A/N : Ok, chapter sebelumnya nggak usah dianggap serius ya hahahaha.
***
Mampus lah, umpat Nadiana dalam hati tatkala mendengar ucapan Maysa di toilet tadi. Maysa sudah tahu tentang kedekatan Nadiana dan Ijal. Anak itu sebentar lagi pasti berisik. Setelah Maysa masuk ke dalam bilik toilet tadi, Nadiana juga buru-buru cabut dari sana. Lalu belum melihat Maysa lagi. Sebenarnya, bukan Nadiana nggak mau mengakui Ijal sih, cuma Nadiana malas aja diledekin rame-rame dan jadi center of attention nantinya.
Sore-sore, ketika Nadiana sedang sibuk menyelesaikan task-list underwriting yang masuk sejak siang tadi, Ijal mengobrol dengan Dokter Zidan di meja Dokter Zidan. Karena meja Nadiana dan Dokter Zidan sebelahan, Ijal pun sempat menaruh greek yoghurt di atas meja Nadiana sebelum mengobrol dengan Dokter Zidan.
Kenapa sih, setiap Ijal menaruh barang itu di atas meja Nadiana hampir setiap sore, Nadiana selalu merasakan reaksi yang aneh di sekitar dada dan ulu hatinya? Karena selain Ijal tahu kalau Nadiana suka banget greek yoghurt, Ijal juga tahu Nadiana suka sok-sok nggak mau makan makanan dengan kadar karbohidrat yang tinggi di jam-jam seperti ini.
Ngomong-ngomong, gara-gara ucapan Maysa kemarin, Nadiana jadi memperhatikan tingkah Ijal. Dia memang udah nggak pernah godain Nadiana lagi di kantor. Mungkin karena semua yang mendadak serius membuat beberapa hal jadi canggung. Atau Ijal merasa nggak perlu lagi melakukan itu karena Nadiana sudah tahu perasaan yang sebenarnya di balik semua candaan itu.
"WAAAHHH YOGHURT SIAPA INI???" terdengar suara cempreng yang membuat kuping Nadiana pengang. Siapa lagi kalau bukan suara si iblis kecil yang tiba-tiba nongol di meja Nadiana. Ijal masih di situ, mengobrol tentang proses operasi untuk sebuah penyakit dengan beberapa kertas di atas meja.
"Yoghurt Didi ya? Darimana? Kapan keluarnya? Kok nggak ngajak-ngajak May sih kalo jajan? Kan May juga pengen beli susu pisang! Eh, May boleh coba nggak, Didiii?" seru anak itu dengan berisik penuh kode. Ugh, Nadiana tahu banget, Maysa itu lagi nyindir!
Nadiana melirik ke arah Ijal, memberi kode kalau Maysa itu sebenarnya cuma godain Nadiana. Balasannya Ijal? CUMA KETAWA! Nadiana sebal banget rasanya.
"Jangan makan itu, May. Lo kan udah kecil gitu kayak Plankton, ntar makin kecil lho," balas Ijal membantu Nadiana.
"Emang kalo Didi makan ini biar apa, Bang Ijal? Biar seksi yah?" tanya Maysa dengan senyum nakal.
"Iya, biar kayak Olivia Munn yang jadi Psylocke di X-Men," ujar Ijal seraya melirik ke perut Nadiana. Emang sih, bajunya hari itu lumayan ketat, bikin lipatan perutnya muncul seperti ban kecil yang melingkar di pinggangnya.
Kontan Nadiana jadi murka, "IJAAAL!!! MATA ITU DIJAGA! JANGAN LIRIK-LIRIK PERUT PEREMPUAN! NGGAK SOPAAAN!!!" seru Nadiana ke Ijal.
"Cieee Bang Ijal lirik-lirik... genit ih..." goda Maysa.
"Aduh! Ampun, Ebony! Mataku refleks!" balas Ijal. Keceplosan pula. Mata Nadiana langsung membesar karena sedikit terkejut.
"'Aku' banget, Bang? 'Aku'??? Eaaa..." sialnya, si Maysa sadar aja lagi.
"Kenapa emang, May? May mau di 'aku'-in juga sama Abang?" goda Ijal ke Maysa. Mencoba menyamarkan sindiran Maysa.
Maysa langsung ketawa geli abis dengar Ijal nyebut dirinya sendiri 'abang'. "Ih, nggak mau ah! May nggak mau merusak rumah tangga orang!"
***
"Aku nggak tau si May liat apa. Pokoknya tiba-tiba dia ngomong gitu aja. Kampret emang anak itu!" cerita Nadiana ke Ijal ketika mereka duduk di sebuah restoran untuk makan malam sepulang ngantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Cherry
ChickLitNadiana, hampir 30 tahun tapi masih belum menemukan lelaki idamannya. Semakin kesini, cari laki-laki yang lebih tua dan matang darinya semakin sulit. Pilihan semakin sempit. Kalau nggak sudah beristri, sudah siap menikah. Sekalinya ada yang single...