Chapter 23

64 6 1
                                    

"That's alright because i love the way it hurts." -Olivia

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Suara itu spontan menarik perhatianku dan Harry, Jammie berdiri dengan tangan yang dimasukkan kesaku celananya. Harry bangkit secepat kilat menghampiri ayahnya, meraup kerah bajunya dan mendekatkan wajahnya penuh emosi.

"Apa maumu bajingan?!." serunya berteriak didepan wajah sang ayah. Mengerikan.

"Ya Tuhan, Harry." ayahnya tertawa sarkastik, mereka seperti sepasang musuh babuyutan yang telah lama saling mengincar nyawa masing masing. Dengan terburu buru aku berusaha bangkit dari kursi, menjauhkan cengkraman Harry dari leher ayahnya.

"Hentikan! Semuanya bisa dibicarakan baik baik." ucapku setelah berhasil memisahkan mereka, terlihat siratan emosi yang membuncah dimata Harry. Sementara ayahnya hanya bisa memandangi anak sematawayangnya itu, dengan tatapan tidak percaya dengan perlakuan yang baru saja diterimanya.

"Kau sudah mendengarnya bukan? Lalu siapa yang saat ini kau percaya?." tanya Jammie membenahi kerahnya yang berantakkan, dia telah melepaskan dasinya terlebih dahulu, kurasa.

"Jawab tua bangka itu Olive, siapa yang kau percaya?." timbal Harry juga menanyakan hal yang sama padaku, sementara aku masih diam diposisiku.

Entah siapa yang saat ini harus kupercaya, entah Harry atau Jammie. Mereka berdua seperti orang asing bagiku, memang benar. Aku bahkan belum mengetahui siapa pelaku sebenarnya, bisa saja itu Jammie dan bisa juga dia Harry.

Aku memilih meninggalkan mereka berdua ditaman belakang


"Olive." Suara Harry berjalan mengikuti langkahku, aku terhenti saat lengannya mencengkram tanganku.

"Aku muak Harry, aku mengundurkan diri dari sini." Jawabku tanpa pikir panjang terlebih dahulu, dasar bodoh.

"Apa? Olive, bagaimana dengan pernikahan kita?." ucapnya masih menggenggam pergelangan tanganku. Aku mencoba melepaskan namun tak bisa.

"Harry, jika kau tidak bisa membuktikan maka lebih baik aku saja yang pergi dari sini. Jangan hanya karena ibuku, hubungan kau dan ayahmu jadi seperti ini." balasku menunduk, genggaman tangannya sedikit melemas.

"Lalu kau akan pergi kemana?." tanyanya padaku, yap dia benar.

Otakku berpikir dimana aku akan tinggal jika aku pergi dan mengundurkan diri dari sini, sedangkan bibi Anne sedang tidak di London. Lagi aku tak mau menjadi gelandangan, tidak dan tidak akan mungkin kubiarkan itu terjadi. Sementara itu aku tidak mempunyai siapa siapa disini, nenek dan kakekku tinggal di Amerika dan mana mungkin aku bisa langsung menemui mereka.

Kudengar Harry tertawa sarkastik entah apa penyebabnya, membuatku menolehkan wajahku kearahnya.

"Kau ingin tinggal dirumah bajingan itu? Iyakan?." ucap Harry ketus, sambil membuang ludah seolah olah aku ini menjijikkan, sialan.
Sudah pasti yang dia maksud adalah Joe, lagipula mana mungkin aku kembali pada Joe. Setelah semua yang dia dengar dari bibi Anne, lalu kini aku memintanya untuk menampungku dirumahnya? Mustahil. Aku bahkan tidak ada terpikir sedikitpun tentang dia.

"Olive, pikirkan ucapanmu. Kau bisa tinggal disini selama yang kau mau, aku tidak keberatan." balas Jammie yang kini berjalan menghampiri kami, Harry hanya berjalan sedikit menjauh dari ayahnya. Ditambah lagi dengan tatapan mematikannya, membuatku sulit untuk bergerak.

CONTROL //H.S FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang