Life is funny sometimes. You make plan, you choose what you want, then life gives you another thing. Sometimes it's better than you expected, sometimes it's not better. But then you think, and you think again, and you finally think that... it's better than what you planned before.
Nadiana memoles bibirnya di depan cermin. Kemudian bercermin kembali untuk memperhatikan penampilannya.
"Didi, buruan, Rizal udah nunggu!" seru ibunya yang melongok dari pintu kamar Nadiana.
"Iya, sebentar, Ma." Nadiana pun membereskan barang-barang make-up nya ke tempat semula.
"Ma, pakai ini bagus kan?" tanya Nadiana ke ibunya sebelum ia keluar kamar. Mata ibunya kemudian menelusuri Nadiana dari atas sampai bawah. Gadis itu memakai blouse lengan pendek dengan potongan seperti kimono berwarna pink salem yang dipadu dengan celana jeans panjang.
"Bagus," jawab ibunya.
Setelah mendengar pendapat ibunya, Nadiana pun keluar dari kamar dan menemui Ijal yang sedang duduk di ruang makan, mengobrol bersama ayah dan omanya. Iya, Oma sedang menginap di rumah Nadiana dari semalam karena di rumahnya sendiri sedang tidak ada yang bisa menjaga Oma.
Ijal terpaku sejenak melihat penampilan baru Nadiana. Nadiana cuma senyam-senyum nggak jelas dilihatin Ijal seperti itu.
"Mau jalan kapan, Zal?"
Ijal langsung tersentak. "Eh? Em... sekarang yuk!"
Nadiana pun mengangguk. Kemudian keduanya berpamitan dengan kedua orang tua Nadiana dan Oma.
"Didi, nanti Rizal diajak pas arisan keluarga ya!" seru omanya kala mereka berdua berpamitan. Wajahnya terlihat begitu sumringah. "Nanti kalo Rizal dateng, Oma sediain makanan kesukaan Rizal deh!"
"Eh? Nggak perlu repot-repot, Oma. Nanti kalau Didi ajak Rizal, pasti Rizal dateng kok," ucap Ijal sambil menyalami punggung tangan Oma.
"Iya, Oma, nanti Didi ajak Rizal kalau acara keluarga ya..." ucap Nadiana sebelum menyalami punggung tangan Oma, kemudian dilanjutkan dengan mengecup pipi Oma.
Setelah berpamitan, Nadiana dan Ijal pun berjalan menuju mobil Ijal yang diparkir di depan rumah.
"Di, kamu kok... potong rambut?" tanya Ijal ketika Ijal baru selesai menstarter mobil.
"Kenapa? Jelek ya?" tanya Nadiana ragu.
"Nggak, nggak jelek. Bagus. Yang aku tanya kenapa dipotong? Kan sayang ombre pink kamu."
Nadiana tersenyum sebelum menjawab. "Karena... aku mau kelihatan baik di depan bunda kamu. Iya sih, bunda kamu nggak pernah komentarin rambut aku sebelumnya waktu kami ketemu beberapa waktu lalu. Iya sih, bukan berarti aku cewek nggak bener kalo rambutku warna-warni.
"Tapi kan, alangkah baiknya kalau aku membuat citra diri itu lebih baik lagi langsung dari depan tanpa harus menunggu orang mengenal aku lebih dalam. Kalau dari luarnya aja udah kelihatan bagus, baik, orang kan nggak akan segan-segan untuk mengenal kita lebih dalam dan lebih baik lagi," ujar Nadiana menjelaskan niatnya pada Ijal.
Ucapan Nadiana membuat Ijal tersentuh. Kalau Nadiana ingin terlihat baik di mata ibunya, itu artinya Nadiana juga ingin semua ini berlanjut dengan baik bukan?
Ijal hanya tersenyum ke arah gadis itu kemudian mengacak-acak puncak kepala Nadiana dengan lembut.
Nadiana hanya tertawa manja kala Ijal mengacak-acak puncak kepalanya. Hidup bisa selucu itu, pikir Nadiana. Punya tipe cowok kayak apa, tapi jadinya sama yang kayak apa. Udah cari kenalan dimana, eh jadinya malah sama teman sendiri. Tapi kalau dipikir-pikir, cukup sesuai sama kemauan Nadiana. Cowok yang baik, yang nggak arogan, yang bisa bikin dia ketawa, eh dapat nilai plus ternyata sopan dan sayang sama ibunya.
Nadiana menatap lurus ke jalanan di depannya. Kepingan puzzle itu rasanya sudah lengkap. Sudah diisi dengan potongan-potongan yang sesuai dengan pasangannya.
****
F I N
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Cherry
ChickLitNadiana, hampir 30 tahun tapi masih belum menemukan lelaki idamannya. Semakin kesini, cari laki-laki yang lebih tua dan matang darinya semakin sulit. Pilihan semakin sempit. Kalau nggak sudah beristri, sudah siap menikah. Sekalinya ada yang single...