Coloring My Life : Chapter 33"Ga, itu cewek lo, 'kan?"
Raga terhenyak, dan secara perlahan menoleh pada apa yang ditunjuk Alika. Senyumnya seketika luntur, ekspresinya berubah kikuk saat melihat Sava benar ada di sana. Menatap dirinya dengan pandangan sendu.
"Lea?" panggil Raga lirih. Dan gadis itu membalasnya dengan senyum terpaksa.
"Samperin, gih, Ga. Gue mau balik." Alika pun berdiri seraya menepuk pundak Raga, lalu berjalan menghampiri Sava. "Hei, gue Alika, temen lamanya Raga. Salam kenal, ya?" katanya, mengulurkan tangan.
Sava tersenyum. "Sava. Salam kenal juga, Kak."
"Panggil Alika aja, atau Fely, jangan pake embel-embel kakak. Gue belum tua," canda Alika.
Sava tercenung.
Siapa? Fely?
"Oh, iya, jangan cemburu, gue sama Raga cuma temen," imbuh Alika lagi, kemudian pergi setelah berpamitan.
Kini, hanyalah ada mereka berdua. Sava masih berdiri di tempatnya, memikirkan nama yang tidak asing itu. Fely. Sementara Raga sendiri sedang berjalan menghampiri Sava. Menerka-nerka apa yang dipikirkan Sava melalui ekspresi gadis itu.
"Lo dari mana?" tanya Raga agar perhatian Sava beralih padanya.
"Abis beli kue Palembang di sana, terus ketemu Kakak sama Fely di sini."
Raga menahan nafas selama beberapa detik, sebelum akhirnya tersenyum, sedikit dipaksakan. "Tadi gue baru ketemu dia, jadi ngobrol-ngobrol sedikit."
"Oh, ya?" tanya Sava, memaksakan untuk ceria. "Tapi, kalian kayak orang yang udah sering ketemu." gadis itu kemudian menyatukan jari telunjuk dan tengahnya, "akrab banget."
"Lea--"
"Ayo, pulang?" potong Sava cepat, dia sudah enggan mengobrol apa pun.
Sava ingin cepat-cepat sampai rumah dan melupakan semua rencana yang sudah ia susun sedemikan rapih. Sava akan memendamnya sendiri dan mengikuti saran Shalsa. Tunggu saja.
Ah, benar! Siapa peduli?
____
"Hai, Sayang?"
Shalsa menaikkan ujung bibir atasnya, menatap Niko yang berdiri di depan pintu dengan jengah. "Sayang, sayang kepalamu! Ngapain lo ke sini?"
"Kangen," sahut Niko, suaranya diubah sok manja hingga Shalsa geli sendiri mendengarnya. "Kemaren 'kan nggak jadi jalan. Makanya gue ke sini."
"Ya, yang ngebatalin siapa coba?"
Sontak saja, Niko merasa senang saat mendengar Shalsa kesal karna mereka tidak jadi jalan. Ah, Niko seperti ingin terbang saja. Bersama Shalsa tentunya.
"Sekarang aja, yuk, jalan?" tawar Niko seraya menggerakkan kedua alisnya naik-turun.
Shalsa memutar bola mata. "Gue sibuk."
"Sibuk ngapain, sih?"
"Sibuk ngedit muka lo biar mirip Sun Go Kong!" seru Shalsa ketus.
Niko tertawa. "Waduh! Monyet, dong, gue?" dia pun bertingkah layaknya monyet, dengan menaruh tangan di kepala dan bokong, serta membentuk wajah aneh.
Hal itu, sontak saja membuat Shalsa menahan tawa. Namun, Niko tau jika gadisnya itu tidak lagi ngambek. Dia pun menghentikan aksinya lalu memegang dagu Shalsa, gemas.
"Lo itu kalo lagi ngambek suka bikin gue lupa ingatan, ya?"
"Iya. Amnesia aja terus, lo." Shalsa membuang muka. "Dasar tukang gombal," bisiknya yang mana makin membuat senyum Niko melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coloring My Life (Complete)
Novela JuvenilHighest rank : #208 on teenfiction (30.05.17) Sava tak pernah menyangka jika di sekolah barunya tersebut, dia akan dengan mudahnya jatuh cinta terhadap seseorang. Terlebih lagi, orang itu adalah satu-satunya cowok yang paling disegani (atas kenakala...