20. Berubah

2.2K 199 0
                                    


Semenjak berkata bahwa ia mencintai Tzuyu, hubungan keduanya tidak seakrab dulu. Mereka hanya saling tegur ketika berpapasan di lorong rumah sakit, bahkan Luhan tidak mengajak Tzuyu makan siang lagi. Sekarang kursi yang selalu diisi oleh Tzuyu sudah kosong, ia hanya makan seorang diri dan tidak mempersilahkan satu orangpun menduduki kursi itu. Sebagai gantinya, ia meletakkan tas atau bahkan jas dokternya untuk memperingati siapa saja yang ingin duduk disana.

Sementara itu, Hubungan Tzuyu dan Mingyu makin terlihat akrab. Mereka tampak tenang menjalani hidup, dan beberapa kali bisa dilihat bahwa Tzuyu dan Mingyu makan siang bersama. Entahlah, hubungan mereka bukanlah hubungan sepasang kekasih yang saling berikatan, mereka hanya pasangan dokter dan pasien, tidak lebih. Mungkin Mingyu yang berharap lebih dengan hubungan mereka, tapi tidak dengan Tzuyu. Ia ingin menata dulu hatinya yang sempat bimbang karena pernyataan Luhan serta Mingyu yang bersamaan. Hatinya belum siap menerima seseorang yang baru.

Saat ini Tzuyu tengah menyeruput minuman yang ia pesan beberapa saat yang lalu. Didepannya ada Mingyu yang tengah serius menatap ponsel pintarnya yang tidak berhenti berdering dari tadi. Tzuyu sampai bosan melihat pemuda itu yang mengumpat kecil ketika melihat pesan dari siapa yang masuk.

"Makanlah dulu, baru habis itu pikirkan lagi tentang urusanmu"

Ucapan Tzuyu menyadarkan Mingyu bahwa ia sedang pergi berdua bersama dokter pribadinya. Anggap saja ini kencan, tapi dalam bentuk yang berbeda.

"Sedikit lagi.."

"Kau ini bahkan belum lulus kuliah, tapi kenapa terlihat sibuk sekali?"

Mingyu tersenyum mendengar ucapan Tzuyu. Ia menaruh ponselnya yang meminum minuman yang ia pesan bersama Tzuyu tadi. Senyuman yang Tzuyu akui sanhat manis itu terukir dengan indah, lalu mata setajam elang itu menatapnya dalam, membuat Tzuyu tak sadar jika pipinya merona hingga telinga.

Mingyu memperhatikan Tzuyu yang kini tengah sibuk dengan pikirannya, mengagumi Mingyu yang merupakan sosok baru untuk hidupnya. Mingyupun sama, ia memikirkan Tzuyu dalam benaknya. Bagaimana caranya ia menentukan Tzuyu sebagai pelabuhan hatinya sekarang. Ia tak menyangka bahwa dalam waktu yang relatif pendek mereka bisa menjadi sedekat ini. Bahkan Mingyu masih bingung kenapa dia menyukai dokter yang dulu ia tolak mentah-mentah sebelumnya. Takdir itu tidak ada yang tau, dan Mingyu membuktikannya sendiri.

"Bagaimana keadaan mu? Masih sering terasa nyeri jika bekerja berat?" Tanya Tzuyu setelah hening beberapa menit melingkupi mereka.

"Nyeri sih tidak, kalau berdebar-debar aku selalu merasakannya-"

"Huh?"

"-jika aku ada didekatmu"

Satu pukulah ringan diterima Mingyu di lengannya. Ia terbahak karena melihat perubahan warna pada wajah Tzuyu yang begitu signifikan. Wajahnya merah semerah tomat, lalu matanya mendelik, tapi tetap terlihat cantik di mata Mingyu.

"Aku serius Kim Mingyu"

"Aku juga serius, Chou Tzuyu"

"Aku lebih tua daripada dirimu"

"Jadi kau mau aku panggil Noona?"

Tzuyu mendecih kesal. Ia segera meraih tas dan juga jas dokter yang tersampir di kursi samping dirinya. Ia harus masuk ke ruangan dan menyiapkan berkas karena ia baru ingat bahwa ada rapat siang ini.

"Kau mau kemana?"

"Kembali bekerja, aku ada rapat"

"Apa Luhan hyung ikut juga?"

Pertanyaan dari Mingyu membuat Tzuyu menghelah napas. Ia jadi ingat bahwa hubungannya dengan Luhan sedang tidak baik. Apa Mingyu belum sadar akan hal itu? Lagian penyebab utama renggangnya hubungan Luhan dan Tzuyu itu karena Mingyu. Dasar tidak peka.

"Kurasa ada, dia satu devisi denganku, mustahil jika ia tidak datang" Jawab Tzuyu dengan nada ragu.

Entah harus bagaimana Mingyu menanggapi jawaban Tzuyu. Jujur ia sedikit takut kalau Tzuyu dekat dengan Luhan. Hell, bahkan sebelum ia kenal Tzuyu, kedua orang itu sudah saling mengenal. Bagaimana bisa ia berpikiran seperti itu.

Apa mungkin ia cemburu, ya?


"Kalau tidak ada yang ingin kau sampaikan lagi, aku pergi dulu. Jangan pakai baju tipis karena sebentar lagi musim dingin"

Setelah itu Tzuyu melangkah pergi. Ia terlihat sedikit berlari kecil karena melihat jam yang hampir menunjukkan pukul 1 siang. Ia akan telat, dan akan di ceramahi lagi oleh profesor Jang.

'Bagus sekali Chou Tzuyu, kau telat lagi'

❤❤TzuMin❤❤

Tzuyu duduk di bangku paling belakang. Ia tersenyum ketika mengetahui bahwa ia tidaklah telat. Rupanya ada sedikit keterlambatan dari profesor yang kali ini akan membuka rapat mereka, itu memberikan keuntungan untuk Tzuyu sendiri.

Tapi mata bulat itu tidak menemukan sosok Luhan diantara para dokter yang berjejer rapi di tempat mereka duduk. Ia menoleh ke kanan dan kiri, depan belakang, tapi hasilnya tetap sama. Luhan yang dikenal oleh Tzuyu adalah sosok disiplin meski terkadang suka tidak serius jika moodnya buruk. Tapi setidaknya Luhan tidak akan telat menghadiri rapat kali ini karena rapat yang akan mereka jalani sekarang itu penting, pikir Tzuyu.


Apa mungkin Luhan tidak masuk kerja?

Tak sengaja indra pendengaran Tzuyu menangkap sebuah obrolan di depan tempat ia duduk. Disana ada dua dokter, satu wanita dan satu lagi pria tengah berbincang dengan tatapan mata yang serius.

'Dasar penggosip'

Batin Tzuyu. Tetapi ia tarik kembali ucapannya karena mendengar nama Luhan diantara obrolan mereka.

"Kau tau dokter Luhan?"

"Tentu saja aku tau, ada apa?"

"Kudengar ia akan mengoperasi pasien di kamar VIP"

"Loh? Bukannya ia tidak bisa di operasi? Terlalu beresiko kan, apa dokter Lu tidak mempertimbangkan itu?"

"Entah, tapi yang jelas dokter Lu sedang dalam kondisi tidak baik"

"Kenapa?"

"Kudengar, ia sedang patah hati"

Tzuyu secara refleks meremas jas dokter yang tengah ia kenakan. Entah mengapa dia sedikit khawatir karena percakapan dua orang di depannya itu. Luhan memang bilang kalau dia akan mengoperasi, tapi bukan berarti Luhan mengoperasi tanpa pertimbangan. Luhan tidak akan melakukan itu semua.


"Maaf aku terlambat"


Mata Tzuyu bergulir kearah pintu. Disana ada Luhan yang tengah menetralkan deru napasnya yang terputus-putus. Ia melanglah ke tempat yang kosong dan duduk disana. Mata rusa milik Luhan tampak serius melihat susunan berkas yang sudah ia kumpulkan dan siapkan dari jauh-jauh hari, tak menyadari pandangan khawatir dari sisi kanannya.

Ge, jangan seperti itu. Jangan karena aku kau jadi begini..

❤❤TzuMin❤❤

Chap ini pendek banget ya? Maaf, Wuu stuck T.T

Typo banyak, tolong maklum, Wuu gapunya beta reader TvT

The Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang