eleven

2.9K 142 7
                                    


Ayah aisyah tiba tiba datang dengan muka datar menyaksikan banyak orang menari di halaman rumahnya yg luas. Ari yg sedari tadi asik berjoget kesana kemari, terbelalak melihat tepat didepannya rendra berdiri melototinya ,ia pun seketika berhenti menari dan menunduk bersalah sesekali menatap rendra yg merasa geram. Semua hening mengingat ayah aisyah yg begitu keras dan garang itu mungkin akan terusik dengan suara musik yg begitu keras dan banyak orang menari tak beraturan. Semua pandangan tertuju pada rendra yg menatap ari geram. Ibu aisyah kecewa dengan suaminya itu, aisyah hanya menatap malas.

" ayolah kita menari!!" Seru ayah aisyah kemudian merangkul istrinya dengan tersenyum. Semua terkekeh dengan sikapnya yg tiba tiba gembira, ari yg tadinya menatap takut kini merekah senyum tak percaya. Musik kembali dimainkan semua kembali menari bersama sama sampai larut malam.
..

Ari berlari terpontang panting seraya merapihkan bajunya, langkahnya menuju tempat ia biasa memberi makan merpati dibelakang rumah tuan rendra.
   Namun ia keduluan sang pemilik rumah yang tak lain adalah ayah aisyah yg tengah memberi makan burung merpati dengan senangnya. Hari ini ada yg berbeda tak biasanya rendra tersenyum ketika melihat ari datang, ari hanya menyatukan telapak tangannya memberi salam dan menghampirinya, dan hanya dibalas senyuman.

" pak semalam kau hebat banget, tarianmu lebih bagus dari semuanya" puji ari membuka pembicaraan mencoba akrab karna sikap ayah aisyah kini mulai bersahabat. Rendra hanya membalasnya dengan senyuman bangga dan kembali fokus memberi makan merpati. Ari mencoba lebih dekat lagi dengan ayah aisyah itu, ia menepuk pundak rendra dengan lembut. Rendra sontak kaget dan merasa tidak suka, terlihat dari raut wajahnya dan sorot matanya membuat ari kembali ciut.
" gak pak, ada sedikit kotoran, sekarang sudah bersih" ujar ari ragu melihat kearah pundak rendra dan mengibas ngibas layaknya membersihkan debu.
  Rendra kembali fokus kemerpati itu.
Dan ari kembali bergumam.
" merpatinya dikit sekali, bagaimana menurut bapak..
Yang putih itu, lihat.. satu, dua, tiga." Ari menghitung jumlah merpati dengan sedikit bergurai, namun rendra kembali menatapnya dengan malas sepertinya ari tidak menarik baginya. Menyadari itu ari kembali bungkam memilih diam dan menunduk, tangannya dengan sebal memasukkan makanan burung kemulutnya.
.
.
Ibu farhan dengan santainya menungkan teh hangat kecangkir di meja ruang tamu, menemani suaminya yg biasa minum teh dipagi hari.
  " aku sudah memutuskan hari ini akan bicarakan pada ari" ujar yoga sehabis menyeruput teh hangatnya.
" apa itu memalukan?" Lanjutnya merentangkan tangan.
Ranti melongok kearah pintu depan rumah.
" ari disini!" Ucapnya membuat suaminya kaget dan menengok kebelakang.
" sudah balik? Cepet banget?" Gumam yoga. Tak lama ari datang memasuki rumah yg ia tumpangi.
" ari anakku, kemarilah kita sedang bicara tentang kamu"  ajak yoga menyuruh ari keruang tamu dan ikut duduk disofa, tepatnya ditengah tengah antara yoga dan istrinya.
   " ada hal penting yg mau dibicarakan" ucap yoga sumringah.
" iya , bilang saja" balas ari menatap geli.
" ini seharusnya dibicarakan bersama keluarga, tapi sejak kamu bersama kami, saya pikir kenapa tidak bilang langsung padamu" ujar papa farhan itu membuat ari sedikit bertanya tanya. Lain halnya ranti istrinya, kini mengusap lembut rambut dan wajah ari, seperti menunjukkan kasih sayang, namun itu membuat ari merasa geli dan aneh.
"Aku harap persahabatan ini akan menjadi hubungan kekeluargaan" ucap yoga serius.
   Yori datang dari dapur membawa makanan ringan dan susu ke ruang tamu.
  " kenapa tidak? Kenapa tidak?" Sahut ari yg sebenarnya tidak mengerti maksud yoga yg sebenarnya. Yogapun langsung keiintinya.
"  untuk anak gadisku yoriko, aku serahkan padamu" ucap yoga blak blakan membuat yori yg tengah menyiapkan makanan dimeja terkaget dan tak sengaja menjatuhkan tutup gelas yg terbuat dari plastik.
Mereka bertiga menengok kearah yoriko dengan heran, yoriko seketika tersipu malu, memang sejak ari datang kerumahnya ia langsung menyukainya, maka tak heran jika ia senang dengan ucapan ayahnya. Yoripun berlari pergi dari ruang tamu dengan bahagia.
 
Yoga yg menyadari ari diam saja dan tidak menunjukkan ekspresi apapun kemudian bertanya.
" apa kamu keberatan ari?" Tukasnya.
" apa? , tidak, maksudku.." ari kebingungan harus bicara apa.
" anakku!" Seru yoga dengan berharap. Istrinya masih terus memegangin tangan ari.

Membawamu BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang