part 8

8.6K 289 23
                                    

Park Jimin POV

Kukendarai montorku dengan kecepatan penuh, aku merasa jika emosiku lebih menguasai diriku aku berfikir lebih baik aku mati dengan Yena dari pada aku harus melihat Yena dengan Yoongi atau selain aku, aku akan tetap menjadi milik Yena dan aku hanya untuk Yena "oppa" panggilnya disaat-saat aku mengendari montor dan ia memelukku "hm" jawabku dan semakin kencang Yena memeluku dan aku dapat merasakan kehangatan dari tubuh kami

"oppa kita kemana? Ini bukan jalan menuju rumahku" ucapnya dan pertanyaan dari Yena kuabaikan seolah-olah aku tak mendengar dari perkataan Yena, setelah sampai tempat yang kuinginkan segera kuparkirkan kehalaman rumah yang tak terlalu mewah namun ditempat ini sangat nyaman dan banyak kenangan.

"oppa ini rumah siapa?" ucap Yena sambil menarik lenganku agar aku berhneti melangkah "ini rumah kita dan anak-anak kita" ucapku sambil menarik tangan Yena agar cepat masuk dan kutatap Yena sedang memikirkan perkataanku tadi. Segera kututup pintu dan tak lupa kukunci sedangkan Yena mengetahuinya hanya memberikan ekspresi bingung

Kuhampiri Yena yang sedang duduk di sofa dan tak basa-basi segera kucium bibir pink milik Yena "emmmmppphh Jimin-ah" desahnya saat-saat disela-sela ciuman kami dan itu membuatku semakin semangat untuk melakukan itu dengan Yena, meskipun hal ini sudah tidak pertama untuk kami, namun aku berfikir jika aku sudah mantap dengan keputusanku aku akan memiliki Yena seutuhnya

"nggghhhh..ahhh jjjjiimmh oppphh" desahnya saat aku bernafas pelan di area lehernya, dan posisi kami masih tetap berada di sofa segera kuangkat tubuh Yena untuk menuju kamar dan tautan bibir kami masih berjalan aku tak ingin melepasakan tautan kami dan tak lupa aku sudah membuat lukisan dileher Yena

Kutidurkan badan Yena di ranjang milikku yang cukup besar untuk kami berdua, terlihat Yena terbaring diranjang yang berhasil membuat juniorku semakin tegang, kujelajahi tubuh sexy milik Yena dan berakhir digundukan kenyal miliknya. Kuremas pelan dari luar seragamnya, lalu kubuka kancing seragam satu persatu dengan lembut dan tertampanglah bra hitam yang berisikan gundukan kenyal

"wow chagi milikmu sangat besar, sampai bramu tak muat untuk menampungnya" ucapku sambil menatap matanya setelah mendengar perkataanku, segera Yena menutupi dadanya dengan kedua tangan "wae?" taanyaku sambil menyikirkan kedua tanganya "aku malu oppa" ucapnya dengan wajah polos "wae? aku juga sudah pernah melihatnya bahkan semuanya" ucapku sambil mencium pipi Yena dan itu membuat bulu kuduk Yena berdiri

Kuhisap belahan payudaranya dan kuremas dengan tangan kananku sedangkan tangan kiriku berusaha membuka pengait branya "akhh..akhirnya terbuka juga pengaitnya" ucapku dengan nada yang menggoda,

"ahhh...opppaaa" saat aku mengisap dengan gemas seperti menyusu

"nnnnngggghhhh..." desahnya saat tanganku meenjelajahi tubuh Yena kupastikan tak ada yang terlewatkan aku tak kan membiarkan seinci tubuh Yena yang tak kusentuh

Akupun membuka hot pants yang dipakai Yena, terpampanglah cd berwarna hitam. Kulumat kembali bibir mungil Yena hingga ia berhenti mendesah, entah mengapa aku tak bosan untuk menjamah tubuh milik Yena. Kubuka cdnya perlahan dan kumasukan jariku dan dia sudah basah

"aaaaaggghhh....mmmmpppphhhh...jjjmmmiinnnhhh oppaahh" mendengar desahanya, aku pun mempercepat gerakan jariku yang berada di vagina Yena

"aaahhh jjjimmhhh opppa akku iiingiinnhh" desahnya saat saat ia ingin organisme dan ditambah dengan wajah yang sexy

Saat mendengardari mulu Yena segera kumasukan juniorku yang sudah tegang dari tadi dan ingin memasuki lorong hangat milik Yena "aaaaakkkkhhhh!!!" dan akhirnya juniorku masuk dengan sempurna di lubangnya.

Author POV

"aaaakkkhhhhhhh!!!" kali ini Yena mendesah keras karna penis Jimin yang berukuran besar itu memasuki vagina milik Yena. "ahh...chagiya...khhhaauuussanngat...ssemmpitt" racau Jimin sambil memaju mundurkan yang berada dibawah mereka. Dan tak lupa suara kasur yang menhiasi kamar tersebut.

( NC ) NEVER MIND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang