Chapter 6: His Regret

4K 248 24
                                    

(cerita selengkapnya Haldir Dan Leia dapat dibaca di blue moon)

Haldir POV

Mimpi itu terus berulang, seperti sebuah memori dan aku menjadi orang ketiga tak terlihat disana. Leia. Aku berdiri di tangga pohon Mallorn menyaksikan dua orang beda ras sedang berselisih. Mereka adalah Leia dan diriku sendiri. Aku menonton bagaimana wajah Leia memerah menahan amarah.

----------------------------------------
Pertama kali aku bertemu dengannya, rasa jengkel selalu muncul dengan sikap sok tahunya. Kebiasaannya banyak bicara membuatku kesal, hingga hari itu aku menegurnya saat dia duduk di tangga Mallorn. Aku mengira dia akan tunduk mengikuti perintahku, lantas ia menatapku dengan tajam dan berkata aku adalah orang yang angkuh dan tidak berperasaan. Saat itu aku tidak bisa berkata-kata. Segala umpatan berkumpul di otakku untuknya namun tak ada satupun yang berhasil kukeluarkan.

Aku terpaku, belum pernah ada orang-bahkan wanita yang berani bicara kurang ajar padaku. Terlebih saat ia menamparku di depan adikku Orophin, menendangku, dan mengejekku dengan senyum kemenangannya. Aku tidak pernah merasa semalu itu dalam hidupku. Posisiku sebagai Marchwarden membuat orang-orang enggan berselisih denganku. Dan dia, wanita ini dengan lancangnya menghinaku seperti itu. Saat itu hidupku hanya punya satu tujuan, menjatuhkannya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku menggeleng pada dua orang dihadapanku itu. betapa aku merindukan setiap moment bersama gadis yang kini telah pergi dari Lorien, Leia

Scene berubah

Aku melihat Leia tertawa girang bersama ketiga ellon sahabatnya. Dadaku menghangat melihat senyumnya. Ia sangat cantik, meski seringkali minder ketika berada diantara elleth. Aku membelai pipinya, namun yang kurasa hanya udara kosong. Aku bagai angin yang hanya bisa melihat kejadian didepanku, tanpa bisa melakukan apapun.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dia sangat sulit kutemui sendirian, tiga orang sahabatnya selalu bersamanya. Mereka seperti pelindungnya, dan aku bertanya-tanya apa yang membuat ketiganya betah berteman dengan she-troll sepertinya.

Hingga suatu hari, aku kembali ke talanku. Dan kudengar ada suara dari dalam kamar, ketika kuhampiri ternyata seorang pelayan sedang mengumpulkan pakaianku. Aku merasa aneh dengannya, tidak biasanya pelayan menggerai rambutnya seperti itu. pelayan itu kemudian buru-buru keluar dari pintu. Aku memanggilnya untuk menjahit bajuku. Bukannya berbalik dan mengambil pakaianku dengan sopan, ia justru mengulurkan tangannya ke belakang. Aku memicingkan mata, betapa tidak sopannya dia! Aku akan complain pada Lady Rilian tentang kurangnya sopan santun bawahannya. Pelayan itu dengan geram berbalik arah dan membentakku.

His Possession (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang