Semenjak pelajaran pertahanan terhadap ilmu hitam hari itu, bayangan tangan dan lengan Voldemort selalu muncul dalam benak Melody. Tapi, dia sudah tak terlalu mementingkannya. Dia senang sekali karena Malfoy benar - benar kalah taruhan, lalu anehnya tim Quidditch Ravenclaw menururti perintahnya, mereka sudah membuat jadwal.
"Saat kau pergi, Zayn bengong terus bertanya kenapa kau bisa tahu dia pemain chaser di tim kami. Untung saja aku tidak keceplosan bilang sama dia kalau kau seorang penyihir istimewa." kata Niall, Melody dan dia sedang berjalan bersama lagi ditepi hutan terlarang. Entah kenapa mereka suka sekali bertemu dan jalan - jalan disana.
"Yah, soalnya kasihan tim kami, mereka harus latihan dobel. Kan kemarin katanya akan tanding dengan Slytherin, tapi sekarang Hufflepuff." kata Melody, Niall terkikik. "Eh, kudengar dipelajaran terhadap ilmu hitam kemarin, boggartmu jadi kau-tahu-siapa ?" kata Niall, Melody mengangguk "Tapi aku tak begitu yakin sih, masa iya kan ? Aku juga tak pernah melihatnya." kata Melody
"Okay." kata Niall.
"Niall ?" kata Melody setelah hening satu menit, "Ya ?" kata Niall "Kenapa aku tak bisa membaca pikiranmu ?" kata Melody, Niall tertawa mendengarnya "Kau ini, begini. Begitu aku tahu ternyata kau penyihir istimewa, aku tahu kau bisa membaca pikiran. Jadi aku menggunakan Occlumency, aku tak mau pikiranku dibaca sembarangan." kata Niall, "Oh, kau pintar sekali yah ?" kata Melody.
Mereka naik terus ke bukit menuju kastil, disana ada segerombolan anak - anak sedang mengerumuni sesuatu "Apa ya, itu ?" kata Melody "Pasti si Tomlinson itu lagi." kata Niall "Tomlinson siapa ?" kata Melody "Louis Tomlinson, anak kelas empat Hufflepuff. Katanya dia luar biasa nakal, makannya dia tenar. Terus Hufflepuff bilang, kalau Gryffindor punya Fred dan George Weasley, mereka punya Louis Tomlinson." kata Niall.
Melody mengangguk mengerti. Mereka berjalan melewati kerumunan "Lou ayolah." kata suara anak perempuan "Oke, asal jangan menjerit." kata Louis pasti, sepertinya Louis menunjukkan sesuatu karena lima detik kemudian mereka memekik. "Konyol sekali." kata Melody "Apa ?" kata Niall "Louis. kata Melody "Kudengar kau anak jahil Mel, masa tak setuju sama Lou." kata Niall "Dia menunjukkan apa yang akan membuat Hermione jantungan." kata Melody.
#####
Quidditch tinggal beberapa hari lagi. Harry jadi tegang dan Melody juga, tapi ketegangan mereka berbeda, jika Harry tegang karena quidditch, Melody tegang karena tugas. Ini semua karena kelasnya dua kali lipat lebih banyak dibanding yang lain. Setiap hari dia dan Hermione pergi ke perpustakaan, mengerjakan tugas.
Ada orang lain yang sama repotnya dengan mereka, Liam. Mereka bertiga sering mengerjakan tugas bersama, atau lebih tepatnya Liam membantu mereka. "Oh, aku menyesal ikut banyak kelas." gumam Hermione diatas buku arithmancy-nya. "Haha, kukira menyenangkan, tapi ternyata.." kata Melody lemas.
"Kalian ini, salah sendiri kan ? Coba tanya McGonagall, siapa tahu dia mau memotong kelas kalian untuk tahun depan." kata Liam mengusulkan "Yeah, akan kucoba." kata Melody, Liam tertawa kecil sambil menggeleng.
#####
Hari ini saatnya Quidditch, wajah Malfoy puas sekali bisa membuat tim Gryffindor kalang kabut. Sebab kapten tim Hufflepuff bernama Cedric Diggory, seeker. Salah satu beater-nya Louis Tomlinson.
Permainan berlangsung lancar, Gryffindor memimpin tapi tak begitu jauh. Hujan terus mengguyur lapangan sejak pagi, sorakan penonton dibarengi teguran petir dan guntur. "Wohoo~!" jerit mereka "Yeah, 10 point untuk Gryffindor yang disumbangkan Angelina Jhonson." terdengar sayup - sayup komentar Lee Jordan.
Harry menatap bangku penonton, dia terlihat kaget sekali. Melody mengikuti arah pandangan kakaknya. Tadi, dibangku paling atas ada yang bergerak. Harry sepertinya jadi sangat takut, Melody pindah keatas, ada yang turun kebawah. Melody mengikuti, menyipitkan matanya menghindari hujan.