ARE YOU MAD???

41 5 4
                                    

Aku yang memilih untuk bertahan
Akan aku terima semua sikapmu padaku

Teetttt....tettr...tett...

Bel sekolah terdengar keras lewat toak-toak yang ada di koridor sekolah. Memang itu menandakan tanda masuk, tapi... Hey?? Perlu kita tahu, anak SMA berbeda dengan anak SMP, SD atupun TK. Mendengar bel masuk, bukannya masuk kelas tapi malah asik nongkrong di depan kelas. Baru masuk kelas setelah terlihat seorang guru yang berjalan menuju kelas.

Jangan berpikiran buruk tentang sekolahku. Kalau boleh sedikit cerita, sekolah adalah sekolah terfavorit di kotaku. Terakreditasi A, dan sekolah yang banyak mencetak medali dalam perlombaan.

Siswa bandel bukan berarti mereka "nakal" ataupun bodoh. Mereka hanya ingin menikmati masa SMAnya, sebelum mereka terjun dalam dunia nyata. Buktinya, kami selalu tertib mengumpulkan tugas sekolah. Tertib?? Hasil usaha sendiri?? Emhhh.....

-------------------------------------------------

Entah kenapa, hari ini perasaanku tidak begitu tenang. Aku takut hal buruk terjadi. Ahh... Itu hanya perasaanku saja. Semoga tidak ada masalah serius yang terjadi.

"Woyyy.... Kebiasaan deh, sukanya melamun terus." Jeni yang datang menepuk pundakku.

Aku hanya tersenyum menatapnya.

"Hari ini kamu ada les nggak?"

"Enggak sih, emangnya kenapa Jen?"

"Boleh nebeng pulang nggak? Hehe..."

" Hmmhh... Iya deh boleh."

"Ya udah aku mau ambil fotocopyan dulu di perpus. Awas lho jangan ngalamun lagi."

Aku menjawabnya dengan senyuman lagi, kali ini terlihat gigiku.

Jeni adalah bendahara kelas. Kalau lagi nagih uang kas, beuhhh...kayak rentenir nagih utang, tapi nggak dibayar-bayar. Galaknya kayak singa lagi bertelur. Dia juga nggak begitu suka anak kecil, tapi dia adalah tempat yang cocok buat curhat.

Sedari tadi aku memandangi dirinya. Yapss.. Aldi. Aku benar-benar ingin menanyakan padanya, apakah aku melakukan kesalahan? Apakan dia marah padaku? Apa yang sebenarnya terjadi? Pertanyaan-pertanyaan itu benar-benar membuatku gila. Aku tak tahan, dan mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

"Aldi?" aku menghampirinya.

Dia hanya menatapku, dan kali ini tanpa senyuman.

"Emhh...Aku mau ngomong." jawabku grogi.

"Ya udah ngomong aja." jawab dia ketus.

"Pinjem spidol warna item dong."

Hah????? Suasana udah mendukung, ekspresi udah main, jantung udah deg degan dari tadi, dan aku cuma bilang mau pinjem spidol hitam??

"Ahhh.....bodo..bodo..bodo.." gumamku dalam hati.

Aku benar-benar tidak punya nyali untuk mengatakannya. Padahal cuma pertanyaan sepele. Dan itu ....
Ahhh...

Entahlah.. Sikapnya seperti dia sedang menjauhiku, membatasi bicara denganku, dan sepertinya dia illfeel denganku. :(

Let It FlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang