"Jadi kita kemana?" Jesslyn mencoba untuk berada disebelahku,
"Ikuti aku."
Aku menariknya pergi ke markas TISA yang berada di bawah supermarket ini, melewati tangga yang berada di gudang penyimpanan. Aku mencoba menelepon Josh atau pun rekan-rekanku di TISA tapi tak ada yang mengangkatnya. Markas ini seperti telah ditinggalkan. Kemana mereka semua? Aku mencari hingga ruangan terakhir TISA yang paling belakang, tidak ada yang kujumpai.
"Justin, sebenarnya dimana kita?" Jesslyn berlari nenyusulku yang sudah jauh di depannya,
"Ini markas TISA."
"Tidak ada orang disini." ia masih terengah-engah,
"Ada yang salah. Ayo kita kembali."
"Kau tak menelepon seseorang yang berkaitan dengan TISA?"
"Aku sudah mencoba, tak ada yang menjawab, sama sekali."
Kami kembali ke depan. Sekarang aku tak tahu dimana harus mencari mereka. Apa mereka hanya mempermainkanku saja? Tapi jika mereka mempermainkanku, mungkin takkan ada orang-orang yang menembak kami selama perjalanan. Aku terus menelepon Josh. Tapi ia terus tak mengangkat.
"Selamat datang di California!" kami menoleh dan mencoba mencari siapa yang mengatakan itu,
Tiga orang datang menghadang pintu keluar yang akan kami lewati. Aku menatap mereka beberapa menit hingga akhirnya aku mengenal mereka semua. Trevor Meadows, Al Meadows, Chris Meadows. Penjahat yang paling dicari selama 2 tahun ini, kini berada di depan kami. Dengan senyum menyeringai yang terlihat seperti evil terjahat.
"Akhirnya kalian datang juga. Bagaimana perjalanan kalian? Menyenangkan? Atau mungkin kini kalian saling mencintai?" Trevor yang berdiri di tengah berjalan perlahan mendekati kami,
Kami mundur perlahan, "Trevor... Apa yang kau inginkan?!" kataku,
"Oh," mereka tertawa, "Yang kita inginkan? Jangan bertingkah bodoh, Justin. Kau punya berkas kami!"
Jesslyn's POV
Kini salah satu penjahat yang bernama Trevor itu berada di depan kami, memukul wajah Justin dengan sangat keras hingga ia terjatuh. Aku mencoba untuk membantu Justin bangun tapi kedua kawannya berlari dan segera memegangiku hingga aku tak bisa bergerak. Aku melihat Justin mencoba bangun, mendekati Trevor dan mencoba memukul wajahnya tetapi Trevor berhasil memegang tangannya dan menendang Justin sangat kencang.
"Ayo, selesaikan ini secara jantan!" Trevor menendang Justin yang masih berada di lantai,
Aku tak tega melihat Justin, tapi aku tak bisa melepaskan diriku dari dua orang ini. Justin berhasil bangun dan memukul Trevor, kali ini ia bisa mengenai dadanya, Justin memukul Trevor bertubi-tubi sekarang. Kemudian Trevor berdiri dan menendang Justin, tapi ia bisa berdiri dengan cepat. Mereka berkelahi dan sulit untuk menentukan siapa pemenangnya. Aku harap Justin.
"Lepaskan aku!" aku mencoba memberontak,
"Shhh, mari kita lihat bodyguard-mu jatuh dan mati."
"Dia takkan mati!"
"Oh benarkah? Ia terlihat lemah sekali!" kedua penjahat yang memengangiku tertawa,
Aku melihat Justin yang mencoba berdiri, ujung bibirnya mengeluarkan darah, ia membersihkan darahnya dengan ibu jari kemudian maju dan memukul Trevor lagi. Aku akui badan Trevor lebih besar dari Justin dan ia lebih kuat. Ia memukul Justin berkali-kali dan menendangnya hingga Justin terjatuh dan tak bangun lagi.
"Kau masih belum cukup kuat, Justin! Seharusnya kau tak menantang kami. Seharusnya kau tak menjaga gadis itu mati-matian. Menyerahlah! Kau takkan bisa membawanya ke Josh dan ini akan menjadi misi terakhirmu." Trevor mengambil pistol dalam sakunya,
"Jangan bunuh dia!" Aku memberontak dengan sekuat tenaga,
Trevor menatapku, "Apa yang kubutuhkan ada disini. Tapi ia pasti akan menghalangiku lagi dan aku benci itu!"
"Aku akan melakukan apapun asal kau tak membunuhnya!"
"Kau tak perlu melakukan apa-apa karna aku akan membunuhnya!"
"Tidak!"
"Baiklah, aku akan memberimu 2 menit terakhir. Al, Chris, lepaskan dia."
Aku menghampiri Justin yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai. Aku menangis ketika menatapnya. Ia masih bisa menatapku dengan mata coklatnya itu, ia memegang kedua pipiku, membuat wajahku dekat dengan wajahnya, kemudian mengusap air mataku.
"Kau akan selamat. Mereka hanya menginginkan kuncinya." bisiknya,
"Kau juga akan selamat."
"Tidak."
"Kau akan bersamaku hingga aku kembali ke bandara."
"Tidak."
"Justin, kau akan baik-baik saja. Kau akan mengantarkanku pulang, kan?" isak tangisku semakin kuat,
"Tidak."
"Justin, berhenti berkata 'tidak' aku benci itu!" dan kini aku menangis,
"Aku benci kau menangis tapi kau juga tak berhenti." aku terdiam menatapnya,
Aku berbisik, "Mereka akan terbunuh. Kita akan selamat." kemudian mencium telinganya perlahan,
"Sudah dua menit! Al, Chris, pegang dia lagi!"
Mereka menarikku lagi, "Mari kita saksikan ia terbunuh!" kata salah satu yang memegangiku,
Trevor mengarahkan pistolnya kepada Justin. Aku tak mau Trevor membunuhnya. Aku cinta Justin dan aku baru merasakannya sekarang. Ia menjagaku, tapi kenapa aku terlalu lemah untuk menjaganya? Trevor menarik pelatuknya, tapi belum menekan pemicunya. Aku melihat Justin menutup matanya. Aku juga menutup mataku. Aku harap aku bisa menutup telingaku tapi aku tak bisa. Tak lama kemudian aku mendengar tiga tembakan yang membuatku menangis semakin kencang. Aku tak percaya ini. Tiba-tiba Al dan Chris berhenti memegangku. Aku mencoba membuka mata sejenak dan melihat Trevor sudah tergeletak di samping Justin. Aku berbalik dan melihat Al dan Chris sudah tak bernyawa, ada seseorang yang menembak mereka.
"Hey Jesslyn!" aku berbalik dan melihat Thierry, Marcelo, dan Steve,
"Nampaknya kami bisa menembak tepat sasaran! Maaf jika kami terlambat beberapa menit." Marcelo mendekatiku,
Hatiku masih berdebar tak menentu, aku mendekati Justin. Ia menatapku terkejut. Aku membantunya untuk duduk dan melihat siapa saja yang datang ke sini. Marcelo, Thierry dan Steve menghampiri kami. Thierry mengambil tas Justin yang berada di ujung, ia melemparnya ketika akan berkelahi dengan Trevor.
"Bagaimana kau menemukan kami?" aku bertanya pada Marcelo dan Thierry,
"Gelang yang kuberikan, itu adalah alat pelacak, aku bisa melacaknya dalam GPS miliku sendiri. Aku selalu melakukan itu kepada anakku dulu." Marcelo membenarkan kacamatanya,
"Kami bertemu dengan supir hebat ini, aku tak tahu dimana kau, jadi kuberikan alat pelacakku. Ia langsung mengendarai mobilnya ke supermarket. Kami berdebat hingga akhirnya ia mengantarkan kami ke TISA." Thierry menepuk pundak Steve,
"You okay, man? Come on let's go to my house." kata Steve,
Steve, Marcelo, dan Thierry membantu Justin berdiri dan memapahnya hingga masuk ke Taxi milik Steve. Aku duduk di seat depan sedangkan mereka di seat belakang. Aku menatap Justin, tersenyum. Aku tahu kami akan selamat. Aku sudah pernah berkata, mereka akan terbunuh, kita akan selamat. Dan itu benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Key
FanfictionAku Justin Bieber. Aku seorang mata-mata. Dingin. Selalu bersembunyi. Menyusup ke tempat berbahaya. Melawan orang-orang jahat. Menyelesaikan misi. Tapi dari semua itu, apakah normal aku jatuh cinta? Dengan seorang gadis yang menjadi buronan para pen...