Debate 1 ~ They are..

3.4K 163 9
                                    

!@#$%^&*()

Hani Pov!

“Mihaaaa, jangan main basket mulu sih!” Aku tersenyum tanpa menghentikan dribelan bola baketku, kemudian mulai bergerak cepat ke arah ring.

Shoot… MASUK!

Aku tersenyum puas kemudian dengan pelan menghampiri cewek yang daritadi teriak-teriak dipinggir lapangan bersama ke-3 cewek lainnya. Aku langsung menyambar botol minum ditangannya, dan langsung meminumnya sampai tandas.

“Astaga Ha’, lo nggak takut kulit lo rusak ya?” Aku menatap geli cewek yang memakai banyak aksesoris di tubuhnya, kemudian memiringkan kepala sedikit.

“Lo pikir panas-panasan kurang dari seharian bisa bikin kulit rusak, Ra?” Aku tertawa kecil, “Culun ah lo” Gumamku lagi sambil melempar botol kosong itu padanya, aku tertawa melihat wajahnya yang kusut. Dia mendengus sebal sambil menerima botol itu lalu langsung melemparnya ke tong sampah disebelahnya.

“Tapi kan bikin item Ha’, lo gak takut item apa?” tanya cewek yang daritadi berteriak-teriak dipinggir lapangan itu, membela Sarah. Aku tertawa lagi, mereka memang benar-benar sahabat yang cerewet sekali.

“Buktinya kulit gue masih senantiasa putih kok, Fi. Ya gak?” Aku menaikan alis ke arah Aya yang menatap geli kepada kami tapi tidak ikut berkomentar. Aya menatapku sebentar kemudian tertawa.

“Udah deh, nggak usah ngeributin begituan. Sekarang, kita jadi pergi kan?” Aya bertanya dengan nada santai, yang langsung membuat Ufi dan Sarah batal berkomentar lagi. Aku mengangguk semangat, kemudian mengambil handuk kecil diatas tasku.

“Tapi pulang dulu ya?” bujuk Ufi tiba-tiba, kami semua menoleh padanya dengan heran.

“Mau ngapain?” tanya Shila, menyuarakan keheranan kami.

Mendadak Ufi menunjuk ke arahku, kemudian “Mau mandiin Miha dulu sebelum kita jalan!” Aku langsung tertawa begitu mendengar alasan Ufi. Astaga, si ratu bersih itu benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik.

“Fi, gue tau lo emang cinta mati sama gue. Tapi please, jangan senafsu itu buat mandiin gue segala dong. Gini-gini, gue kan masih normal.” Gumamku sambil tertawa geli mengikuti Aya, Shila, dan Sarah. Sedangkan Ufi hanya mencebikan bibirnya.

“Nyebelin banget ah!” Gerutunya sambil berjalan mendahului kami. Dengan jahil, aku merangkul tubuh Ufi dengan ketat. “Aaaa Miha!! Jangan deket-deket gue, elo kan keringetan!! Bakteri oh no!” Sumpah, aku bisa tertawa seharian ketika mengerjai Ufi. Dia mendorong-dorong tubuhu dengan brutal.

“ELO BISA MINGGIR GAK?” Sebelum aku sempat menggoda Ufi lagi, terdengar bentakan keras dari arah lapangan futsal. Aku melihat Sandra – teman dekat Sarah ketika kelas 10 – sedang berdiri membawa sesuatu ditangannya, dan dihadapannya berdiri sosok cowok ganteng yang menatap Sandra dingin. Wajah cowok itu dipenuhi keringat, dan seragamnya kotor. Namun itu tidak bisa menutupi wajahnya yang ganteng. Matanya menyorot tajam, bibirnya tipis, dan hidungnya… oh tidak! Apa yang sedang aku kicaukan?

Love 2 : Love Debate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang