Uber Mas Ducati

118K 12.1K 1.7K
                                    

Sore-sore Nadiana, Maysa, dan Adin sudah nangkring manis di lobi kantor mereka. Maysa menunggu di jemput Om Beruangnya (yang malas parkir-parkir biar langsung cus). Sedangkan Nadiana dan Adin sama-sama menunggu supir ojek online. Iya, Nadiana lagi nggak pulang bareng sama Ijal, soalnya dia lagi kesal sama Ijal! Sebuah SMS masuk ke ponsel Nadiana

+628xxxxxx
Saya sdh di lobby

Nadiana pun mencari-cari supir ojek yang dimaksud. Hanya ada satu motor yang nangkring manis di lobby. Nadiana pun bolak balik membaca data nomor polisi di aplikasi dan motor tersebut. Rasanya kayak setengah nggak percaya.

"Bok, bener nggak sih nomornya ini?" tanya Nadiana ragu ke Maysa dan Adin.

Kedua gadis itu pun membaca dengan saksama. "Ya terus?" tanya Adin bingung.

"Yang nomor plat polisinya ini cuma motor ducati itu," jawab Nadiana dengan nada ragu. Ketiganya bolak-balik membaca plat nomor di aplikasi, lalu plat nomor ducati tersebut.

"MASYA ALLAH!" seru Adin tiba-tiba dengan mata masih terpaku ke mas-mas di atas ducati tersebut. Mata mas-masnya berkeliling ke arah sekitar. Sesekali mengecek ponselnya.

"Bok, ini beneran, bok, supir ubernya? Kok gue jadi mulai tertarik pengen naik ojek online aja ya?" ujar Maysa dengan mata yang juga terpaku ke arah mas ducati tersebut.

"Kalo dapet yang kayak gini kasih bintang berapa entar? Lima? Cukup nggak sih?" ujar Nadiana.

"Tergantung. Kalo jaketnya bau kang ojek, kasih 4 aja," balas Adin.

"Kalo bau kang ojek tapi mau dipeluk pas ngeboncengin, jadi berapa, Din?" tanya Nadiana lagi.

"Ya jadiin 5 lah! Semprot aja pake makarizo lo yang biasa dipake buat ngilangin bau asep ayam bakar!" semprot Adin ke Nadiana. Kemudian ketiganya cekikikan nggak jelas.

Nadiana berjalan menghampiri ducati tersebut. Adin dan Maysa pun ikut-ikutan. Nggak mau kalah nampang di depan masnya.

"Mas ... Rajiman ya?" tanya Nadiana ragu. Ketiganya sembari memperhatikan gaya si mas dari atas sampai bawah. Jaket kulit fancy, boots lapangan yang ganteng macam doc mart, buset dah! Kalo supir uber kayak gini mah, sampe rumah pasti mending sekalian diajak kenalan sama ibu-bapak!

"Iya, Mbak. Mbak yang pesan uber?" tanyanya tenang. Mukanya lempeng banget, kayak jalan tol. Senyum nggak, judes juga nggak. Ya gitu aja. Kayak kanebo kering.

"Didi, ini mah lo bukan pesen uber, ya? Tapi pesen calon mantu buat emak lo?" bisik Maysa di kuping Nadiana. Nadiana setengah mati nahan ketawa.

"Masnya ngojek online? Buat nambah-nambahin bayar cicilan ducati apa biaya nikah, Mas?" tanya Adin melalui mulut lemesnya.

"Iseng aja, Mbak, buat nambah-nambah. Lagian lumayan, mumpung saya habis ketemu klien di sekitar sini," jawab mas ducati (yang ternyata namanya Rajiman itu) datar.

"Gimana sih, Mas, kalo mau naik uber tapi dapet supirnya yang ganteng bawa ducati kayak Masnya? Saya bosen naik motor sama pacar saya. Dia gendut, bawanya cuma mio lagi, Mas. Jatah boncengannya jadi cuma seiprit. Mana tangan saya udah nggak nyampe kalo mau pegangan ke pinggangnya dari belakang. Kalo sama Mas gitu pasti kan pegangannya enak ya," goda Maysa ke Rajiman. Nadiana sama Adin menahan tawanya agar tidak meledak. Sumpah, nih anak mulutnya iblis banget!

"Saya nggak tahu, Mbak," jawab Rajiman datar lagi. Mukanya itu nggak banyak ekspresi. Kayaknya tuh kalo senyum atau ketawa, mukanya bakal retak-retak gitu.

"Mas, kalo naik ducati boncengannya nggak bisa bertiga ya? Saya jadi pengen cancel ojek saya aja, biar dibonceng masnya juga," kali ini giliran Adin yang menggoda si Masnya.

"Nggak bisa, Mbak."

"Yaaah..." balas Adin dengan nada sok kecewa.

Nadiana udah senyam-senyum lihat teman-temannya versus mas ducati ini. Semua gombalan teman-temannya mental. Kaku banget masnya kayak kerah kemeja baru disetrika!

"Udah ah! Ntar keburu malem! Gue cabut duluan ya!" seru Nadiana menghentikan teman-temannya. Tapi selanjutnya... Nadiana malah bingung naiknya gimana. "Um, anu, Mas, ini... Aduh, susah juga ya?"

"Pegangan sini, Mbak, biar nggak susah naiknya," ujar masnya sopan sambil menepuk bahunya. Dengan malu-malu Nadiana menyentuh bahu masnya untuk membantunya naik ke boncengan motor. Lalu ia mengeluarkan senyum licik ke arah Adin dan Maysa.

"Deu... Modus!" cibir Adin.

"Emang biasanya kalo naik motor sama Ijal gimana sih?! Huuu attention seeker banget!" gantian Maysa mencibir Nadiana.

Nadiana mengembangkan senyum penuh kepuasan kepada kedua temannya. Lalu melambaikan tangannya.

"Udah, Mbak?" tanya Rajiman ke Nadiana.

"Udah, Mas. Gas aja langsung," ujar Nadiana masih senyam-senyum.

Baru ketika Rajiman hendak menjalankan motornya, Ijal datang dengan setengah berlari ke arah Nadiana sambil berseru, "Ebony!!! Way yu du dis?!!!"

Nadiana pun membalas, "Pacaran aja sana sama embak-embak Tinder!!!"

***

A/N : HAAAAAAA SELAMAT PARA PEMBACAAAA.... KALIAN KENA PRANK!!!!! HAHAHAHAHAHAHAHAHA

Kalo yang ngikutin Tinderology-nya larasatylaras26 pasti ngeh chapter apa ini dan Mas Ducati itu siapa hahahahaha. Setelah literally melafalkan komen-komen jahara di lapak kita dengan nada kakak-kakak agit ngelabrak dedek-dedek utas di Voice Note, kita pun memutuskan untuk cross universe hahahahaha.

Buat yang masih pengen Didi sama yang gantengnya subhanallah, buat yang sebel Didi suka nolak cowok, nih ya, satu episode aja eike dedikasikan untuk kalian. Hahahahahahahah. Mwaaahh!

Red CherryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang