Tabir

118 7 0
                                    

Aku terus berusaha memberontak & mengerang. Tapi aku rasa sia-sia. Tangannya bebas, tentu saja ia bisa lebih berkuasa daripadaku. Ketika dia mulai mendekatkan pisaunya padaku, aku hanya bisa memjamkan mata walau aku berusaha tetap memberontak. "Sssstt,, diam bisa ga sih? Nanti ketahuan." ia berbisik. Dan aku masih belum merasakan sakit. Kemudian aku membuka mata. "Aku mau bebasin kamu. Tapi kamu diam dong, kalo kamu berontak terus mana bisa aku lepasin ikatan kamu." ujarnya lagi. Aku diam melongo, ada rasa tidak percaya yang masih hinggap di kepalaku, tapi aku mencoba untuk mempercayainya dulu. Joey mengiris tali yang ada di tangan & kakiku, kemudian segera membantuku untuk bangun. Kami ambil jalan memutar & berlari secepat kami bisa tanpa menimbulkan suara. "Mau kemana kita? Ada apa sih sebenarnya? Terus kamu mau apa?"aku berlari sambil berbisik. "Iya nanti aku jelasin. Kita harus fokus larinya kalau mau berhasil keluar dari hutan ini. Kamu diam dulu." ujarnya dingin. Aku mencoba menurut saja. Jika nanti ia berani macam-macam padaku, setidaknya sekarang aku sudah bebas & bisa berlari.

Kemudian, setelah lari beberapa lamanya dalam gelap, terantuk akar pepohonan, & tergores dahan-dahan, akhinya kami sampai. Aku ingat. Gua itu. Mau apa dia membawaku kemari. Aku mundur perlahan, takut-takut dia akan mencelakaiku di sana. Joey tersadar aku mulai mundur, namun ia segera menarik lenganku. "Gadis bodoh. Nyawamu dalam bahaya sekarang, masih mau kembali pada mereka?"ia mengancamku. "Mereka?"tanyaku. "Percayalah padaku barang sebentar. Hanya hingga fajar tiba. Lalu kamu bisa bertindak sesukamu, bahkan kembali pada mereka sekalipun." ia menatap ke dalam mataku. Akhirnya aku mencoba mempercayainya dan membiarkanku dituntun menuju gelapnya gua. Sesampainya di dalam gua, ia mulai menata rerumputan & daun-daun kering, serta batu-batuan di pintu masuk. "Lihat lampu kecil di ujung sana? Tolong nyalakan." ia menunjuk sebuah lampu bertenaga baterai kecil di ujung gua. Gua ini tidak terlalu dalam, jadi kurasa tidak begitu menyeramkan. Aku segera melaksanakan perintahnya. Ia menghapus peluhnya karena lelah berlarian tadi. "Ini ganti baju. Bajumu basah begitu." ia menunjuk satu setel pakaian yang sudah ada di dalam gua. Ia berbalik & membiarkanku berganti pakaian. "Aku tahu mereka semua berusaha membuatmu membenciku. Tapi, inilah yang terbaik." ia mulai berbicara lagi setelah aku selesai berganti pakaian & duduk. Saat aku akan membuka mulutku, ia sudah mulai bicara lagi. "Mereka, mereka semua ingin membunuhmu. Melissa, Rani, semua teman sekelas kita."ujarnya lagi. Aku kaget & tidak percaya pada apa yang ia katakan, bahkan aku mulai berpikiri bahwa Joey gila & mulai melantur. "Dengarkan dulu penjelasanku hingga selesai, setelah itu terserah kamu mau percaya atau tidak." katanya lagi, yang terluka melihat ekspresiku yang masih tidak mempercayainya.

"Apa kamu tidak merasa aneh kalau ada yang bisa membawamu dari asrama ke gubuk tadi dengan keadaan kamu tak merasa apapun? Yakin kamu hanya sedang tidur?" tanyanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kamu tidak merasa aneh kalau ada yang bisa membawamu dari asrama ke gubuk tadi dengan keadaan kamu tak merasa apapun? Yakin kamu hanya sedang tidur?" tanyanya. Aku menggeleng, dan teringat saat mencoba bangun tadi aku sempat merasa pusing. "Tentu saja. Mereka memberikan obat tidur dosis tinggi, entah di makanan atau di minumanmu, dan perayaan makan malam tadi, merupakan salah satu caranya."jelas Joey. "Untuk apa mereka melakukan itu?" aku bertanya lagi. "Bagaimana ya menjelaskannya? Kamu adalah tumbal, kamu akan dijadikan persembahan mereka. Di dekat gubug itu ada sebuah sumur tua, sederhana saja, mereka akan melemparmu ke sana." katanya lagi. "Iya, tapi, untuk apa. Apa salahku?" aku masih berusaha membantah. "Kamu tidak salah, kamu hanya memenuhi kriteria mereka. Mereka ingin membuatmu gemuk & berisi. Makanya mereka sering memberimu makanan kan? Dan perayaan makan-makan itu, juga salah satu caranya. Hingga malam ini habis, kamu masih dalam bahaya, dan jika rencana berhasil, maka besok akan diadakan perayaan." jelasnya lagi. Jadi itukah peryaan ulang tahun sekolah yang dimaksud? Untuk merayakan terbunuhnya seorang murid? Ini tidak masuk akal sama sekali. Aku kembali merinding. Mana yang harus kupercaya?

Joey berkata terlalu ngelantur, tapi ia juga berusaha membebaskanku di gubug tadi. Apa yang sebenarnya ia inginkan? Atau aku harus pura-pura percaya saja padanya, kemudian saat dia lengah, aku akan mencoba berlari ke luar. Ya, aku rasa cara itulah yang terbaik. Mungkin ia seorang psikopat yang senang mempermainkan korbannya terlebih dahulu seperti ini sebelum dibunuhnya. Memikirkan itu, aku bergidik lagi. Ya, aku harus tenang, dan berusaha pura-pura mempercayainya dulu.

Hitam PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang