"Misimu sudah selesai kan, Justin?" aku duduk di sebelahnya, baru saja mengambil air putih untuknya,
Ia tersenyum padaku, "Ya, begitulah. Tapi kau tahu, aku belum bertemu Josh, aku belum melapor." ia menggigit sebuah apel,
"Jadi?"
"Menurutmu?" aku tertawa dan menggelengkan kepala, aku tak tahu, "Kita tak akan bertemu lagi." ia menunduk,
Aku memegang pundaknya, "Bertemu denganmu itu hal yang terhebat yang pernah terjadi."
Ia menatapku, tersenyum, "Termasuk ciuman itu?"
"Ciuman pertamaku yang kau rebut secara tiba-tiba?"
Ia tertawa, "Apa maksudmu?"
"First. Kiss." aku mengatakan itu dengan jeda,
"Itu ciuman pertamamu? Aku tak tahu. Maaf." Ia tak melanjutkannya,
Aku tertawa, kami sedang berada di rumah Steve, duduk di sofa menunggu Thierry, Marcelo, dan Steve, mereka sedang membuat pancake coklat, sekarang pukul 4:12. Mungkin aku akan pulang besok jam 8 malam, jadi aku akan berada di Paris, Prancis pada jam 7 pagi, lalu aku mungkin akan naik pesawat ke kota Strasbourg. Ketika aku sedang memikirkan itu, ternyata Justin menatapku tanpa berkedip.
"Apa?" aku tersenyum,
"Mendekatlah."
"Kurasa kita sudah sangat dekat."
"Lakukan saja."
Justin's POV
Jesslyn mendekat, menuruti perintahku. Jarak kami kini hanya beberapa senti saja. Entah kenapa aku ingin dia selalu dekat denganku, walau aku tahu, itu akan buruk baginya. Aku berbahaya—atau mungkin aku dalam bahaya—entahlah. Aku hanya tak mau melibatkannya dalam sebuah misi. Aku tak mau melihatnya terluka, aku tak pernah mau melihatnya menangis. Aku hanya ingin dia tersenyum, itu saja.
Aku menyingkirkan rambutnya dari telinganya, berbisik, "Jadi, kita akan berpisah besok jam 8 malam."
"Momen yang buruk, kan?"
Aku tertawa, "I need something."
"What? You want me to stay?"
"No."
"Oh, so you want me to leave?"
"No. Guess what."
"Aku menyerah."
"Ini." aku mendekat, menatap bibirnya yang berwarna pink cerah,
Perlahan, aku menciumnya. Aku merasakan perasaan ketika pertama kali bertemu dengannya, kesal, merasa terjatuhkan, benci, datar, cemburu, suka, dan akhirnya tak mau kehilangan. Aku mengingat itu hingga aku tertawa ketika masih menciumnya. Waktu itu adalah ciuman pertamanya? Aku tak percaya, dia pasti berbohong. Aku menyimpan tanganku di rambut bagian belakangnya, membuatnya lebih dekat denganku.
"Aku mencintaimu."
"Katakan itu dalam bahasa Prancis, bad boy."
"Apa?!" aku tertawa, "Ok, Je t'aime tellement."
Ia tertawa, "Aku tak tahu kau bisa berbahasa Prancis."
"Yo!" aku melepas ciumannya, menatap Steve, Marcelo, dan Thierry,
"Sebaiknya kalian mencari tempat tertutup." Marcelo tertawa kemudian mendekati kami, menyimpan dua piring pancake di meja,
Cukup memalukan. Aku menatap Jesslyn, kami menatap satu sama lain, kemudian memakan pancake yang dibuat oleh Steve. Rasa Pancake buatan Steve mengingatkanku ketika berumur 15 tahun, kendaraan pada misi pertamaku adalah Go-Kart dan aku tak membawa pistol, aku hanya membawa ketapel dan bom asap. Tapi sekarang aku membawa pistol dan mobil dengan autodrive terhebat di dunia.
"Jadi, kalian berpacaran?" tanya Marcelo sambil memakan pancake-nya,
"Aku tak tahu, aku... " aku menghela nafas sebelum melanjutkan, "Aku tak mau membuatnya dalam bahaya."
"Aku mengerti." Thierry menatapku,
"Aku juga tak mau menjadi tanggung jawabmu lagi. Itu merepotkanmu."
Aku menatap Jesslyn, "Tidak."
"Aku akan tidur."
"Tidur saja di sofa ini. Aku dan Thierry akan menjagamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Key
FanfictionAku Justin Bieber. Aku seorang mata-mata. Dingin. Selalu bersembunyi. Menyusup ke tempat berbahaya. Melawan orang-orang jahat. Menyelesaikan misi. Tapi dari semua itu, apakah normal aku jatuh cinta? Dengan seorang gadis yang menjadi buronan para pen...