Choi Yena POV
Beberapa hari sudah aku mengikuti ekstra basket yang dilaksanakan setelah jam pulang sekolah. Aku merasa jika ada seseorang yang mengikutiku kemanapun aku pergi. Dan sekarang aku juga tengah merasa diawasi. Entah itu hanya sebuah firasat atau kenyataan. Padahal di sekolah, sekarang ini hanya ada beberapa murid yang mengikuti basket, dan beberapa siswi yang bersorak memberi dukungan pada Yoongi Sunbae sang kapten basket.
Di saat-saat jam istirahat, kuputuskan untuk pergi ke kantin hanya sekedar untuk membeli minuman, dan itupun harus cepat, aku tak ingin dihukum Yoongi Sunbae karena terlambat. "Aish, aku harus cepat," ucapku sambil melihat jam tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang minuman. Aku terus berlari dan tiba-tiba aku menabrak seseorang.
"Appo..," ucapku sambil memegang pantatku.
"Yak!! Micheoso?! Apakah kau tak punya mata? Aish, Jinjja." Ucap namja yang kutabrak.
"Mianhae Sunbae." Ucapku dan sambil mengambil saputanganku untuk membersihkan noda hasil
tumpahan minumanku yang berada di kemeja namja ini. Aku benar-benar ketakutan dan tak tahu harus berbuat apa. Aku juga tak mengenalnya. Yang kutahu, dia adalah kakak kelasku. Kulihat tag name di kemejanya, tertulis Park Jimin.Park Jimin POV
Kulangkahkan kakiku untuk meninggalkan lapangan basket yang cukup panas untukku. Tujuanku tak lain, selain menyusul seseorang yang sepertinya menuju kantin. Orang itu adalah seorang yeoja yang selama ini telah menarik perhatianku.
Semua berawal dari pertemuan kami saat masa orientasi. Saat itu, aku hanya mengagumi kecantikannya, kemudian aku mulai mengikuti dan memperhatikannya, rasa kagumku pun berubah menjadi suka saat aku mulai terbiasa melihat caranya bicara, tertawa, marah, bahkan saat ia diam sekalipun.
Namun, sampai saat ini, aku belum pernah memperkenalkan diri padanya. Walaupun begitu, terkadang saat aku memperhatikannya, selalu timbul rasa untuk memilikinya. Dan saat ini aku telah merancang sebuah scenario untuk bisa memilikinya.
"Choi Yena, bersabarlah. Setelah ini kau akan menjadi milikku." Ucapku sambil melihat kembali foto-foto Yena yang kuambil saat bermain basket. Dalam foto, Yena terlihat begitu menggoda. Rambut hitamnya diikat sehingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Beberapa anak rambuntnya telah basah oleh keringat."Wah.., tak kusangka kau bisa begitu menggoda." Kataku dengan tersenyum sambil memperbesar tampilan gambar, sehingga menampilkan wajah cantik Yena dengan mulut sedikit terbuka. Bibirnya terlihat merah dan sedikit basah. Aku benar-benar penasaran seperti apa rasanya. Apakah memang semanis yang terlihat?
Bruk
Aku terlalu asik memperhatikan ponsel yang kubawa dan tanpa sengaja menabrak seseorang hingga ia terjatuh ke tanah. Saat aku melihat wajahnya, ternyata orang yang kutabrak adalah yeoja yang selama ini kuincar. Choi Yena.
"Appo," ucapnya. Meskipun aku tidak jatuh, aku melihat minuman yang Yena bawa telah tumpah di bajuku. Sebaiknya aku berpura-pura tak mengenalnya agar ia tak mencurigaiku. Ini adalah kesempatanku untuk bisa mengenal dan memilikinya.
"Micheoso?! Apa kau tak punya mata?" Kataku dengan nada bentak yang kasar. Aku melihat ekspresinya yang ketakutan dan bisa mengatakan apapun.
"Mianhae sunbae," ucapnya lalu mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. Sekarang ia bingung bagaimana caranya membersihkan kemejaku. Ia terlihat malu untuk mengusapnya. Alhasil, tangannya hanya terangkat seperti berusaha memberikannya padaku. Wajahnya yang ketakutan ini benar-benar terlihat lucu.
"Apa kau hanya bisa meminta maaf begitu saja kepadaku? Kau tau, aku lupa membawa seragam basketku. Jadi aku terpaksa memakai seragam sekolah. Untung saja Yoongi tak memarahiku. Lalu sekarang kau membuat kemejaku basah. Apa menurutmu aku harus telanjang dada saat bermain basket, huh?" ucapku sambil melipat kedua tangan di dada.
"Mianhae sunbae, lalu aku harus bagaimana? Jeongmal mianhae sunbae." Ucapnya sambil menundukkan kepala. Tangannya yang hendak memberikan saputangannya pun ia tarik kembali.
"Ya.., aku ini kan sunbae yang baik. Jadi, kau hanya perlu memenuhi 3 syarat untuk bisa menerima maaf dariku.Choi Yena POV
Aku tak bisa berkata apapun. Aku hanya bisa pasrah mendengar bentakan dari Jimin Sunbae. Aku memang bersalah, aku harus berusaha agar Jimin Sunbae memaafkanku. Karena jika aku tak meminta maaf, itu sama saja seperti hutang bagiku. Aku tak mau ia mengecapku sebagai adik kelas yang tak punya etika. Walaupun sebenarnya ini bukan sepenuhnya murni kesaahanku. Ia juga salah karena bermain ponsel dan tak melihat jalan.
"Mianhae sunbae, lalu aku harus bagaimana? Jeongmal mianhae sunbae." Ucapku sambil menundukkan kepalaku.
"Ya.., aku ini kan sunbae yang baik. Jadi, kau hanya perlu memenuhi 3 syarat untuk bisa menerima maaf dariku." Ucapnya.
"Mwo?" Dasar namja keras kepala, aku hanya tak sengaja menabrak dan mengotori kemejanya. Ia bahkan juga membuatku terjatuh. Hahh.. jinjjah! Batinku dalam hati.
"Syarat pertama, kau harus menjadi pembantuku. Syarat kedua, mulai sekarang, aku akan mengantar jemputmu kemana saja. Terakhir, kau harus memanggilku dengan sebutan oppa."
"Mwo? Kenapa sangat sulit?" Protesku sambil mencoba menatapnya. Namun, aku langsung menunduk lagi, karena tatapanku dan Jimin Sunbae bertemu. Entah kenapa aku merasa takut melihat matanya.
"Jika kau tak ingin, tak masalah. Tapi aku tak menjamin ketenangan hidupmu setelah ini. Kau mungkin akan ku..,"
"A.., andwe. Ne.. ne.., aku akan menuruti ucapanmu sunbae."
"Mwo? Apa kau bilang? Sunbae? Apa persyaratan nomor 3 masih kurang jelas bagimu eoh?" Ucapnya dengan gaya angkuh.
"Ah, ne, op.., oppa." Ucapku sedikit ragu. Aku bahkan baru mengenalnya, tapi aku sudah memanggilnya dengan sebutan 'oppa'.
"Baiklah, sekarang kau harus membersihkan seragamku!" ucapnya.
"Mwo?" Kataku dengan terkejut. Sekali lagi, aku reflek menatap matanya. Namun, dengan reflek juga, aku langsung menundukkan kepalaku lagi.
"Yak! Apa kau tak lihat? Seragamku jadi basah karenamu! Menurutmu aku mau memakainya?" Katanya sambil menunjuk pakiannya yang basah.
"Lalu apa yang harus kulakukan?" kataku. Entah hanya perasaanku atau memang namja ini begitu ingin menindasku? Ia memberlakukanku seperti ini hanya karena aku menumpahkan soda ke seragamnya? Ia bahkan tak meminta maaf padaku. Padahal aku juga ikut terjatuh.
"Keringkan seragamku! Aku pernah melihat temanku mengeringkan cat dengan hairdryer di ruang seni. Kau bisa menggunakannya. Apa kau dengar?"
"Ne." Jawabku dengan suara yang kecil hampir tak terdengar. Namja ini, atau Park Jimin langsung menarik tanganku, membawaku menuju ruang seniAuthor POV
Jimin mendorong Yena ke dalam ruang seni. Jimin lalu menutup pintu dan menghadapkan diri di depan Yena dengan terburu-buru. Ia sepertinya tak sabar untuk melanjutkan aksinya pada Yena.
"Kenapa kau diam saja?" Kata Jimin. Walaupun sebenarnya, dalam hati ia tak suka melihat Yena ketakutan, apa lagi padanya. "Ambil hairdryernya!" bentak Jimin pada Yena.
Yena yang sedari tadi hanya diam dan tak berani menatap lawan bicaranya kini telah behambur untuk mencari hairdryer sebelum namja itu mulai marah. Yena membuka rak-rak yang ada di sudut ruang, mulai dari yang bawah sampai atas. Syukurlah ia berhasil menemukannya, buru-buru ia menancapkan ke stopkontak dan mengulur kabelnya hingga berada di depan Jimin.
Park Jimin tersenyum melihat tingkah Yena dan Yena sepertinya benar-benar ketakutan dengannya, ia bahkan tak menatap Jimin saat sedang menyalakan hairdryer tersebut. Namun Jimin buru-buru menyembunyikan senyumnya ketika hairdryer tersebut tela menyala. Yena pun mengarahkan hairdryer yang telah menyala kearah pakaian yang masih dipakai oleh Jimin.
"yaa!!! Hah jinjja" mereka berdua sama-sama terkejutnya, Jimin terkerjut karena lamunannya dipecahkan oleh udara panas yang dihasilkan hairdryer, sementara Yena terkejut bentakan yang keluar dari mulu Jimin.
"ya!!! apa kau tak tau kalau itu panas?" tanyanya dengan mengibat-ngibatkan baju yang belum kering.
"mwo?" jawabnya sedikit berteriak. Ia tak begitu jelas mendengar ucapan Jimin karena suara hairdryer yang tak kalah kencangnya, Jimin pun mengambil hairdyer dari tangan Yena dan mematikannya. Setelah itu ia memberikanya lagi pada Yena, jika saja yang dihadapanya saat ini bukan Choi Yena mungkin ia sudah memukulnya. Jimin lalu membuka seluruh kancingnya satu persatu. Melihat hal itu, Yena langsung mebulatkan matanya karena Jimin telah meninggalkan seragamnya yang ternyata merupakan satu satunya atasan yang ia kenakan,
Melihat itu semua, Yena yang langsung menutup matanya " Yaaaaa!!!!! mwohaneunggoya?" ujarnya sambil menutup matanya dengan kedua tanganya. Tak lama kemudian terdengar suara dari depan " keringkan" ucap Jimin sambil memberikan seragamnya pada Yena. "aku bisa masuk angin bodoh karena angin hairdryer !!!" kata Jimin sedikit ngotot dan bersikap dingin kepada Yena.
Yena hanya bisa mendengus ia benar-benar kesal Pada namja yang bernama Park Jimin itu. Yena lalu mengangkat seragam Jimin dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kananya mengoyang-goyangkan hairdryernya yang ia arahkan pada seragam. Di dalam situasi ini jantung Yena tak henti-hentinya berdebar dan ia bahkan tak bisa tenang, terkadang matanya berusaha melirik Jimin. Namun rasa malu dan takutnya selalu membuat ia memejamkan matanya dan tak berani menatap Jimin.
Sementara Jimin begitu puas melihat reaksi Yena. Saat gugup Yena terlihat begitu mempesona. Bgai Jimin ini terlihat seperti mimpi, ia sekarang berada satu ruangan yang sama dengan Yena apalagi mereka hanya berdua pada saat seperti ini, waktu benar-benar terasa terhenti.
"mianhae sunbae, eh oppa. Sepertinya aku harus kembali. Sebentar lagi istirahat akan selesai " kata Yena sambil membungkukan badanya, ia tak berani menatap Jimin yang sedang bertelanjang dada didepanya. " karena seragamnya belum kering, aku akan mengambil jaketku di kelas" kata Yena yang masih menundukan. Kemudian ia berjalan cepat menuju pintu. Tangan kanang Yena telah menyentuh kerop pintu. Namun belum sempat ia memutarnya tiba tiba....
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
( NC ) NEVER MIND
FanfictionNever Mind Tittle: Never Mind ( Chapter ) Main cast : Park Jimin (BTS) Choi Yena (OC) Support chas : Min Yoongi ( BTS ) Min Nara ( OC ) Genre: Romance, school life, yadong Ranting : NC