yang akan ia kenakan. Wajahnya masih terlihat tenang dengan masker menutupi hidung sampai mulutnya. Ia meraih salah satu pisau bedah yang selama ini selalu menemaninya dan mulai menggores permukaan kulit pasiennya ketika asistennya berkata bahwa tekanan darah si pasien sudah normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Promise [Completed]
Fiksi PenggemarChou Tzuyu adalah seorang dokter bedah jantung yang cukup terkenal di sebuah rumah sakit ternama di kota Seoul. Suatu hari, ia di tawari menjadi salah satu dokter pribadi dari seorang pemuda bermarga Kim. Awalnya ia menolak karena ia memiliki trauma...