Aku mengambil P3K di dalam tasku. Jesslyn berbaring di seat belakang. Aku mencoba berfikir bagaimana cara mengeluarkan peluru itu. Setelah beberapa saat, aku akan mencoba mengambilnya dengan sebuah penjepit.
"Justin!" ia meringis,
"Diam."
Sejenak ia diam, kemudian ia berteriak lagi, "Justin!"
"Aku sedang mencoba mengeluarkan pelurunya." aku masih fokus,
"Tapi itu sakit!"
"Aku tahu!"
Ia menatapku, "Apa aku akan selamat?"
Aku berfikir sejenak, "Apa kau dalam posisi berdiri tegak saat tertembak?"
"Terpeleset." ia menelan ludahnya, "Terpeleset dan tertembak secara bersamaan."
Mungkin itu tidak terlalu buruk, pelurunya tidak akan melesat dalam, tidak akan mengenai organ terpenting dan nadinya. Mungkin saja. Aku pernah tertembak seperti ini dan tidak terjadi apa-apa. Aku konsentrasi mengeluarkan pelurunya, dan akhirnya berhasil. Aku memperhatikan pelurunya.
"Bukan jenis peluru yang mematikan. Tidak apa-apa." aku melemparnya keluar jendela,
Aku melipat perban berbentuk kotak dan menempelkannya di bagian yang tertembak, kemudian merekatkannya dengan plaster. Aku kemudian bersandar sambil menatap Jesslyn yang menyimpan kedua tangan di matanya.
"Aku ingin pulang." aku mendengar suaranya, ia hampir menangis,
"Aku minta maaf. Aku tak bisa melindungimu dengan baik."
Jesslyn menatapku sambil menyimpan tangannya di rambutku, "Kau sudah melindungiku dengan baik. Terima kasih, Justin."
Kami terdiam sejenak, kemudian aku bertanya, "Laki-laki yang bersamamu tadi. Kau suka dengannya?"
"Tidak, aku pikir dia ramah. Hanya itu saja. Kenapa? Kau cemburu?" ia memberiku senyuman,
"Cemburu? Tidak." atau apa benar aku cemburu?
"Lantas? Kenapa ketika aku tersenyum padanya, kau membentakku?"
"Aku takut dia salah satu anggota The Meadows."
"Sebenarnya apa itu The Meadows?"
"Trevor Meadows, Al Meadows, Chris Meadows. Mereka adalah penjahat dunia. Dulu kami panggil mereka Meadows Brothers tapi ternyata mereka bukan saudara. Mereka pernah hampir berhasil membombardir Menara Eiffel tapi ayahku bisa menghentikan mereka, walaupun kini ia meninggal."
"Aku turut berduka."
Aku mengagguk, "Sekarang aku tahu kenapa mereka mengejarmu." aku menatapnya, "Mereka menginginkan kunci yang ada di kalungmu."
"Tapi ini kan hanya plastik, yang dibuat mirip seperti kunci."
"Bukan. Itu memang kunci."
"Aku tidak mengerti."
Sebenarnya aku juga tak mengerti, jadi aku mengalihkan pembicaraan, "Bagaimana keadaanmu?"
"Aku tak tahu. Aku masih takut. Ini pertama kalinya aku tertembak."
Aku mengusap rambutnya, entah kenapa aku suka rambutnya, "Tenang saja, aku disini."
Dia tersenyum sambil menatapku, "Aku baru melihat kau tersenyum." seketika aku sadar,
Entah kenapa perasaanku berubah sekarang. Aku tak tahu kenapa aku mulai suka dengan Jesslyn. Tapi itu tidak bisa terjadi. Aku tahu ia tak menyukai lelaki yang dingin, dan yang selalu menariknya dengan kasar seakan-akan tidak pernah peduli dengannya. Tapi sebenarnya aku peduli, aku sangat peduli.
"Apa kau sudah mendapatkan sesuatu untuk menghancurkan kalungku?"
Aku sadar aku lupa, "Tidak."
Kami terdiam, kemudian ia memulai lagi, "Aku haus."
Aku maju ke seat depan, mematikan autodrive dan mengendarai. Aku melihat peta di layar LCD mobilku, mencari minimart atau toko yang seperti itu. Aku dibekali Kartu Kredit yang berisi 10000€ oleh ketua TISA. Kartu Kredit ini hanya bisa digunakan di Eropa saja tentunya. Tiba-tiba HP-ku berdering.
"Halo, Josh?"
"Justin, kau masih bersama Jesslyn kan? Apa dia tak apa-apa?"
"Baru saja tertembak tapi dia tidak apa-apa."
"Kau sudah tahu tentang kalung itu? Mereka memasang alat pelacak di dalamnya. Setiap anak buah The Meadows memiliki GPS yang bisa melacaknya. Kau harus menghancurkan lambang hatinya."
"Bagaimana dengan kuncinya? Apa itu berbahaya?"
"Tidak. Jika kau berhasil ke markas, berikan kuncinya padaku."
"Baiklah."
Aku mendengar suara Jesslyn, "Siapa tadi?"
"Ketua TISA, Josh Meck, orang yang menyuruhku untuk melindungimu."
"Aku harus berterima kasih padanya."
Aku menemukan sebuah minimart di ujung jalan, kemudian memberhentikan mobilku. Aku tahu Jesslyn takkan bisa bangun saat ini, jadi aku tak berfikir untuk mengajaknya. Tapi aku juga tak mau meninggalkannya, aku takut dia diculik saat aku tak ada.
"Kau bisa berdiri?" aku membuka pintu belakang mobilku,
Ia mencoba duduk, "Aku ikut saja."
Aku mencoba membantunya keluar dan kemudian memapahnya perlahan. Aku selalu melihat kalungnya, untuk berjaga-jaga siapa tahu para anak buah The Meadows melacak Jesslyn lagi. Beberapa menit, tidak ada tanda-tanda Jesslyn dalam bahaya. Aku membeli banyak snack, roti, dan minuman. Agar kami tak usah berhenti lagi untuk membeli makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Key
FanfictionAku Justin Bieber. Aku seorang mata-mata. Dingin. Selalu bersembunyi. Menyusup ke tempat berbahaya. Melawan orang-orang jahat. Menyelesaikan misi. Tapi dari semua itu, apakah normal aku jatuh cinta? Dengan seorang gadis yang menjadi buronan para pen...