Aku berjalan dengan Legolas di sampingku. Wajahnya tegang, seperti orang yang sedang menanti eksekusi. Kami sampai disebuah pintu kayu besar dengan ukiran emas dedaunan. Dua penjaga membuka pintu yang berat itu.
Mulutku menganga, ini bukanlah ruangan! Ini seperti istana itu sendiri! Jalan-jalan sempit berulir panjang menuju ke singgasana, dengan tanduk rusa raksasa dibelakangnya, menghidupkan kesan megah sekaligus majestic. Seorang ellon duduk di singgasana dengan kaki menyilang dan tongkat kebangsawanan ditangannya.
Ia memiliki rambut seputih salju dan wajah putih susu. Bola mata birunya begitu indah, mampu menyihir orang-orang tenggelam didalamnya. Ia punya alis yang tegas dan postur tinggi, mengintimidasi orang-orang yang berada di dekatnya. Aku melihat wajahnya, God, aku seperti melihat malaikat tanpa sayap!
Aku tidak percaya berada dihadapan salah satu Elf terkuat di Middle-earth. Satu hal yang ku kagumi darinya adalah, Ia mampu mempertahankan kerajaannya tanpa bantuan cincin sakti. Tidak seperti Imladris dan Lorien, kerajaan Greenwood berdiri dengan kekuatannya sendiri. Dan Aku merasa sedikit bangga bisa menginjakkan kaki di Greenwood the Great.
Well, tapi orang yang sekarang duduk di singgasana ini tidak menyenangkan. Aku mengingat scene saat Thorin dibawa ke hadapan Thranduil. Dia hanya rela melepas Thorin demi imbalan, sebuah kalung cahaya bintang, White Gems of Pure Starlight. Bahkan Dia mengerahkan separuh prajurit kerajaannya mengepung Erebor hanya demi sebuah kalung! He's insane!
Kalung? Oh God. Kalungku! Aku lupa meninggalkannya di hutan. Keringat dingin merayap di tanganku, mengapa aku sangat ceroboh?!
Tanpa kusadari aku telah sampai di hadapannya. Dengan gesture angkuh dan royal, Ia menatapku tajam. Legolas memberi hormat dan berdiri di samping singgasana.
"Sopan santun apa yang diajarkan padamu ketika berhadapan dengan bangsawan?" Tanyanya, namun aku mendeteksi nada sarkastik dan ejekan.
Aku kembali dari lamunanku dan memicingkan mata. Well, awal yang buruk. Aku merentangkan tangan kananku dan menaruh tangan kiri diperutku, lalu membungkuk dengan dramatis tanpa mengalihkan wajahku darinya. "Oh, Elvenking yang Agung. Terimalah penghormatan dari ku!" Ejekku dengan sopan.
Legolas menarik napas tajam. Aku menatapnya dengan tatapan Maaf-tapi-dia-menyebalkan padanya. Kudengar gesrekan kain dan menoleh ke singgasana. Thranduil turun dari tangganya, kain jubah panjang menyapu lantai. Aku tak dapat membaca wajahnya, entah ia marah atau jengkel, tak bisa kutebak.
Dengan tegap ia berdiri dihadapanku. Valar! Dia tinggi sekali! Tinggiku hanya sedada Legolas, dan tinggi Legolas hanya sebahu Thranduil. Bisa kau bayangkan betapa kecil aku didepannya? Ia menatapku seperti orangtua yang siap mengomeli anaknya.
Dengan mata tajamnya dia mengamati wajahku cukup lama dan membuatku canggung. Aku menelan ludah, "Ehm, Hai." Kataku sambil tersenyum bodoh. Duh, apa yang dia lakukan sih? Dia berjalan mengelilingiku seperti singa menyudutkan mangsanya. "Siapa namamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Possession (Completed)
FantasyTerdampar di dunia dalam film legendaris Lord of The Rings? Leia Amaliya, gadis yang tak sengaja memasuki portal menuju Middle-Earth, tempat yang hanya ada dalam fiksi-fantasy. Tapi bagaimana saat dia tidak bisa lagi kembali? Saat dunia tempatnya la...