Part 17

32 2 0
                                    

If you press me to say why I loved him, I can say no more than because he was he, and I was I. -Montaigne

"Kalo gaada yang peduli, terus lo anggep gue apa disini, Rafaya?"

Kalimat itu terus mengiang di telinga Rafaya malamnya, udara malam yang menusuk tulang bahkan tidak menyegarkan pikirannya.

Mungkin benar, selama ini bahkan Rafaya selalu memikirkan tentang dirinya. Ervin selalu disampingnya, menenangkannya. Lalu selama ini apa yang telah dia lakukan pada Ervin? Mungkin selama ini dia juga punya masalah, tapi ia tampak santai dan tidak pernah mengeluh.

Tok tok tok

"Gue boleh masuk gak?" sahut Rakha dari balik pintu, membuat Rafaya yang dari tadi melamun di balkon kamarnya menengok.

"Boleh."

Sedetik kemudian kepala Rakha muncul, "Lagi ngapain?"

Rafaya hanya mengangkat bahu kembali merasakan angin malam demi menjernihkan pikirannya.

"Gak kerasa ya" Rakha yang sudah berada di sampingnya ikut terpejam

Rafaya hanya menoleh heran, menunggu kelanjutan Rakha, "Gak kerasa aja udah hampir 6 bulan lo di sekolah yang sama kayak gue, dan lo jadian sama Ervin. Gue kira lo bakal jadi nya sama Aska" tutur Rakha ringan, membuat Rafaya tersenyum "Emang kadang kan orang yang kita sayang gak di duga duga"

"Kalo Ervin nyakitin lo, bilang ya?" tuturan Rakha yang bersifat protektif itu membuat Rafaya tersenyum menenangkan, "Lo orang pertama yang bakal gue langsung kasih tau"

***

Gue minta maaf soal tadi, lo emang ada buat gue

Kemudian di hapus.

Rafaya yang sedari tadi berkutat di ponsel nya mendesah, sudah 10 menit ia tidak menemukan kata yang tepat, membuat dirinya menghempaskan tubuh nya ke kasur empuknya.

Maaf ya

Kemudian terkirim.

Tidak sampai 2 menit kemudian, ponselnya berdering, Rafaya lantas terduduk kaget.

Er

Ragu-ragu Rafaya mengangkat panggilan itu, belum menyiapkan kata kata yang tepat untuk meminta maaf nanti.

"Halo?"

"Rafaya Shakila" suara serak milik Ervin langsung menyapa telinganya, bagai melodi indah yang langsung menenangkan ketegangan Rafaya.

"I'm sorry" spontan saja Rafaya langsung meminta maaf

"Hey, gue yang minta maaf. Lo pasti kaget ya gue bentak gitu?  Gue gak sengaja, Ra. Maaf" balas Ervin diujung sana

"Enggak, Er. Gue minta maaf kalo gue selama ini kayak gak nganggep lo ada, padahal lo selalu disamping gue gini. Tapi gue selalu bertingkah kayak hanya gue yang sakit disini, padahal-"

"Rafaya, liat ke luar" potong Ervin

Sontak Rafaya langsung menghadap ke luar jendela dan mendapati Ervin yang sedang melambai kearahnya

"Lo lagi ngapain?"

"Kebawah dong, dingin" dan di bawah sana Ervin menggerakan kedua tangannya untuk memeluk dirinya sendiri, meng isyaratkan bahwa ia sungguh kedinginan.

Tidak lama kemudian Rafaya sudah berada di teras depan rumahnya, langsung berlari kearah Ervin, namun menghentikan gerakan kakinya begitu sudah berada didekat Ervin.

THE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang