Chapter 3

103 15 5
                                    

Sungguh tak kusangka sangka dengan apa yang kulihat saat ini, pria ini yang menolongku untuk membopong Elsa saat dia terjatuh didapur. Jadi dia adalah Harry styles, tamatlah riwayatku.

Matanya menatapku tajam seperti belati, namun tak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Sementara aku juga masih menatapnya, hingga kusadari bahwa Jannet telah berada disampingku.

"Turunkan pandanganmu!" ucapnya membentakku namun berusaha terlihat manis didepan Harry, senyum seringaiannya menyadarkanku.

"Maaf." ucapku cepat dan menundukkan kepalaku.

"Siapa namamu?." tanyanya membuat  telingaku terkejut mendengarnya. Dia menanyakan namaku? Dia tertarik denganku? Shit! Shut up Olive! Dia pasti ingin memarahiku karena kejadian kemarin lalu.

"Maaf tuan muda, dia hanyalah pelayan baru disini. Jika kau menginginkan seseorang yang lebih bagus darinya, akan kukirimkan segera kekamarmu." balas Jannet dengan nada suara yang jarang sekali dia gunakan padaku.

"Apa kau tuli? Aku bertanya padamu, siapa namamu?." sentak Harry dengan suara yang cukup kuat kali ini.

"Olive Smith." balasku masih menunduk.

"Ikut aku kekamarku." ucapnya melenggang berjalan mendahuluiku.

Saat hendak mengikutinya ada sedikit keraguan dariku, langkahku terhenti dan kembali menatap Jannet. Tangannya terlipat dibadannya sambil masih terus memperhatikanku, yang pasti dengan tatapan tajamnya.

"Jannet a..ku."

"Ikuti dia." pinta Jannet menyuruhku untuk mengikuti Harry kekamarnya.

Batinku bertanya tanya, apa yang akan dilakukannya nanti? Bagaimana jika dia ingin membalas dendam denganku? Bagaimana jika nanti dia membunuhku didalam kamarnya? Oh come on Olive! Stop it.

Langkahku terhenti didepan kamarnya, lebih tepatnya aku berhenti karena langkah kakinya terhenti didepan pintu. Sementara aku masih menundukkan kepalaku karena masih takut untuk menatapnya. Sialan, ucapan orang orang tidak salah. Dia benar benar tampan! Dan juga sangat classy. Impianku untuk menjadi pendampingnya kembali memuncak, namun apakah aku bisa mendapatkannya? Kurasa tidak.

"Jadi kau sekarang sudah mengenalku." ucapnya melipatkan tangannya didadanya yang terbalut rapih dengan kemeja putih dan setelan jas rapih.

"Maafkan aku." balasku masih menunduk tak ingin menatapnya.

Hanya itu yang dapat kukatakan, aku tidak mungkin mengatakan bahwa itu salahnya. Itu jelas jelas salahku, dia sudah memperingatiku tapi aku saja yang terlalu ingin menang sendiri. Seharusnya waktu itu kutanyakan siapa dirinya, jika saja aku tahu bahwa itu adalah Harry styles mungkin aku tidak akan berani berbicara dengannya.

"Jika bukan karena Elsa, mungkin aku tak akan membantumu. Kembalilah kekamarmu, pembicaraan ini selesai." ucapnya berlagak dan memutar knop pintu kemudian masuk kedalamnya.

Menghembuskan napas panjang, fiuuhh. Akhirnya aku terbebas darinya, oh Tuhan! Aku lupa. Saat aku kembali pasti Jannet sudah siap dengan sentakan sentakannya untukki, lihat saja.

Kakiku terhenti didepan kamarku, dan benar saja. Jannet sudah berlenggang didepan pintu kamarku, dia benar benar terlihat menakutkan. Seperti nenek sihir saja. Jujur dia adalah orang kedua yang kutakuti setelah Mr. Styles dan anaknya. Dia bertindak seolah olah dialah pemimpin dibagian 'ART' asisten rumah tangga, beberapa waktu lalu aku juga mendengarkan pertengkarannya dengan Elsa. Dia selalu cemburu dengan siapapun yang berhasil mendapatkan hari dari Mr. Styles, yang dia inginkan hanyalah dia yang satu satunya dipandang dirumah ini. Dia pikir dia siapa? Sialan.

"Apa yang kalian bicarakan?." tanyanya menahan langkahku agar tak bisa masuk kedalam kamarnya.

"Tidak ada." balasku singkat mencoba menggesernya agar aku bisa masuk kedalam kamarku, namun aku gagal.

"Dengarkan aku baik baik nona Olivia Smith, kau hanyalah seorang pelayan dirumah ini. Dan jangan berani bermimpi untuk berdampingan dengan tuan muda, kau sama sekali bukanlah tipenya." ucapnya ketus.

"Aku tidak bermimpi untuk berdampingan dengannya, tidak pernah." balasku mengalah.

"Hanya untuk memperingatimu, tuan muda baru kembali dari Amerika dan dia baru saja menyelesaikan kuliahnya disana. Dan setiap seminggu sekali kami akan rutin mengirimkan pelayan pribadi kekamarnya, yang pasti seorang gadis yang lebih menawan darimu. Jadi kau jangan bermimpi untuk bisa masuk kekamarnya." ucapnya panjang lebar dan menghilang dari hadapanku, suara hentakan sepatunya terus terdengar, seperti biasa.

Dia benar, aku sepertinya harus berhenti bermimpi untuk menjadi pendamping Harry. Karena semua itu hanyalah hayalan semata, yang kenyataannya saja dia malas untuk mengenalku.

Kubaringkan tubuhku diranjang saat semua pekerjaanku telah selesai, tanganku mulai menanggalkan celemek beserta seragam yang sedari tadi melekat ditubuhku. Kujalarkan kakiku menuju kamar mandi, menghidupkan shower dan membiarkan air membasuh tubuhku yang lelahnya bukan main.

Mom,aku merindukanmu disini. jika saja kau disini, mungkin saat ini kau akan tersenyum melihatku dan mulai memijit pundakku saat aku kelelahan karena tidak terbiasa bekerja seperti ini.

~flashback on~

"Mom, aku ingin keluar dari tempat ini. Aku benar benar tidak tahan lagi, semua badanku terasa sakit." rengekku mengguling gulingkan tubuhku diranjang.

"Kau harus lebih bersabar Olive, aku janji padamu suatu saat kita akan menguasai rumah ini." ucapnya memberhentikan gerakanku, dan mulai menjalarkan tangannya kepundakku kemudian memijatnya perlahan.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya mom? Berhenti bermimpi, kau tidak akan mendapatkan hati seorang Mr. Styles." balasku ketus. Jelas saja dia tidak akan pernah mendapatkan hati Mr. Styles, dia hanya pembantu disini dan sudah berani bermimpi untuk mendapatkan hatinya.

"Jika aku tidak mendapatkan hatinya, dia tidak mungkin memberikan ini padaku." serunya menunjukkan jari manisnya yang sudah dilingkari dengan cincin berlian mengkilat.

"Itu tidak ada harganya sama sekali untuk dia, dia bahkan bisa membeli puluhan berlian seperti itu." bantahku menarik selimut dan kembali menutupi tubuhku.

"Kau tidak pernah tahu Olive, biarlah ini menjadi rahasiaku dan dia." ucapnya tersenyum sambil menatap langit langit, aneh.

~flashback off~

Oh mom, aku jadi sangat merindukanmu. Padahal aku baru sebentar menikmati waktu bersamamu, itupun aku tak menikmatinya. Kita bahkan tak pernah berbelanja baju berdua dan menghabiskan waktu berdua hanya untuk sekedar menenangkan pikiran. Yang dilakukan disini hanyalah bekerja, bekerja dan bekerja. Seperti tiada habisnya, setiap hari selalu saja ada yang dibersihkan. Padahal juga semua barang barang jarang dipakai, dan anehnya apa mereka tidak bosan terus menerus mengadakan pesta setiap satu minggu sekali. Biarlah Olive! Itu bukan urusanmu.

"Olive!!." seru seseorang yang tidak lain tidak bukan adalah Jannet.

"Ya, masuklah." seruku dari dalam kamar mandi, karena tidak mungkin aku mengakhiri mandiku yang sudah hampir selesai.

"Malam ini Khaterine akan dikirim kekamar tuan muda, kuharap kau tak mengacaukannya." ucapnya setelah masuk kedalam kamarku dan kemudian keluar lagi.

Jadi dia kemari hanya untuk mengatakan itu? Hanya itu? Apakah memang benar kalau aku sering mengacau? Kurasa tidak. Apa yang salah darinya? Persetan. Aku bahkan tidak memulai percakapan lebib dahulu tadi saat Harry tiba disini. Dia bahkan yang mengajakku berbicara terlebih dahulu, dan sekarang dia menyalahkanku atas semua kekacauan? Sialan.



Jgn lupa vote dan comment guys

CONTROL //H.S FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang