Jika kau tak cukup berani untuk mengatakan
Jangan berharap dia akan mengerti3 bulan berlalu....
Apakah malam tepat 3 bulan yang lalu adalah akhir dari cerita? Bukan.... Sama sekali bukan. Justru itu adalah awal dari kisah yang sebenarnya. Kisah yang berkonflik, kisah dari kehidupan, cinta, persahabatan, pengorbanan, dan kekuatan yang besar.
Sejak malam itu, tak ada lagi kabar darinya. Sampai kini aku duduk dibangku kelas 12. Kita masih satu kelas, tapi hubungan kita kurang baik. Dari awal masuk kelas 12 sampai 2 bulan ini, tak ada satupun notif darinya. Terakhir kali kulihat, aku hanya menuliskan pesan "Besok upacara nggak? Kamu bawa buku berapa? Apa aja?"
Haha... Benar-benar konyol, seperti anak SD yang ikut-ikutan temannya. Tapi, sampai saat ini juga, pesan itu belum juga dibaca. Aku tidak mau terlalu banyak bicara, karena sebelumnya aku juga tidak begitu dekat dengannya. Hanya saat kejadian di Pondok Kopi itu, aku bisa merasa lebih baik dengannya.
Raut wajahnya juga berbeda, dari awal masuk sekolah. Tidak banyak melemparkan senyum padaku, seperti saat 3 bulan yang lalu. Mungkin hanya 3 kali senyum padaku, di dua bulan terakhir ini.
"Van.... Kok diem aja sihh?" tanya Puput.
"Emhh.... Karna nggak ada yang ngajak ngomong aja."
"Oh gituu...
"Kay, An, Ema sini deh." panggil Puput kepada yang lainnya."Ada apa sih, Put?"
"Temen kita lagi galau nih.. Nggak ada yang ngajak ngomong. Hibur kek."
"Kenapa Van?" tanya Kayla.
"Nggak ada apa-apa kok." jawabku singkat.
"Nggak ada apa-apa kok. Ya udah ah...aku mau ke kantin." melihat keteman-temannya.
"Aku ikut."
"Aku juga."Dan akhirnya semua pergi. Nggak ada yang mau buat cari tau. Hmhh... Ya udahlah.. Lagian juga nggak penting.
-------------------------------------------------
Hari ini pulang lebih awal. Karena ada acara sekolah untuk jam 2 nanti.
"Ehh... Jalan yukk?" ajak Ema.
"Kemana?" sahut Jeni.
"Ke mall aja, siapa tau ada diskonan."
"Yukk Gasss...." jawab Puput antusias.
Puput adalah yang paling suka banget nge mall. Cantik,fashionable, centil, dan dia yang paling tua diantara kita berenam.
Seperti biasa. Naluri anak cewek kalau lihat baju,tas,sepatu,dan lainnya. Langsung asik sendiri-sendiri. Aku lebih memilih untuk berkeliling dan melihat-lihat. Ya... Hanya melihat-lihat, karena didompet hanya ada gambar golok semua. Haha... Maklum akhir bulan, uang jajan udah habis. Saatnya untuk ikat pinggang kuat-kuat.
"Van??" seseorang menepuk pundakku dari belakang.
"Kenapa,Jen? Kamu nggak sama yang lain?"
"Enggak. Aku boleh nggak cerita sesuatu ke kamu?"
"Ya boleh lah. Kenapa emang?"
"Aku pengen ngasih sesuatu ke Aldi. Aku pengen ngasihin pas di hari terakhir kita lulus. Kamu mau bantuin aku cari hadiah?"
Deg..
Satu hal yang lupa kuberitahu, kalau sebenarnya Jeni juga menyukai Aldi. Kita menyukai orang yang sama dan dalam waktu yang sama. Tepatnya sejak kelas 10, lebih dari 2 tahun. Hanya saja kisah kita berbeda. Jeni lebih berani untuk menyatakan perasaannya. Sedangkan aku? Hanya seorang pecundang yang bersembunyi dibalik tawanya. Sampai saat ini, hanya Jeni yang belum tau, kalau aku juga menyukai orang yang disukai.
Aku takut. Aku takut persahabatanku dengan Jeni akan putus hanya karna seorang laki-laki, yang entah aku sendiri tidak tahu, apakah dia akan bersamaku atau tidak nantinya.
"Vanya? Kok diem? Kamu ngga mau ya? Kamu pasti sibuk les deh."
Aku tenggelam dalam lamunan, seketika ucapan Jeni membangunkanku dari lamunan itu.
"Enggak kok..enggak.. Aku lagi nggak sibuk kok. Ok.. Nanti aku bantuin kamu cari hadiahnya." aku menyetujui permintaannya dengan raut ceria dan tetap tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Flow
De TodoSetiap kisah kita adalah seperti melodi-melodi yang mengalun dalam perjalanan hidup. Bersama suka, duka,cinta,persahabatan,ataupun kehidupan itu sendiri. Tetap berbagi kebahagian dan senyuman bersama keluarga, teman , sahabat, kerabat ataupun orang...