"Jesslyn." aku mendengar suara, samar-samar, "Hey!"
Aku terbangun ketika melihat wajah Justin hanya 5 inci dariku, "Jangan lakukan itu lagi!"
"Apa?"
"Mendekatkan wajahmu pada wajahku!" aku memukul lengannya perlahan,
"Hey, dengar, ayo kita pergi ke McDonalds. Itu kan yang kau mau?"
Aku cepat-cepat membalas perkataannya, "Ya! Kau mentraktirku kan?"
"Ya."
Akhirnya dia bisa berubah menjadi seorang laki-laki yang baik hati. Kami keluar dari mobil. Sebelum kami masuk, Justin memakaikanku hoodie yang tebal. Aku tidak memberontak atau apapun. Aku memang membutuhkannya karna udara disini dingin.
Justin's POV
Aku tak tega membiarkan Jesslyn seperti ini. Aku tahu kami sedang buru-buru tapi itu tak berarti aku tak memberinya makanan. Sebenarnya sekarang aku tak tahu kami sedang berada dimana. Tapi kami berada di arah yang tepat menuju Strasbourg. Aku membawa berkas-berkas dan memberi Jesslyn jaket agar dia tidak bisa dikenali oleh anak buah The Meadows.
"Kita ada dimana?" aku bertanya, dia pasti tahu,
"Kota Selestat. Tenang saja. Kita tidak salah jalan." katanya sambil mendekap dirinya sendiri,
"Kau kedinginan?"
"Kurang lebih."
Ketika kami masuk, udara dingin yang kami rasakan kini sudah berubah. McDonalds mungkin mempunyai penghangat. Aku menarik lengan Jesslyn lalu menyuruhnya duduk di salah satu kursi. Aku yang memesan. Namun, ketika aku berbicara dengan pelayannya, dia berbicara bahasa Prancis. Jadi mungkin aku butuh Jesslyn.
"Qu'est-ce que vous prenez?" kata pelayan itu,
"Kau saja." kataku sambil menatap Jesslyn,
Kemudian dia berbicara cepat, apa yang bisa kudengar hanya, "Merci beaucoup." yang artinya mungkin terima kasih banyak,
Dia membawa makanannya ke tempat tadi, aku mengikutinya, kemudian dia melahap burgernya. Sedangkan aku, sedang bingung memecahkan sebuah teka-teki; mengapa The Meadows mengejar gadis polos ini. Aku melihat berbagai berkas tentang benda-benda yang disita dari markas The Meadows beberapa bulan yang lalu, tapi tidak ada petunjuk tentang itu. Aku melihat Jesslyn yang sudah menyelesaikan sarapannya itu dan tak sengaja melihat kalungnya menyala lagi.
Dia menunduk melihat kalungnya lalu berpaling padaku, "Ada apa?"
Tiba-tiba aku melihat seseorang dibelakang Jesslyn, mengarahkan pistol kearahnya, aku secepatnya mengambil pistolku dan menembaknya lebih dulu. Semua orang mulai panik. Aku mengambil berkas-berkasnya kemudian menarik Jesslyn. Ternyata orang tadi tidak disini sendirian, banyak teman-temannya yang kini menembaki kami. Aku menjatuhkan sebuah meja untuk melindungi Jesslyn, lalu aku tak henti-hentinya menembaki mereka.
"Pergi ke mobil sekarang!" aku menatap Jesslyn lalu fokus menembak lagi,
"Justin!"
"Kau harus kesana!"
"Aku tidak mau pergi tanpamu!"
Aku sembunyi di salah satu meja yang ku jatuhkan. Semua orang sudah keluar sekarang. Tempat ini hening kecuali suara-suara peluru yang melesat dari pistolku, dan pistol—yang telah kuhitung—4 orang itu. Mereka tidak berhenti menembak jadi aku sulit mendapatkan waktu untuk menembak mereka. Namun aku berhasil, aku berhasil membunuh mereka semua.
Aku menarik Jesslyn, "Bawakan kertas-kertas itu." aku menunjuk berkas-berkasku,
Dia mengambilnya, "Siapa mereka? Apa yang mereka inginkan?"
"Aku tak tahu. Sudah kubilang kau tidak aman."
Aku menarik lengannya, keluar dari tempat ini. Di luar aku mengarahkan pistolku ke kanan dan kiri untuk berjaga-jaga, siapa tahu anak buah The Meadows datang dan mencoba untuk membunuh Jesslyn lagi. Aku tak akan membiarkan itu terjadi. Aku harus terus menjaganya hingga aku bisa mengantarkannya ke California, karna misiku kini tergantung oleh hidupnya. Jika aku berhasil membawanya dengan selamat, aku berhasil menyelesaikan misiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Key
FanfictionAku Justin Bieber. Aku seorang mata-mata. Dingin. Selalu bersembunyi. Menyusup ke tempat berbahaya. Melawan orang-orang jahat. Menyelesaikan misi. Tapi dari semua itu, apakah normal aku jatuh cinta? Dengan seorang gadis yang menjadi buronan para pen...