Chapter 9 : Dear, Husband

4.1K 269 21
                                    

Legolas masih marah, aku bisa merasakannya. Sudah dua hari ini dia menghindariku, dia menghabiskan waktu berlatih memanah dengan sahabatnya, Feren. Kini kutahu mengapa Thranduil mengira suamiku gay. dia sangat dekat dengan Feren namun begitu dingin dengan elleth lain, kecuali Aku. Tapi bisa kulihat dari pikiran Legolas, Feren sudah seperti adik kandungnya sendiri.

Hari ini aku sudah tidak tahan lagi. Sikap Legolas seperti cewek baper yang sedang ngambek dengan kekasihnya. Usianya sudah 1520 tahun, bisakah dia menghadapiku lebih dewasa? Aku tidak bisa diam lagi. Jika dia tidak segera bicara padaku, Aku yang akan mendatanginya.

Sore itu aku menemukan Legolas di lapangan, dia sedang adu memanah dengan Feren.

"Legolas!" panggilku.

Dia menoleh, namun mengabaikanku. Feren bicara sesuatu padanya, dan Dia mengedikkan bahu.

"Meleth nin!"

Lagi-lagi diabaikan. Aku memutar bola mata, dia sama sekali tidak memperhatikanku.

"Sayang, apa aku harus buka baju dilapangan untuk menarik perhatianmu?" Teriakku dari pinggir lapangan. Ellon-ellon lain yang sedang memanah berhenti seketika dan menatapku dengan ngeri.

"Hir nin, datangi istrimu sebelum dia melakukan hal-hal gila." Desis Feren. Tapi lagi-lagi Legolas mengabaikanku seolah tidak terjadi apa-apa. Dia menarik busurnya dan bersiap menembak target. Sebuah ide brilian muncul di otak-ku. Dengan santai aku duduk di bangku dan memperhatikan suamiku.

Feren dan Legolas mengambil posisi. Keduanya focus pada mata anak panah yang mengarah ke bulleye. Aku menyeringai, lihat saja apa dia masih sanggup mengacuhkanku. Dengan konsentrasi penuh aku mengirimkan imajinasi-imajinasi erotis ke pikiran Legolas. Aku mengimajinasikan tangan ku meraba-raba tubuh Legolas, dan bibirku menggigit daun telinganya.

Ah, kini dadanya naik-turun mengatur napas. Wajahnya memerah, anak panah yang ia lepas melenceng jauh dari target. Feren menatapnya cemas, "Hir nin, kau baik-baik saja?"

Dia menatapku tajam. Dengan cepat aku pura-pura mengamati pepohonan disampingku. Ini sangat menyenangkan! Legolas mengambil anak panah lain dan membidik. Kini aku mengirimnya imajinasi yang lebih vulgar, membayangkan diriku mencumbu Legolas dengan sensual. Aku bisa merasakan Ia sudah terangsang, kukunya memutih karena terlalu keras memegang anak panah. Tangannya sedikit bergetar.

"Hir nin, Legolas—"

"Hir nin, Legolas—"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pergi dulu." Kata Legolas tiba-tiba dan berjalan menghampiriku dengan cepat. Mataku membulat melihat ekspresi mengerikannya.

God, what I've done? Aku setengah berlari menjauhinya. Baiklah, mungkin ide 'Pikiran kotor' tadi sedikit berlebihan dan kini aku harus menanggung resikonya.

Aku menoleh ke belakang, memastikan diriku sudah cukup jauh darinya. Tapi napasku tersangkut di tenggorokan. Dia masih mengikutiku ke hutan  dengan tangannya yang membuka bajunya satu persatu. Dengan panic aku menoleh ke kanan dan kiri, mencari tempat untuk sembunyi darinya. Mungkin jika kutinggalkan dia sampai malam, emosinya akan sedikit mendingin.

His Possession (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang