The Key #11

4.8K 337 1
                                    

Jesslyn's POV

Kenapa Justin menciumku? Apa itu caranya menenangkan seorang gadis? Atau apa ia benar-benar menyukaiku? Sebenarnya aku tak menginginkan itu, aku belum pernah mendapatkan first kiss dan aku juga tak pernah berpacaran. Aku memang menyukainya, tapi hanya menyukai caranya memperilakukanku, tidak lebih.

"Aku minta maaf. Tentang ibumu." Justin menghela,

Aku berbalik dan menatapnya, "Ya. Aku tak seharusnya marah, kau belum tahu itu kan?"

"Tunggu," ia menatapku, "Kenapa dahimu?"

Ia mengusap lukaku, "Aku tak apa-apa."

"Ini luka seperti tergores..."

Aku memotong perkataannya, "Serpihan kaca. Setelah kau pergi ada yang mengejarku jadi aku tak sempat membuka jendelanya, aku berlari dan menabraknya."

Ia tertawa kecil, "Dasar bodoh."

"Tapi kau suka orang yang kau sebut bodoh ini kan?" aku mencoba memastikan,

Aku tahu ia mencoba untuk tak tersenyum, "Menurutmu?"

"Mungkin tidak."

Ia menatapku, "Setelah ciuman tadi, kau bilang tidak?"

"Dengan kata 'mungkin', kan?"

"Ya." ia tertawa kecil,

Justin's POV

Kami sudah membeli dua tiket Air France yang akan terbang pada jam 13:21, kami hampir sampai di Paris. Mungkin alat pelacak di kalung milik Jesslyn memang sudah rusak, karna tak ada hambatan lagi. Tak ada anak buah The Meadows yang menembaki kami dengan pistol mereka. Namun baru saja aku memikirkan itu semua, sebuah peluru melesat dan menghancurkan kaca spion mobilku.

"Tunduk! Tutup telingamu!" Jesslyn mendengarku dan melakukan apa yang kukatakan,

"Kau bilang kita sudah takkan dilacak!"

"Aku tak tahu!"

Aku menggunakan autodrive kemudian menembaki mereka. Hanya ada 2 mobil yang mengikuti, di dalam satu mobil ada masing-masing 2 orang penjahat yang menggunakan pistol, untung saja bukan riffle. Aku terus menembak mereka hingga salah satu supirnya berhasil kutembak, mereka hilang kendali dan menabrak pembatas jalan. Namun tak lama kemudian mereka menembakkan electric shock yang membuat autodrive ku tak berfungsi hingga kami hilang kendali dan menabrak pembatas jalan juga.

"Jesslyn?" aku memegang pelipisku yang berdarah karna terbentur,

"Aku tidak apa-apa." ia juga memegang ujung dahinya yang berdarah,

"Kita harus keluar dari sini sekarang." aku keluar kemudian membukakan pintu mobilku dan memapah Jesslyn,

Paris sudah sangat dekat dari sini. Aku sudah bisa melihatnya. Kami pergi hanya membawa tas masing-masing, mobilku sudah tak berguna lagi, sudah ada asap yang keluar dari mesinnya. Tiba-tiba seseorang menembak kami dan pelurunya mengenai lengan kanan Jesslyn, aku mengambil pistolku dan menembaknya, ia menembak lagi, tapi pelurunya meleset, aku menembaknya lagi hingga akhirnya ia mati. Aku mengarahkan pistolku ke penjahat yang tersisa namun ia mengangkat tangannya.

"Biarkan aku pergi! Aku tak menginginkan pekerjaan ini. Kau butuh mobil?! Ini!" ia melemparkan kunci mobil kepadaku, kemudian berlari,

Aku melihat lengan Jesslyn, "Ayo kita obati dulu."

"Tidak, nanti kita terlambat." dia menarikku,

"Tapi kita harus... "

Ia memotong perkataanku, "Pelurunya meleset dari lenganku."

"Tapi kau berdarah!"

"Justin," ia memegang pipiku dengan tangannya yang tak terluka, "Aku tidak apa-apa. Ayo."

Kami pun masuk ke mobil milik penjahat tadi. Aku mengendarai tanpa autodrive lagi, aku akan merindukan mobil itu, aku harap Josh tak memarahiku karna itu. Beberapa menit kemudian, kami sampai di Orly Airport. Aku memarkir mobil ini di sembarang tempat, aku tak peduli, itu bukan mobilku. Tak lama kemudian seorang polisi datang.

"Kau tak boleh parkir disini!"

"Ambil saja." aku menarik Jesslyn,

Aku yakin kami akan sampai di California pada jam 00:42. Sekarang masih pukul 12:54 jadi masih ada banyak waktu. Aku akan mengobati luka Jesslyn karna aku tak tega melihatnya. Kami masuk dan duduk di salah satu kursi. Aku mencoba untuk melepon Josh tapi ia tak mengangkatnya, aku mencoba meneleponnya, ia tetap tak mengangkat panggilanku.

"Jadi kita akan apa sekarang?"

"Entahlah. Terus perhatikan sekitar. Aku tak yakin kalungmu sudah memang tak bisa terlacak."

"Aku juga begitu."

"Berikan lenganmu yang terluka. Aku akan mengobatinya disini."

Ia melakukan perintahku. Aku perlahan mengoleskan obat yang membuatnya mencengkram lenganku sangat kuat. Aku juga pernah merasakannya, obat ini membuat luka seperti semakin memburuk, perih sekali, tapi beberapa detik kemudian aku tidak merasakannya lagi. Ia mulai melepaskan cengkramannya. Aku tertawa.

"Apa yang kau tertawakan?" tanyanya,

Aku menggelengkan kepalaku kemudian mulai mengambil perban di tasku. Aku melilitkan perban di lengannya kemudian kutalikan, plaster miliku sudah habis jadi aku tak bisa merekatkannya. Aku menatap Jesslyn yang melihat setiap gerak-gerik tanganku. Ketika tanganku berhenti, ia menatapku.

"Apa perbannya terlalu ketat? Jika iya, beritahu aku."

"Tidak. Ini sudah pas." ia memegang lengannya yang baru saja di perban,

Tak lama kemudian ada pemberitahuan yang berbahasa Prancis. Jesslyn mendengarkannya. Ia gadis bilingual terhebat yang pernah kutemui, tinggal tunggu saja Jesslyn memberitahu apa yang wanita di speaker katakan. Semua orang yang ada di sekitar mulai masuk ke salah satu pintu untuk menaiki pesawat. Jesslyn menatapku.

"Tadi ia membicarakan penerbangan dari Paris ke Los Angeles, dan itu sekarang."

"Bagus. Ayo."

Akhirnya kami memasuki pesawat untuk terbang ke Los Angeles. Aku tak percaya aku berhasil membawa Jesslyn ke TISA untuk menyelesaikan misiku. Tapi aku tahu semua ini akan berakhir sesudah Jesslyn memberikan kunci di kalung itu ke Josh. Ia akan pergi kembali ke Colmar, dan aku akan pulang ke tempat dimana aku lahir dan dibesarkan, Canada. Kami takkan bertemu lagi.

The KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang