"Kau tidak apa-apa?" aku mendelik padanya,
"Ya." dia masih terengah-engah, "Kau?"
"Atur nafasmu."
"Ya, aku tahu. Tenang saja."
Aku mulai berfikir tentang kalungnya, setiap kalung itu menyala, pasti para anak buah The Meadows datang untuk membunuhnya. Tapi, apa yang salah dengan kalung itu? Benda itu tidak ada di daftar barang-barang yang di sita dari markas The Meadows yang dulu.
"Kau bisa melepas kalungmu?" aku menoleh kearah Jesslyn,
"Akan kucoba." dia mulai mencoba melepas kalungnya,
"Kau lepaskan lewat kepalamu."
"Tidak bisa, kalung ini terlalu kecil. Bisakah kau membantuku?"
"Kau tidak melihat aku sedang fokus mengemudi?"
"Jadikan mobilmu autodrive seperti biasa, bantu aku."
Aku berfikir dulu hingga akhirnya melakukan apa yang dia katakan. Dia berbalik, aku menyingkirkan rambut brunette-nya yang sangat halus, kemudian mencoba untuk membuka kalungnya, tidak bisa. Aku mencoba beberapa cara namun kalungnya tidak bisa terlepas.
"Mendekat." dia mundur untuk mendekatiku,
"Bisa?"
Aku tidak menjawabnya. Aku menatap bagian belakang kalungnya, kalung ini berbeda dengan kalung lainnya. Tidak ada pengaitnya, hanya ada sesuatu yang kecil, aku tak tahu itu apa. Tanpa sengaja, aku mencium rambutnya yang harum seperti strawberry. Tapi ternyata dia sadar.
"Kau mengendus rambutku?" tanyanya, berbalik,
"Tidak."
"Jadi bagaimana?"
"Aku tidak tahu cara membukanya."
"Dimana kau mendapatkannya?"
"Aku membelinya dari seseorang di jalan, dia menawariku kalung ini, dia bilang anaknya butuh obat tapi dia tak punya uang. Jadi dia menjual kalung anaknya."
"Kau membelinya atas dasar apa?"
"Uh," aku terdiam, "Sebenarnya aku tak suka kalung ini."
"Karna kau mengasihani dia, kau ada dalam masalah besar." aku melihat lambang hati berwarna merah di kalungnya, dan melihat sesuatu,
"Jadi kita harus apa?"
"Kita harus hancurkan kalung ini. Ada alat pelacak yang tersambung ke GPS."
"GPS siapa?"
"Meadows."
Aku mulai mengendarai lagi, terkadang aku tak suka autodrive. Aku melihat ke kanan dan kiri, mencari sebuah supermarket yang menjual palu atau sesuatu yang bisa menghancurkan kalung yang dipakai Jesslyn. Kami takkan berhasil selamat jika terus dilacak. Aku harap supermarket yang kutemui menjual benda seperti itu.
"Kenapa kita berhenti?" tanya Jesslyn,
"Aku akan membeli sesuatu. Ayo ikut." aku menarik tangannya,
Tapi dia menepisnya, "Aku disini saja. Aku lelah."
"Kau tidak berfikir?! Kau dalam bahaya yang besar! Kau dibuntuti oleh para anak buah The Meadows!!" aku menarik lengannya kasar, membuatnya keluar dari mobil,
Dia meringis kesakitan tapi aku tak menghiraukannya. Aku terus menarik lengannya, mungkin bisa dibilang menyeretnya. Kulepaskan lengannya saat aku mendapatkan apa yang aku cari. Aku mulai memilih benda tajam yang bisa menghancurkan kalung Jesslyn, tapi tidak berbahaya. Setelah aku menemukan apa yang cocok, aku berbalik, tidak melihat Jesslyn, aku menghela lalu mencarinya. Entah kenapa aku merasa hatiku seperti ditusuk ketika melihat dia bersama seorang laki-laki.
Aku mendekatinya, "Jesslyn!" lalu menarik lengannya,
Dia melepaskan tanganku, "Justin, tolong."
Aku menariknya, kini penuh emosi, "Aku sudah pernah berkata, jangan percaya orang lain!" aku memelankan suaraku,
"Tapi, kupikir dia tidak jahat."
Aku menggelengkan kepalaku, "Kau tak bisa melihat siapa dia sebenarnya!"
Laki-laki yang tadi mendekati Jesslyn datang, "Kau tak bisa memarahi seorang gadis di depan umum!"
Aku menatap laki-laki itu, "Aku tidak memarahinya!" aku melihat Jesslyn yang tersenyum kepada laki-laki itu, "Kenapa kau senyum padanya?!" aku menarik tangannya,
Ketika kami sudah lumayan jauh dari anak laki-laki itu, kalung yang dipakai Jesslyn mulai berkedip lagi. Dia menatapku dengan tatapan yang ketakutan, sedangkan aku fokus melihat keadaan sekitar. Aku takut seseorang berhasil menyakiti Jesslyn. Sebuah peluru tiba-tiba melesat diantara kami, aku berbalik dan menembak orang berbaju hitam. Aku cepat-cepat menarik Jesslyn untuk keluar dari toko ini.
"Siapa mereka?!" tanya Jesslyn sambil memegang lenganku dengan kuat,
"Pergi ke sudut!" aku masih fokus melihat sekitar,
Jesslyn mulai berlari ke salah satu sudut ruangan, aku melindunginya. Kemudian dua orang bersenjata mendekati kami sambil menodongkan pistolnya. Aku menembak salah satunya, ketika aku ingin menembak yang kedua, peluruku habis. Aku bertingkah seakan-akan peluru pistolku tidak habis, jadi aku masih menodongkannya. Aku perlahan mendekati penjahat itu. Lalu aku secepatnya mencoba menyingkirkan pistolnya. Dia tidak melepas pistolnya, dia malah menembakannya ke segala arah. Hingga akhirnya Jesslyn tertembak. Aku memukul tangan penjahat itu hingga pistolnya terlepas darinya. Lalu aku mendorongnya ke tembok.
"Kau bekerja untuk siapa?!" aku memukul perutnya, dia tak menjawab, aku kemudian memukul pipinya,
"The Meadows!"
"Apa yang mereka inginkan dari gadis itu?!" aku menatap Jesslyn yang tergeletak sambil memegang bagian perutnya yang tertembak,
"Aku tak tahu!"
"Justin!!" Jesslyn menatapku sambil mengerang,
Aku kembali menatap penjahat itu, "Katakan padaku!" aku memukul perutnya berkali-kali,
"Iya! Akan kukatakan!"
"Justin!!!!" Jesslyn bernafas cepat,
"Dia ingin kuncinya! Kunci yang ada di kalungnya! Itu kunci asli!! Sekarang lepaskan aku!!"
Aku memukul wajahnya sangat keras sehingga ia pingsan. Kemudian berlari dan mencoba untuk mengangkat Jesslyn, dengan perlahan. Lalu secepatnya berlari keluar dan masuk ke mobilku. Menyalakan autodrive.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Key
FanfictionAku Justin Bieber. Aku seorang mata-mata. Dingin. Selalu bersembunyi. Menyusup ke tempat berbahaya. Melawan orang-orang jahat. Menyelesaikan misi. Tapi dari semua itu, apakah normal aku jatuh cinta? Dengan seorang gadis yang menjadi buronan para pen...