XIX - Sebab Ada Beberapa Pertanyaan Yang Tak Perlu Dijawab

91.6K 10.9K 1.4K
                                    

Siang itu, Nadiana dan teman-temannya keluar dari kantor untuk makan siang. Mereka sedang menunggu lift ketika Nadiana berdebat dengan Adin mau makan dimana hari ini.

"Ambas aja yuuuk! KFC? Gue lagi pengen banget nih!" pinta Nadiana hampir dengan nada merengek.

Ijal dan Zidan muncul dari belokan arah lift. Nadiana langsung merasa sedikit salah tingkah melihat Ijal.

"Didi, gue kan nggak bisa makan ayam!" omel Adin yang tidak setuju.

"Tapi kan udah lama nggak makan KFC. Gue kangen sama ayam-ayam itu, Din. Rasanya tuh ada perasaan yang membuncah dalam dada, padahal baru ngebayangin baunya aja. Nanti kan disana banyak pilihan lain juga, Din," pinta Nadiana lagi. Matanya berusaha untuk tidak bertemu dengan mata Ijal dan berusaha tidak menggubris keberadaan mereka.

Adin langsung memutar bola matanya setiap kali mendengar ucapan Nadiana yang lebay.

"Ealaaah ada Bang Ijal sama Dok Dan. Bang Ijal kok tumben sih nggak godain Ebony?" seru Maysa kala melihat Ijal dan Zidan di dekat mereka. Nadiana masih berusaha tak menggubrisnya. Hanya menengok sebentar, tersenyum ke arah dua cowok itu, lalu kembali menatap angka digital di lift.

"Lagi main tarik ulur, May. Biar Ebony kangen," jawab Ijal sambil cengengesan najis. Nadiana refleks menoleh dan mendelikkan matanya ke arah Ijal.

Lakik satu itu ya!!! Benar-benar deh!!! Kalo lagi eling kayak beberapa minggu yang lalu pas dia datang ke rumah Nadiana, waras banget otaknya! Kalo di kantor begini amat.

"Caelaaah... kayak anak SMA aja, Bang! Biasa dong, Bang, kumisnya. Nggak usah gerak-gerak gitu. Kalem ae..." goda Maysa yang tertawa geli karena mendengar jawaban dan melihat kumis tipis Ijal.

"Nggak bisa, May. Emang gitu bawaannya. Kalo deket Didi gerak-gerak mulu. Kayak mendadak ceria mereka," jawab Ijal lagi dengan asal. Asli, Nadiana geli abis! Gadis itu pun langsung bergidik ngeri.

"Astaga, Jaaal! Jauh-jauhin ya tuh kumis dari gue! Gue nggak mau kekepret kumis lo!" balas Nadiana begitu saja. Udah nggak tahan pengen ikutan komentar.

"Cobain dulu, Beb, dikepret. Siapa tau ketagihan," goda Ijal sambil menaik-turunkan alisnya dengan super duper najis. Rasanya Nadiana pengen ketok meja 3 kali. Sayang lagi nggak nemu meja. Teman-temannya udah ketawa super puas mendengar Nadiana dibully. Kampret emang mereka semua!

Lalu seorang cowok melintas dari arah yang berlawanan. Cowok campuran arab-melayu dengan dada bidang dan tinggi badan 180 sentimeter. Idola cewek-cewek sekantor. Anak kantor sebelah yang baru dibuka, kantor konsultan hukum. Kemeja biru tuanya jatuh pas sekali di tubuhnya yang tinggi dan bidang itu. Semua cewek-cewek udah resah gelisah. Nggak terkecuali Rieke yang sudah kepala 4 dan punya 2 anak.

"Ya Allah, itu sarang tawon, Di..." bisik Adin ke telinga Nadiana kala melihat brewok cowok itu. Nadiana cekikikan kecil.

"Madunya pasti manis banget!" komentar Adin lagi. Kali ini Nadiana nggak bisa menahan tawanya lagi.

Ting! Lift terbuka dan mereka masuk satu persatu ke dalamnya. Ijal dan Zidan mempersilakan cewek-cewek itu masuk duluan. Nadiana, Adin, dan Maysa berada di paling pojok lift. Tepat di belakang si cowok Arab tadi. Sedangkan Ijal dan Zidan yang masuk belakangan berada di depan cowok Arab itu, tepat di belakang pintu lift.

"Din, Din, gue mendadak pusing nih. Rasanya... pengen bersandar di punggungnya dia," bisik Nadiana super pelan, takut kedengaran cowok itu. Adin dan Maysa udah tertawa geli mendengar komentar nista Nadiana.

"Gue mendadak pengen berubah jadi cicak. Biar bisa nemplok di punggungnya," bisik Maysa. Ketiganya tertawa cekikikan lagi. Sebenarnya sih Nadiana yakin cowok itu dengar. Tapi cowok-cowok ganteng macam titisan Nabi Yusuf itu pasti udah biasa banget dengar komentar sampah cewek-cewek. Nadiana juga udah taraf bodo amat. Lagian cowok itu nggak bakal kenal sama Nadiana juga.

Red CherryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang