Berhenti!

7.6K 504 5
                                    

Coloring My Life : Chapter 38

SELAMAT HARI IBU, SEMUANYA!💕

***

        Eza melebarkan mata melihat siapa yang ada di depan pintu. "Raga?!"

Sementara sang empunya nama hanya diam dengan tatapan datar seperti biasa, mendorong pelan bahu kakak tirinya itu agar menyingkir, kemudian berjalan masuk seraya melepas jaket dan melemparnya ke sofa.

"Bu?" Panggil Raga, berjalan ke arah dapur, mengabaikan Eza yang masih terpaku di depan pintu dengan pandangan ke arah luar gerbang.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat ketika melihat mobil yang terparkir di sana. Suji. Raga datang bersama ayahnya. Yang juga sedang memandang lurus pada Eza.

Rasanya ... berjalan selangkah pun terasa berat sekali, Eza ingin menghampiri, sekadar basa-basi untuk menyuruh menunggu di dalam saja, namun ia malah masuk dan meninggalkan kerisauannya di sana, menyusul Raga.

"Bokap lo nggak disuruh masuk?" tanya Raga ketika dia sudah berada di dapur, di hadapan Diana.

Eza berdecak, melirik sinis pada Raga. "Lo 'kan tadi satu mobil, terus kenapa nggak lo yang nyuruh?"

Raga tersenyum miring. "Udah, tapi nggak mau," jawabnya santai.

"Ya, udah, nggak mau, mah! Ngapain nyuruh gue lagi?!"

"Sensitif amat kayak pantat bayi."

Diana yang sedari tadi memperhatikan hanya geleng-geleng kepala, melipat kedua tangan depan dada sebelum akhirnya menyubit pipi mereka, gemas.

"Berantem aja, terus. Lupakan ibu di sini."

"Baper!" seru Eza dan Raga bersamaan, membuat Diana melebarkan matanya tidak percaya, semakin mengeraskan cubitannya.

"Ya ampun ... kalian ini," gerutu Diana sebal.

Seraya mengusap-usap pipinya, Raga bertanya pada Diana, "ada apa Ibu nelpon saya? Kayaknya penting banget."

"Iya, Ibu mau ngasih tau--"

"Tante, pipi saya lepasin dulu, dong," celetuk Eza membuat kalimat Diana terhenti. Menoleh pada anak sahabatnya itu lalu terkekeh dan melepas cubitannya, mengganti dengan usapan lembut.

Melihat Eza yang nampak menikmatinya, Raga memutar bola mata. "Ibu! Mau ngomong apa? Saya mau ke toko buku."

Dua orang di sana langsung mengalihkan perhatian, Eza menatapnya meledek dan Diana yang tersenyum meledek juga. "Iya, Sayang, kalau mau diusap bilang aja," ucapnya geli.

"Saya udah gede, Bu." Raga cemberut kesal.

"Halah, alibi aja."

"Bacot, lo!"

"Udah-udah!" Diana melerai mereka. "Ibu mau ngasih tau sama kamu, Nak. Mulai senin besok, kamu les di Permata Ganda, buat persiapan ujian kamu. Ayahmu yang minta."

"Apa?" Raga memasang ekspresi kaget. "Nggak mau, Bu! Belajar di sekolah juga cukup," imbuhnya lesu.

Diana menggerakkan telunjuk di udara, menolak. "Nggak. Nilai kamu, tuh, jelek banget, Raga. Karna kamu terlalu sering bolos dan suka mengabaikan pelajaran kalau di kelas lagi diterangin. Mau sampai kapan kamu begitu?"

Raga berdecak, namun tidak bisa menyahut apa-apa lagi.

"Syu-kur," bisik Eza di telinga Raga, kemudian tertawa penuh kemenangan sebelum suara Diana membuat tawanya menjadi senyap.

Coloring My Life (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang