14.95
Bagi Ahop, pemandangan menjijikkan di hadapannya ini jauh lebih buruk daripada kata "menjijikkan" itu sendiri. Seekor manusia jantan dewasa bodoh menangis darah sambil berusaha menutup soketnya yang kosong. Bualan konyol seperti ini memberi mual di perut Ahop. Bukan karena ia tidak suka hal-hal menjjikkan seperti bola mata terlepas atau darah yang mengubangkan diri. Ia malah senang akan segala jenis penyiksaan yang loh mahfuz catat dan simpan.
Ia lebih jijik pada konsep harapan yang manusia punya. Barang yang manusia genggam erat bahkan di saat ketika nyawa mereka ditarik senti demi senti sebelum menghilang seluruhnya. Pemikiran trivial begini membuat usus besarnya bergemuruh. Bukan karena lapar, melainkan karena ingin membuang tahi dalam skala besar. Ini semua akibat bakteri yang sang orang beri lewat aksinya. Siapa saja tentu hendak muntah otomatis apabila melihat sesuatu semengerikan cahaya palsu di tengah gelap gulita. Seterang harapan.
"Manusia begitu aneh sekali... Sungguh, aku tak mengerti kalian walau satu kali saja..."
Sang gadis kecil bergumam demikian, masih berjongkok di dekat sang orang yang sekarang sedang berguling-guling. Ia menatap ke bawah, semangat yang tadinya penuh sekarang hilang dari kedua matanya. Ia menghela napas panjang. Sang gadis kemudian menaruh telapak tangan pada pipi sebelah kanan dan menjadikannya sandaran. Tangannya yang satu lagi berusaha menyentuh tubuh milik Shoum, ingin merasakan kekuatan kebodohan yang insan ini punya.
Sang gadis mengusap pelan wajah penuh darah Shoum, berusaha meneliti tiap-tiap kerutan wajah akibat siksaannya. Belaiannya terasa seperti kehangatan seorang ibu bagi sang orang. Mengundang rasa tangis keluar sampai ia habis tiada bersisa, membuatnya ingin berteriak menuju penjuru alam semesta dalam syahdu yang sama.
"Bajingan pemakan harapan macam kalian merupakan spesies terbodoh di bumi ini."
Meski ia kembali menyumpahi Shoum, belaiannya belum mau memudar. Sang gadis masih saja mengelus kening milik sang orang, merapikan helai-helai rambut lepek yang mulai memutih. Serangan panik dari Shoum lama-kelamaan juga menghilang, deru gulung ombak memakannya dalam satu kali suap.
Sang orang tentu masih menyimpan rasa takut. Ia tidak ingin harapannya mengkhianati. Ia tidak mau sang Tuhan sakiti. Namun, secercah harapan terus bermukim. Mereka datang bak alergi flu di musim dingin. Shoum masih ingin percaya pada semua yang telah ibu bapak ajarkan pada dirinya yang polos dahulu. Masih berharap bisa punya tiket abadi untuk menuju surga dan kekal di sana untuk jangka waktu lama.
Sang gadis mendengus. Uap air dari napasnya yang keluar membentuk awan kecil, berjalan dalam langkah kecil tetapi cepat di atas kulit Shoum. Walau masih mengelus-elus sang orang, pikiran sang gadis sedang melanglang. Meninggalkan tubuhnya yang lahiriah, menyempatkan ia singgah ke atas kedamaian. Di sana, Ahop ingin mengeluh. Ada sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia selesaikan memakai semua formula yang tiap ia pelajari. Sebagai gantinya, sang gadis hendak menanyakan hal serupa. Pada angin segar, pada matahari siang, pada dedaunan hijau.
"Memang apa gunanya harapan?" ujarnya bak kaset rusak di nada datar penuh gaflat. "Ia tidak lebih dari sekadar kata di kategori leksikal. Sebuah nomina abstrak yang tak mampu manusia sentuh. Sebuah [-F, +N, -V] dalam skala biner ilmu sintaks, tidak kurang tidak lebih. Tak ada guna bila seorang manusia yang katanya berakal berkontemplasi perihal sebuah kata belaka."
Selepas melakukan senandika membuatnya makin tambah ruwet. Ahop pun jadi kesal. Gerah dan tiada tenang. Di setiap bagian kulitnya ada yang memberi percik-percik api. Di perutnya ada yang memberi dorongan internal bak tendangan bayi hiperaktif. Tenggorokan pun tiada kena basahnya air, membuat sakit kepala yang mengurung gerak mengobar tiap kali napas berembus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abad Hitam
FantasyAda banyak sekali hal yang terjadi di dunia ini setiap detiknya, namun kebanyakan manusia hanya melewatkannya. Hanya segelintir yang mau berpikir, akan keindahan kejadian-kejadian harian di seluruh penjuru semesta. Yang ingin mengetahuinya, terpuruk...