Aku melihat figura tersebut. Ketiga perempuan yang sedang tertawa saling mengait tangan masing-masing. Tapi aku heran,salah satu dari mereka melirik ke arah yang berbeda. Aku mengamati lebih dalam. Ternyata..
Desyana? Mengapa dia ada di foto tersebut?
"Ta..?" Aku menoleh,dengan muka heran dia bisa membaca raut wajahku.
"Dia temen gue sama sepupu gue,itu gue yang lagi ngelirik ke sepupu gue. Dan gue lagi liat desyana. Yang sekarang dia jadi guardian gue dan riri" jelas rara menatap figura itu,dalam. Aku yang hanya mendengar sedikit kaget. Sepupu? Guardian? Berarti udah wafat dong? Apa maksudnya? Tapi mengapa desyana selalu hadir saat aku..
"Dia mau ngelindungi lo ta. Dia gak mau liat lo kaya riri. Dia tulus ngelindungi lo. Lo udah tau kan kenapa dia selalu hadir disaat lo terpuruk? Dia cerita semua ke gue lewat.." ada jeda panjang dari mulut rara dan dua detik kemudian ia melanjutkan ucapannya.
"Lewat mimpi.. Dia pengin jadi guardian lo,tameng lo khususnya. Desyana,udah anggep lo kaya gue sama almrh.riri kaka dia ta" jelasnya dengan memegang kedua pundakku,erat. Aku yang melihat mata biru rara hanya berdiam,tak tahu harus menjawab apa. Seakan kepalaku dipaksa untuk berfikir keras sekarang. Aku hanya bergumam dan tak merespon hingga seseorang membisikan..
'Kaka udah tau semua kan? See,sekarang aku jadi guardian kaka'
Itu suara desyana,tapi dimana wujudnya? Mengapa hanya suaranya yang terdengar. Aku mencari desyana. Tapi nihil,dia tak ada disini. Aku kembali menatap mata biru rara. Dia hanya tersenyum ditengah kesedihannya kali ini.
"Ya allah,kita harus ikut kumpul ra. Teman-teman udah nunggu kita." Ucapku tiba-tiba memecah keheningan diantara kami dengan gerakan cepat aku menyeret rara dan meninggalkan tempat tersebut dengan menuju ruang tengah yang sudah di penuhi isak tangis yang keluar dari saudara,teman-teman,maupun keluarga riri sendiri. Aku yang melihat jenazah itu hanya memandang kosong.
Mengapa secepat ini tuhan kau ambil sahabatku? Mengapa tuhan? Jeritku dengan meremas celana ku sendiri agar tidak tersulut emosi maupun menangis histeris di depan mereka.
Aku melihat wajah riri yang memucat. Jenazahnya tersenyum,aku ikut senang tapi mengapa matanya sembab,apa sebelum ia meninggal ia menangis? Aku yang terus memandangi wajah itu tiba-tiba teringat satu hal.
"Ra,toilet di mana? Gue mau ke toilet bentar" bisikku pada rara yang sedang menyalami para tamu.
"Hmm,masukk aja. Nanti tanya bi ijen aja. Dia ada didalam ko" aku hanya manggut manggut dan menuruti apa kata rara tadi.
Setelah aku masuk kedalam rumah rara cukup lama akhirnya aku menemukan ruang yang aku tuju.
'Krek'
Dimana ya? Harus gc ini mah. Aku terus mencari apa yang sedang aku butuhkan. Hmm? Coba ke meja belajar ahh. Aku melangkah menuju meja belajar.
'Krek'
Nahh,akhirnya. Aku segera mengambil buku tersebut dengan memasukkan ke dalam tas selempangku.
'Tok tok tok'
Mati kau nita. Siapa pula yang ngetok pintu. Duhh mana bisa ngumpet dalam waktu mepet gini.- anjiirr gue haruss ngapain nih? desisku yang sudah tak karuan hebatnya. Aku terus berfikir dan..
Ahaa gue ngumpet disini aja deh,dari pada gue ketauan sama tuhh orang.- gerutuku yang sudah menunggu kelanjutan ketukan tersebut.
Kalian pasti tau aku dimana. Kamar tidur rara dan riri tepatnya. Cukup besar memang kamar mereka. Mereka tidur bersama dalam 1 ruangan tetapi mereka memiliki ciri khas kasur dan perabotan yang lain. Jadi lumayan besarlah ruangan mereka. Dan kalian juga pasti tau aku sedang mencari apa kan? Dan sekarang yang terakhir pasti kalian tau aku sedang mengumpat dimana.-
"Laah? Ko tumben banget kamar non rara gak di kunci. Coba bibi ambil kuncinya dulu dehh" ucap seseorang yang tak lain bi ijen itu dengan langkah meninggalkan kamar.
Mati,ini mahh gue harus cepet-cepet keluar dari persembunyian. Ucapku dengan refleks badan keluar dari persembunyian.
'Jduaar'
"Anjinggggggggggggg!!!!!!!!!!. Ini ngapa meja belajar ditaruh sini sih.. duuh kepala gua sakitt nihh jadinya" ringisku yang sudah keluar dari meja belajar punya rara,mungkin. Dan aku terus mengelus kepalaku yang terbenturr keras meja belajar tadi.
"Ehh,udah ahh. Gak ada waktu buat marahin meja ini. Gue harus cepet-cepet keluar" dengan semangat 45 aku berjalan cepat meninggalkan kamar rara.
"Lah,ko non nita kemari?" Tanya seseorang yang membuat aku kik-kuk setengah mati.
Anjiirr,ini bibi cepet amat ngambil koncinya.- gue aja baru sampe pintu,udah bikin jantungan nihh bibi. gue jawab apaan dah. Gerutuku dengan menggaruk kepala yang memang sedang gatal.
"Ehhm,anu bi tadi rara minta ambilin novel. Jadi nita deh yang di suruh kemari. Hehe,maap ya bi" ucapku yang diakhiri dengan cengiran khass dari mulutku.
Bi ijen yang mendengar perkataan ku hanya manggut manggut,walaupun awalnya curiga dengan gelagatku. Tapi soal begini mah jangan tanya,hal sepele buat nita. Jangan ditanya itu maah. Hehe.
Aku segera menuju ruang tengah. Sesampainya di ruang tengah,aku melihat rara yang masih menyalami para tamu dan aku hanya berdiam tak bersuara.
"Ta? Elo sakit? Ko pucet? Mau gue anter?" Ucap seseorang yang membuat aku terlonjak hingga mundur 2 langkah karena dia sudah di depanku.
"Lah? Sakit? Gue? Emang sakiit apaan.- gue sehat wal'afiat kali al" jawabku dengan memandang al aneh. Yap yang tadi bertaya itu al,yang sekarang sudah di depan ku dengan jarak kurang dari 80m.
"Owalah gue kira sakit. Oiya btw nanti elu pulang nya.."
"Gue yang anter,tadi gue udah di pesenin kaka lu" ucap seseorang yang memotong perkataan al. Al hanya berdecak. Aku melihat ke arah suara yang tadi memotong perkataan al,ternyata. Ya ampun,drama bangeet yaa hidup gue. Dikelilingin dua orang cogan,sama-sama perhatian,teruss mereka sama-sama suka gue lagi. Eh ko jadi kepedean gini ya?,-
"Lahh? Rino? Elu bukannya..?" Sengaja bangeet aku gantungin ucapanku cukup lama. Aku yang melihat ekspresi rino kali ini hanya bisa tertawa dalam hati. Lucu ya ekspresi lo no,kangen deh sama ekspresi lo kaya gitu. Ehh ya allah nita,apaan sihh? Dengan cepat aku mengerjap dan kembali ke posisi awal.
"Hmm nothing,abaykan."
"Tadi gue udah ngomong. Dan lo kali ini gak bisa nolak,dan gue gak suka penolakan. Titik." Yang jelas kali ini dia sedang serius. Ya tuhan,salah hamba apa? Sampai-sampai punya teman yang super keras kepala.- Aku hanya mengangguk pasrah,bagaimana lagi selain pasrah? Rino tipikal orang tak mau kalah dan selalu mementingkan egonya.
¤¤¤¤
SORRY BARU NEXT :D AKU HARAP KALIAN MENYUKAI CERITA SAYA :D OIYA,JANGAN LUPA COMENT AND VOTE:) MAU SARAN JUGA BOLEH YAA,SENT TO MY EMAIL. CEK IN MY BIOO GUYSS. MAAF BANYAK TYPO,MAAF TAMBAH NGAWUR,SATU LAGI. MAAF CUMAN BISA NYAMPE DI PART 20 AJA:'( . SO ADA TROUBLE,JADI RAIN INSYA ALLAH BAKAL ADA VERSI CETAKNYA^^ YEAYH,KEEP PRAY FOR ME YAK. luv you guys:* tetap jadi my readers setia,okaayy see ya;)
-salam Flat-
Tegal,25 Februari 2k17
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen Fiction[17+] "Gimana? Lo pilih gue atau dia" tunjuk lelaki tersebut ke arah sampingnya. Nita menggeleng tak tahu. Bagaimana ia harus memilih diantara lelaki tersebut? Pelipis nita mengeluarkan keringat banyak. Nita berdiam cukup lama hingga ia merasa semua...