/// 15
Tubuh Butré dan Maktso muncul di sebuah hutan, jauh dari kota Reritik. Mereka tiba dari dalam balutan cahaya putih, yang sedikit menerangi hutan yang gelap tersebut. Sebab cara mereka sampai lumayan unik lagi antik, cahaya pengantar orang tadi menjatuhkan mereka sekitar satu meter atau lebih dari atas tanah. Keduanya tentu saja jatuh, namun secara kebetulan dalam posisi duduk bersimpuh sempurna.
Untuk saat-saat pertama kedatangan mereka, pikiran keduanya sama-sama kosong. Seolah amnesia mendadak menyerang otak, mereka sama sekali tidak punya satu jejak sisa kesadaran sedikit pun. Keduanya hanya menatap kosong alam sekitar, yang penuh kebisingan para makhluk malam hutan. Mereka sedang tidak memikirkan apa-apa, tampak seperti boneka usang yang seseorang pajang di dalam kuil sembahan. Seakan-akan ada seseorang yang secara paksa menghentikan gerak-gerik tubuh mereka, meninggalkan keduanya dalam keadaan katarsis setengah hati.
Namun, mereka selanjutnya kembali sadar mengenai kondisi sekitar. Rasa sakit dari kejatuhan rupanya baru saja tersambung dengan pusat saraf otak, membuat mereka mengarahkan bola mata ke segala arah. Otak mereka perlu kejelasan yang cukup untuk bisa mengatur mereka melakukan tindakan berikutnya, sehingga keduanya pun bersusah payah mencari dan menelaah informasi sekitar. Informasi yang sejujurnya ingin mereka buang jauh-jauh kemudian menghantam seperti babi hutan yang menerjang. Kumpulan tulang milik Aldalu yang ikut dalam perjalanan otomatis membuat mereka terkejut setengah mati.
Meski kegelapan malam menutup cahaya yang ingin masuk ke retina, keduanya masing-masing bisa menangkap wajah terkejut dari satu sama lain. Tulang tanpa sedikit pun kulit yang membalut, jatuh tepat di atas pangkuan keduanya. Benda-benda hangus itu memberi sebuah aroma angit pekat, yang langsung mengejutkan seketika reseptor bau mereka. Butré dan Maktso pun menjerit nyaring.
Setelah mereka tenang kembali, Maktso langsung menggenggam telapak tangan Butré. Butré, yang kaget si bocah melakukan gerakan tiba-tiba, hanya bisa tertegun. Ia melihat ke arah mata Maktso, yang ternyata juga melakukan hal yang sama. Amarah dalam jumlah besar memenuhi sinar pandangan si pria, membuat Butré ingin mengeluarkan tangis. "Dasar penyihir tidak berguna!" bentak Maktso, berteriak kencang.
Wajah Butré langsung tampak sedih ketika ia dapat bentakan dari Maktso. Butré menggerakkan bibirnya yang bergetar sebab takut, dengan harapan ingin mencoba menyangkal ucapan Maktso. "Aku... tidak mau... membunuh orang..." ucap Butré, terisak-isak. Jawaban Butré malah membuat Maktso lebih panas. Ia melepaskan genggamannya pada Butré secara kasar, dan menyeringai kecewa.
"Omong kosong. Kamu itu penyihir terkuat di dunia! Jangan bercanda soal hal bodoh tidak masuk akal!" kata Maktso, makin mengencangkan suaranya.
"Tapi, aku benar-benar... bersungguh-sungguh..." sanggah Butré. Maktso tetap tidak mau mendengar Butré, dan membentaknya sekali lagi.
"Itu adalah hal yang paling omong kosong di seluruh dunia! Kamu seharusnya menggunakan sihir untuk bertarung dan membunuh!"
Karena sudah tidak sanggup lagi terus-menerus Maktso bentak, akhirnya Butré menampar pipi kiri kliennya. Tatapan mata Butré kini tampak marah --bahkan jauh lebih marah dari milik Maktso. Yang kena tampar hanya bisa terkejut dan diam membisu. Tatapan tajam Butré menusuk hatinya dalam-dalam.
"Sihir --baik nyata maupun maya--, semuanya para Tuhan berikan untuk perdamaian umat manusia. Aku tidak akan pernah setuju jika ada orang yang menggunakan sihir dengan cara salah!"
"Tapi... Aku sudah menyewamu..."
"Maafkan aku atas itu. Kalau kamu ingin seorang penyihir yang ahli membunuh, kamu menyewa orang yang salah. Aku bukan tipe penyihir yang seperti itu. Setidaknya, aku tidak ingin mengulangi kesalahan-kesalahanku di masa lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abad Hitam
FantasyAda banyak sekali hal yang terjadi di dunia ini setiap detiknya, namun kebanyakan manusia hanya melewatkannya. Hanya segelintir yang mau berpikir, akan keindahan kejadian-kejadian harian di seluruh penjuru semesta. Yang ingin mengetahuinya, terpuruk...